Ditengah gelapnya malam, Erland melajukan motornya ditengah-tengah jalanan yang terlihat begitu sepi. Ia baru saja mengantar Chesa pulang ke setelah menemani gadis itu ke supermarket. Saat ditengah-tengah perjalanan, Erland terpaksa menghentikan motornya karena didepannya berdiri seorang cowok dengan pakaian serba hitam. Wajahnya tertutupi oleh topi dan masker hitam yang sering cowok itu gunakan.
Cowok misterius itu berjalan mendekati Erland. Tanpa ba-bi-bu, cowok misterius itu menyerang Erland dengan menarik kerah baju yang Erland kenakan. Erland yang belum siap menerima serangan itu sontak memundurkan langkahnya.
"Sialan! Lo siapa sebenarnya?"
"Gak perlu tau!" balas cowok misterius itu.
Cowok misterius melangkahkan kakinya mendekati Erland. Ia kembali memberi pukulan habis-habisan pada bagian perut dan rahang tegas cowok bermarga Dinata itu. Erland tidak tinggal diam. Erland menyerang balik cowok itu hingga tubuhnya tersungkur ke tanah. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Erland kembali memukuli cowok misterius itu membabi buta. Bukan cowok misterius namanya jika tak membalas perbuatan Erland. Cowok misterius itu mendorong tubuh Erland hingga terhuyung ke aspal jalanan.
Perhatian Erland dan cowok misterius itu teralihkan pada sorot cahaya lampu tembak dari sebuah motor yang melaju kencang dari arah kanan jalan. Erland terdiam, ia hanya bisa pasrah jika motor tersebut akan menghantam tubuhnya. Namun belum sempat motor tersebut menghantam tubuhnya, orang misterius itu terlebih dahulu menarik tangan Erland lalu membawanya menepi. Alhasil, motor tersebut tidak jadi menghantam tubuh Erland. Tapi yang patut dipertanyakan disini, untuk apa cowok misterius itu menolong Erland agar tidak tertabrak motor. Kalau memang selama ini tujuan orang misterius itu mencelakakan Erland, lantas kenapa orang misterius itu tak membiarkan Erland tertabrak?
"Lo kenapa nolongin gue? Harusnya lo biarin gue ditabrak!" Erland mencoba berpikir keras atas apa yang terjadi tadi.
"Goblok!" maki orang misterius itu.
Cowok misterius itu berjalan meninggalkan Erland yang masih dilanda kebingungan.
"Buat apa dia nolongin gue. Kalo dia punya niat nyelakain gue, harusnya tadi dia biarin gue ditabrak. Sebenernya dia siapa?" Erland menatap sosok misterius yang baru saja menghilang dari pandangannya.
"Aws..." ringis Erland. Ia merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.
Erland mencoba berdiri dan berjalan menuju motornya dengan tertatih-tatih. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar dengan luka-luka lebam yang menghiasi wajahnya. Tak mau berlama-lama, ia segera melajukan motornya untuk pulang ke rumah. Setelah tiga puluh menit perjalanan, Erland tiba dirumahnya. Ia berjalan mengetuk pintu rumah hingga seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuknya.
"Erland, muka kamu kenapa?" Alona menelusuri wajah anaknya yang dipenuhi luka lebam.
"Kamu berantem? Bilang sama bunda, siapa yang buat kamu kaya gini?" tanya Alona lagi.
"Erland nggak berantem, Bun. Tadi abis anter Chesa pulang, tiba-tiba ada yang nyerang Erland," jawab Erland.
"Ya udah kamu masuk dulu. Bunda obatin luka kamu."
Erland berjalan memasuki rumah lalu mendudukkan tubuhnya di sofa. Sementara itu, Alona berjalan menuju kamar untuk mengambil kotak P3K. Selang beberapa menit, Alona kembali dengan membawa kotak P3K. Ia mulai mengobati luka-luka yang ada di wajah tampan anaknya.
"Siapa yang nyerang kamu?" tanya Alona disela-sela kegiatannya mengobati wajah Erland.
"Erland nggak tau siapa yang nyerang. Erland udah berusaha buat nyari tau siapa pelaku itu. Tapi sampai sekarang, Erland belum tahu siapa dia, Bun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksana Hujan [completed]
Teen Fiction"Aku itu ibaratkan hujan, dan Erland adalah buminya. Hujan selalu kembali ke bumi meski telah dijatuhkan berkali-kali. Tapi, akan ada saatnya kemarau menggantikan hujan. Disaat itulah, hujan akan pamit pergi dari bumi. Ini adalah gambaran, dimana a...