"Gimana?"
"Astagahfirullahaladzim, Daffa suka banget deh, muncul tiba-tiba kayak jalangkung!" kataku dengan nada kesal karena kaget akan kemunculan tiba-tiba Daffa.
Daffa tertawa. "Sorry, gw gak bermaksud buat ngagetin lu kok," katanya.
Aku mengangguk. "Tadi Daffa ngomong apa?" tanyaku seraya terus berjalan.
"Gimana?" singkatnya.
"Hah?" bingungku melirik ke arahnya sejenak dan kemudian kembali menatap ke depan.
"Tadi penjelasan dari mentornya ada yang gak lu paham?" kata Daffa dengan jelas.
"Alhamdulillah gak ada sih."
"Terus, kok, lu ngelamun? Sampai-sampai bisa kaya kaget banget begitu,"
Aku menghela napas. Lalu kemudian berkata, "Kangen orang rumah doang. Gak tau kenapa ya, Ayra kaya disuruh cepat-cepat balik gitu."
"Emang dasarnya lu aja, yang gak bisa jauh dari rumah."
"Mana ada kaya gitu!" elakku. "Ayra udah sering kok, jauh dari rumah. Cuma gak tau kenapa kali ini beda Daffa," keluhku lagi.
"Yaudah, kalau gitu coba lu cerita emang bedanya apa?"
"Ish, gak tau ah, mumet lama-lama ngobrol ke Daffa!" kesalku mempercepat langkah kaki dan meninggalkan Daffa.
"Napa tuh, muka lu tekuk gitu?" tanya Mbak Rara ketika kami berdua tidak sengaja bertemu di depan pintu asrama.
Aku menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Mbak Rara, saat kami berpapasan. "Ayra, izin masuk kamar ya, mbak." setelah berkata seperti itu, aku pun kembali melangkahkan kaki.
Rara menatap bingung Ayra yang sudah melangkah menjauh. "Aneh," gumamnya. Karena penasaran Rara pun mencari keberadaan Daffa sekedar bertanya tentang Ayra.
"Daf?!" kata Rara mendapati Daffa yang tengah berjalan ke arahnya.
"Ada apa?"
"Ayra kenapa? Mukanya kok, kusut gitu?" tanya Rara to the point.
Menghela napas Daffa berkata, "Dia lagi mumet doang, dia emang gitu kalau lagi mumet moodnya ikutan anjlok."
"Oh, gue kira dia lagi ada problem." kata Rara.
"Yaudah, gue cuma pengen nanya gitu." tambah Rara lagi, kemudian ia pun pergi dari hadapan Daffa tanpa berpamitan.
"Mau kemana lu?" teriak Daffa menghentikan langkah Rara.
"Nyari cowok mau ikut lu?"
"Ogah!" ketus Daffa seraya kembali melanjutkan langkahnya. Sementara itu, Rara tertawa karna berhasil menjahili Daffa.
Kembali ke seorang gadis yang hanya berdiam diri duduk di kursi belajar. "Ya Allah... Ayra mohon, hilangkan rasa gelisah yang gak mendasar ini."
Sedari tadi dzikir tak pernah lepas dari bibir mungilku untuk menenangkan diri yang dilanda kegelisahan. Tapi, semakin berdzikir, semakin rasa itu membara dan entah kenapa yang ada dipikiran hanya nama saudara laki-laki-ku.
"Bang Alfa," lirih ku seraya memegang dada, bersamaan dengan itu bulir air mata pun ikut mengalir membasahi pipi.
"Ya Allah, kenapa Ayra nangis?" tanyaku bingung, seraya menghapus bulir air mata tersebut.
"Astagahfirullahaladzim... Ya Allah engkau yang mengetahui sedang hamba tidak. Ayra mohon, apapun yang terjadi semoga bukan sesuatu yang buruk."
Aku tidak tau kenapa bisa berdoa seperti itu? Tapi yang pasti, hatiku yang menuntun. Aku menghela napas dan mengeluarkan buku dari dalam tas yang tadi aku gunakan ke sekolah. Lalu, mencoba mengerjakan pr yang diberikan oleh mentor bahasa inggris. Barangkali, dengan menyibukkan diri perasaan gundah itu hilang. Sedang serius mengerjakan soal, aku teringat akan naskah yang belum sempat dipublish.
"Em, lebih baik aku selesain pr dulu deh," putusku.
Beberapa menit sudah berlalu. Akhirnya, tugas dari pendamping dapat diselesaikan. Tanpa beristirahat terlebih dahulu, aku langsung meraih laptop, membawa jari-jemari menari di atas keyboard. Sebelum publish cerita, aku melakukan revisi terlebih dahulu. Mencegah adanya kesalahan dalam penyampaian pesan non verbal ke para pembaca. Sebagai penulis kita harus bisa mengolah kata dengan sebaik-baiknya, tidak sekedar menciptakan dan menghasilkan sebuah karya. Tapi, bagaimana karya tulis yang dibuat memiliki manfaat bagi kehidupan banyak orang.
End...

KAMU SEDANG MEMBACA
AFWAN
AcakManusia hanya bisa berencana. Namun, Allah yang menentukan hasil Akhirnya. *** Afwan... Satu kata yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang aku sayangi. Kata yang ingin sekali, aku sampaikan pada Abang untuk terakhir kalinya. Namun, hanya sebua...