#022: Afwan

7 1 0
                                    

"Tuhan akan hadirkan seseorang dalam hidup kamu dan membuat kamu mengingat kembali masa lalu, bukan karna ingin membuat kamu sedih. Tapi, agar kamu bisa berdamai dengan masa lalu."

Setelah sesi belajar dan bermain dalam kelas, seluruh peserta kampung inggris diarahkan agar menyiapkan diri untuk melakukan kegiatan outdoor pada sore harinya. Awalnya, aku tidak tertarik karena memang tidak begitu tahu tujuan outdoornya dimana. Namun, saat tiba di sebuah tempat yang bertuliskan Taman Brantas Kediri membuat aku bahagia. Terlebih melihat banyak orang-orang berlalu-lalang dengan keluarga kecilnya. Membuat aku rindu dengan orang-orang rumah.

"Aaaa... lucu banget sih!" seruku melihat balita yang sedang mengemut permen jangan lupakan pipinya yang gembul.

"Mirip lu tuh." Daffa tiba-tiba saja menyahut.

Aku meliriknya bingung. "Maksudnya gimana?" tanyaku.

"Sama-sama bocil!" balas Daffa tertawa seraya segera menghindar dari jangkauan ku.

"Awas kamu ya, Daf!" kesalku.

"Kenapa Ay?"

Aku mendengus mendapat pertanyaan dari Rifki. Lalu, memilih meninggalkan cowok tersebut.

"Lah, napa tuh, bocah?" samar-samar aku masih mendengar kalimat dari Rifki. Tetap saja aku tidak peduli, dan lebih baik menyelusuri taman. Aku terus saja melangkah menikmati suasana taman. Hingga, tak sengaja mataku melihat anak kecil yang  terjatuh dan dia menangis.

"Kamu gak apa-apa?" tanyaku  mensejajarkan badan dengan anak kecil tersebut

"Cakit," lirihnya.

"Ayra bantu obatin ya, lukanya?"

Mendapat gelengan dari mata bulat nan indah itu membuat aku gemas.

"Sayang, kalau lukanya gak diobatin nanti makin sakit lho."

"Ata ayah ita dk oleh omong ama olang acing," ucapnya lirih.

Ah, ternyata itu alasannya. "Em, gini aja, deh."

"Kenalin ya, nama aku tuh, Ayra," kataku memperkenalkan diri.

"Nah, tadi nama aku siapa?" tanyaku memandang wajah polos nan menggemas tersebut.

"Ayla!" serunya menatapku dengan mata berkedip.

"Kamu udah tahu kan, namaku? Jadi, aku bukan orang asing lagi."

Melihat senyuman dan anggukan tersebut membuat aku tersenyum gemas.

"Jadi, mau kan, aku bantu obatin lukanya?" tanyaku dan mendapat anggukan darinya.

"Ya, udah, aku gendong kamu ya? kita duduk di bangku sana buat bersihin lukanya."

Awalnya, aku mengira akan mendapat penolakan dari anak tersebut. Nyatanya, tidak. Mengendong anak kecil ini mengingat aku pada ponakan kecilku yang ada di rumah.

"Cakit," katanya dengan tangisan.

"Cup, cup, cup. Sabar ya, ini dikit lagi kok, tinggal Ayra pakein plester lucu ini," tuturku memperlihatkan plester luka bergambar doraemon.

"Nah, selesai deh!"

"Maacih." ucapnya tersenyum.

Aku mengangguk. "Oh, iya, nama kamu siapa? Terus kamu di taman ini sama siapa?" tanyaku.

"Ley. Ama ayah!"

"Oh, terus ayahnya Ley mana?"

"LEY!" teriak anak itu membuat aku terkejud.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AFWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang