Part 3
"Takdir-Nya sungguh indah. Memberikan sosok abang penyayang, dan juga mendatangkan lelaki yang pandai memuliakan seorang wanita, di dalam hidupnya. Walaupun, sebelumnya dia harus merasakan pahitnya hidup."
~Afwan.
Selamat membaca🔥
"Daffa, calon suami Ayra."
Sekedar ingin tahu respon Ayra, dia melirik cewek tersebut. Dapat dia lihat, Ayra memejamkan matanya. Ketika mata itu terbuka, keduanya saling bertatapan. Namun, Ayra lebih dulu mengalihkan.
"Gak nanya sih," kata Fathur melepaskan jabatan tangan tersebut. Kemudian kembali memasukkan tangannya ke dalam kantong switer.
**
Ayra Pov
Mataku terpejam ketika mendengar pengakuan yang tidak bermutu dari Daffa. Andai saja Daffa tahu jika orang yang tengah berjabat tangan dengannya adalah cowok yang telah melingkarkan cincin di jari manisku. Pasti dia akan sangat malu, mengatakan hal tersebut.
Menghela napas. Aku kemudian membuka mata seraya menatap mereka kembali. Tepat, ketika aku menatap mereka, mata indah tengah menatapku dengan penuh kelembutan. Seakan tersadar aku segera mengalihkan tatapan darinya.
Hingga, lontaran kata yang Fathur berikan membuatku tertawa dalam hati. Terlebih wajah datar milik cowok tersebut.
Sepertinya, Fathur adalah kembaran Bang Alfa, bukan sahabat. Melihat mereka yang memiliki beberapa kesamaan.
Setelah berkenalan dengan Daffa, aku melihat Fathur kini berjalan menjauh.
"Dek?" panggil Bang Alfa membuatku segera melihatnya. Sepertinya Bang Alfa tengah memberikan isyarat mata padaku. Seakan paham akan hal tersebut, aku mengangguk dan menyusul Fathur.
Langkahku terhenti, ketika dia juga berhenti melangkah. Hingga, Fathur berbalik membuat kami saling berhadapan di tengah banyaknya manusia yang mondar-mandir. Entah, itu mereka yang ingin bepergian atau mereka yang telah kembali dari kota perantauan.
"Nih, tolong dijaga dengan baik," ucapnya memberikan paper bag padaku.
Ternyata, sedari tadi dia sudah membawa paper bag?Aku baru menyadari hal tersebut. Atensiku mengarah pada paper bag tersebut. "Itu apa kak?" tanyaku bingung tanpa berniat mengambilnya.
Fathur menggeleng seraya berkata, "Saya juga gak tahu isinya apa, ini dari Umi soalnya."
"Afwan kak, Ayra gak bisa menerimanya," tolakku halus.
"Dan saya pun, gak akan membawanya kembali pulang kan? Itu sama aja saya akan melihat wajah Umi yang bersedih."
Menghela napas, aku pun mengalah dan menerima paper bag tersebut. "Tolong, sampaikan terima kasih Ayra ke Umi ya."
Karena merasa tidak ada hal lagi yang ingin disampaikan oleh Fathur, aku pun izin pamit. Namun...
"Sebentar." cegahnya membuatku mengurungkan niat untuk kembali ke tempat Bang Alfa.
Dia memandangku lama, membuat aku bingung. Ada apa? Kenapa dia menatapku seperti itu?
"Berapa lama?"
Aku masih bingung, apanya yang berapa lama?
"Berapa lama, Ayra?" katanya lagi, seraya memasukkan tangannya ke dalam kantong switernya.
"Maaf kak, apanya yang berapa lama?" tanyaku
Fathur menghela napasnya. "Kediri."
Singkat, padat dan membuat pusing diriku. Itulah yang dapat disimpulkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFWAN
DiversosManusia hanya bisa berencana. Namun, Allah yang menentukan hasil Akhirnya. *** Afwan... Satu kata yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang aku sayangi. Kata yang ingin sekali, aku sampaikan pada Abang untuk terakhir kalinya. Namun, hanya sebua...