HAI! GIMANA HARI PERTAMANYA DI TAHUN 2022?
VOTE KOMEN YA BESTIE❤️
I'm sure you all know how to appreciate someone°°°
"Erland jangan macem-macem!"
"Gue mau lo…"
"…Obatin luka gue, Ra."
"Tap--"
"Lima menit. Setelah lima menit usai, lo boleh keluar dari sini," ujar Erland, meyakinkan Adira.
"Cuma lima menit, nggak lebih!" tegas Adira.
Erland mengangguk. Laki-laki itu kemudian menggandeng tangan Adira, menuntunnya untuk duduk di tepi brankar yang berada di UKS. Sementara itu, Erland mengambil kotak P3K lalu menyusul Adira untuk duduk di kursi menghadap langsung pada mantan kekasihnya itu.
"Lima menit, Ra. Lo mau buang percuma waktu lima menit ini?"
Adira yang merasa canggung pun berusaha untuk tetap terlihat tenang. Jemari lentiknya mulai membuka kotak obat lalu mengambil sebuah kapas. Tak lupa, gadis itu menuangkan cairan alkohol pada kapas yang ia ambil tadi. Jantungnya berdegup kencang ketika Erland tidak henti-hentinya menatap pergerakannya. Seakan laki-laki dihadapannya ini tidak mau terlepas pandangannya barang sedetikpun.
"Kalo sakit, bilang."
Itulah kalimat yang Adira ucapkan sebelum akhirnya ia mengobati luka pada sudut bibir Erland. Lagi, bagai deja vu yang mengingatkannya pada suatu momen yang sama di saat hubungan mereka masih baik-baik saja. Apalagi jarak wajah Erland terbilang dekat dengannya. Ketampanan laki-laki yang sudah menjadi mantan kekasihnya ini masih sama. Tidak ada yang berubah.
Entah karena takdir atau kehendak semesta, waktu bagaikan berhenti begitu saja. Tatapan keduanya beradu. Manik hitam legam keduanya dipertemukan seolah terkunci rapat. Dapat ditebak siapa yang ingin memutuskan pandangannya lebih dulu. Ya, Adira berusaha menghindari tatapan Erland namun nihil. Semesta seolah-olah menyuruhnya untuk tetap menatap manik hitam legam dihadapannya itu.
"Lo nyesel nggak sih putus sama gue, Ra?"
Pertanyaan itu jelas membuat Adira kelimpungan sendiri untuk menjawabnya. Demi menghindari pertanyaan itu, Adira memilih beranjak untuk menyimpan kotak P3K.
"Bingung ya jawabnya?"
"…"
Adira tetap diam ditempat. Posisinya sekarang membelakangi Erland. Asal Erland tahu sekarang Adira mati-matian menahan air mata. Adira akui, dirinya memang masih menyimpan rasa pada Erland. Bahkan, rasa tersebut memang tidak akan pernah hilang meski sang penerima rasa seringkali memberi luka.
"Nggak usah dijawab karena tanpa lo jawab pun gue udah tau jawabannya. Mana mungkin lo nyesel putus sama cowok bajingan kaya gue." Erland tertawa kecil. Bukan tawa bahagia, melainkan tawa yang mencerminkan sebuah penyesalan dari laki-laki bermarga Dinata ini.
"Nggak ada yang gue sesali di dunia ini. Bahkan, pernah memiliki hubungan toxic sama lo aja gue nggak pernah nyesel." Adira bersuara membuat tawa Erland berhenti dan menatap Adira yang posisinya membelakangi dirinya.
"Itu artinya… kalo seandainya semesta memberi kesempatan kita untuk memperbaiki hubungan, apa lo mau memperbaiki hubungan sama gue?"
Mata Adira terbelalak mendengar satu pertanyaan yang Erland lontarkan. Bulir bening semakin deras mengalir dari pelupuk mata indahnya. Jujur, Adira ingin sekali menjawab 'mau' tetapi rasanya masih sulit jika mengingat perlakuan Erland yang seringkali mendiamkannya demi mementingkan Chesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksana Hujan [completed]
Teen Fiction"Aku itu ibaratkan hujan, dan Erland adalah buminya. Hujan selalu kembali ke bumi meski telah dijatuhkan berkali-kali. Tapi, akan ada saatnya kemarau menggantikan hujan. Disaat itulah, hujan akan pamit pergi dari bumi. Ini adalah gambaran, dimana a...