#005: Afwan

23 3 3
                                    

Part 5

"Lupa adalah ciri khas yang ada pada diri manusia. Begitupun dengan diriku."

~Afwan

Selamat Membaca💗

Aku menatap sekitar dengan bingung. Kenapa aku tidak menemukan toilet sedari tadi?

Menepuk jidat aku berkata, "Astagahfirullahaladzim, Ayra lupa nanya toilet nya ada dimana."

Karena percaya jika Allah selalu memberikan petunjuk pada hamba-nya, maka aku mengangkat tangan seraya berkata, "Ya Allah, bantu Ayra menemukan letak toilet dong, Ayra sudah kebelet banget nih, dan sebentar lagi mau ikamah."

Setelah berkata seperti itu aku kembali melangkah. Hingga senyuman merekah diwajah ketika aku menemukan sebuah toilet. Tanpa pikir panjang dan melihat papan yang tertera langsung saja, aku berlari memasuki toilet tersebut.

Lega rasanya setelah membuang air kecil. Melihat jam tangan, aku pun bergegas mengambil wudu dan setelahnya keluar dari toilet.

"Gusti Allah,"

Aku seketika beristigfar mendengar pekikan tersebut. Hal yang kini aku lihat adalah sekumpulan para cowok yang memakai sarung dan kopiah, serta tatapan mereka seakan melihat hantu.

Hah? Kok, bisa di sini cowok semua? batinku menatap sekeliling mencari seorang wanita di antara mereka. Namun, nihil yang aku lihat hanya sekumpulan cowok tersebut.

Tidak ingin membuang waktu, aku pun melangkah meninggalkan toilet. Namun, urung ketika salah satu cowok melontarkan kalimat yang membuat aku bingung.

"Kowe kok neng wc lanang?"

Dia ngomong sama Ayra bukan sih? batinku.

Menghela napas, aku ingin kembali melangkah. Namun, seorang cowok yang baru saja datang pun kini menatap aku seakan melihat hantu. Membuat aku kesal. Sebenarnya ada apa sih? Mengapa mereka seperti itu? Padahal, aku tidak mencuri atau menjahati mereka.

"Sampeyan durung mangsuli pitakonku"

Hah? Ngomong apa dah, batinku.

Ingin sekali rasanya memukul mereka satu per satu. Aku menghela napas, setelah sadar jika sekarang, aku berada di pulau jawa dan mungkin cowok tersebut sedang berbahasa jawa. Yang menjadi pertanyaanku saat ini adalah bagaimana aku menjawabnya?

Jika saja Lavasha berada di sini, mungkin saja dia bisa membantu, atau jika saja aku belajar berbahasa Jawa pada Lavasha, mungkin aku akan mengerti apa yang cowok tersebut katakan.

"Ya Allah, naon cenah," lirihku kemudian.

"Anjeunna ngan nanya ka anjeun naha anjeun di kamar mandi lalaki,"

Seketika aku terdiam membeku. Aku sangat mengerti arti dari kalimat tersebut. Tapi, apakah benar ini toilet dan tempat wudu cowok? Refleks aku melihat sekitar mencari sesuatu. Hingga mataku berhenti pada satu titik. Di sana tertulis dengan jelas 'Toilet Cowok'. Dunia seakan terhenti membaca papan tersebut.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Meninggalkan tempat ini seolah tidak terjadi apa-apa, atau tetap berdiam diri? Aku ingin melangkah namun, kaki sangat sulit diajak kerjasama.

"Ada apa?"

Suara itu, pernah aku dengar. Mendongakkan kepala aku bernapas lega.

"Ing kene, aku mung takon kenapa dheweke menyang kamar lanang. nanging, dheweke mung meneng, Mas, " jelas pemuda itu.

"Ta?" panggil Daffa.

Aku melirik cowok tersebut, seraya mengangguk pasrah membenarkan apa yang dipikirkannya.

AFWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang