Part 15
"Wanita itu istimewa, karena darinya akan terlahir kehidupan baru."
@Afwan
2 jam telah berlalu. Selama itu juga, hanya keheningan yang menyelimuti perjalanan kami kembali ke asrama.
"Bang Hen?" Hingga akhirnya aku pun membuka suara.
"Lu udah bangun?"
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat aku kikuk. Tidur? Ah, iya. Aku baru ingat! sedari tadi kan, aku menutup mata berpura-pura tidur.
"Iya, kak." Bohong, itu yang telah aku lakukan sekarang, dan mungkin saja malaikat Atid telah mencatat amal buruk tersebut. Sedangkan, syaitan tertawa bahagia karena berhasil menggoda salah satu hamba-Nya untuk berbohong.
"Kita masih lama ya, sampai asrama?" lanjutku bertanya, seraya menatap keluar jendela.
"Sejam lagi."
Atensiku berpindah menatap Hendra yang sedang menyetir dengan bantuan cermin atau biasa disebut spion tengah, bisa juga center mirror, yang memiliki peran penting untuk memantau kondisi di belakang mobil.
"Masih lama ya, berarti?"
"Lumayan sih, Ay. Tadi waktu lu tidur kita terjebak macet. Jadi kaya gini deh," tutur Hendra.
"Coba aja, tadi kita gak kelamaan dapat macet, mungkin cuma sejam atau dua jam." lanjutnya menjelaskan.
Aku menganggukkan kepala. "Ayra lapar, Bang Hen," kataku, membuat Hendra melirik ke kursi belakang melalui bantuan cermin.
"Eh?"
"Ayra lapar, Bang." kataku lagi. Jujur, sedari di sekolah, aku sama sekali tidak menyentuh makanan apapun. Niatnya, pulang ke asrama aku langsung membuat nasi goreng dan menyantapkan. Namun, rencana itu menjadi wacana sebab aku harus ikut mengantar Ina ke bandara Bandung.
"Kita cari warung makan dulu kalau gitu."
Bulan sabit pun terbentuk sempurna, menampilkan lisun pipi di sebelah kiriku. Akhirnya, aku bisa memberi makan cacing-cacing yang teriak meminta jatahnya.
"Lu manis kalau senyum."
Seketika bulan sabit pun menghilang, digantikan dengan tatapan datar milikku. Manis? Memangnya senyuman yang aku miliki adalah permen? Ah, bodoamat.
"STOP BANG!" ucapku membuat Hendra menghentikan mobil secara tiba-tiba.
"Lu kenapa? Kalau tadi ada kendaraan lain di belakang, kita bisa mengalami kecelakaan, Ay!"
Aku meringis menatap tatapan tajam Hendra. "Maaf, Bang. Ayra gak bermaksud kaya gitu. Tadi tuh, Ayra lihat gerobak bakso yang lagi mangkal. Makanya, nyuruh Bang Hendra berhenti."
"Lain kali jangan seperti itu, bahaya!"
Aku menunduk, bersamaan dengan mobil yang telah terparkir rapi di pinggir jalan.
"Dimana tadi lu lihat gerobak baksonya?" tanya Hendra menoleh ke kursi belakang.
Dengan mata berbinr aku mendongak menatap Hendra dan berkata, "Putar balik dulu, Bang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
AFWAN
RandomManusia hanya bisa berencana. Namun, Allah yang menentukan hasil Akhirnya. *** Afwan... Satu kata yang ingin disampaikan kepada orang-orang yang aku sayangi. Kata yang ingin sekali, aku sampaikan pada Abang untuk terakhir kalinya. Namun, hanya sebua...