36 - Kebencian Gerald

5.5K 398 12
                                    

Halo, gimana kabarnya? Hope everything will be fine💗

Maaf ya update nya lama, tapi kalian tenang aja aku selalu berusaha untuk menyelesaikan cerita yang sudah aku bangun dari awal.

Terimakasih yang sudah mau dukung lewat vote & komennya. Aku selalu baca komennya kok, seru liat interaksi kalian. Dukung terus ya, harus kawal sampai ending, okay?

Happy reading💗

°°°

Hari pertama ujian kelulusan telah selesai dilaksanakan. Bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu. Adira, gadis itu berjalan keluar dari kelas menyusuri koridor. Tak lama, ponselnya berbunyi menandakan notifikasi pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

Kak Gerald

pulang sama arka, td kakak udah bilang
kakak mau ngurus calon pacar

hah siapa?
gilsha?
oke semoga semangat kak🤭

Setelah membalas pesan Gerald, Adira kembali memasukkan ponselnya.

"Cowok kok gengsinya segede gunung," celetuknya sembari menggelengkan kepalanya heran dengan sikap gengsi yang dimiliki oleh kakaknya itu.

"HEY!"

"Hih, lo suka banget kagetin orang sih?" Adira memukul pelan perut Arka karena terkejut.

"Sorry…sorry, kesel ya? Utututu kasian banget sih sayangnya Arka cemberut gitu," goda Arka semakin menjadi kala melihat Adira yang memalingkan wajahnya menyembunyikan rona merah yang sangat kentara di pipi mulus gadis itu.

"Kalo mau salting mah salting aja sayang, nggak usah ditahan. Rasanya pengen gue gigit pipi lo kalo malu-malu gitu."

"Apaan sih! Gue nggak salting ya!" Adira memukul pelan lengan Arka.

"Kabuuur!"

Arka berlari menghindari Adira. Melihat tawa gadis itu membuat Arka semakin jahil ingin terus menerus membuat gadis itu tersenyum atau bahkan tertawa lepas.

"Sini lo, jangan lari!" ancam Adira.

Dugh

"Aws…"

Langkah kakinya berhenti ketika ia menabrak dada bidang seseorang. Dari aromanya, Adira sangat mengenali siapa sosok laki-laki di depannya itu. Erland? Adira Memberanikan diri untuk menatap wajah laki-laki itu. Benar saja, Erland lah yang saat ini berada di depannya.

Tatapan keduanya beradu seolah-olah terkunci untuk beberapa saat. Jarak keduanya pun terbilang sangat dekat dengan posisi Erland yang masih menahan kedua sisi kanan dan kiri bahu Adira agar tidak terjatuh. Sementara Arka, laki-laki yang berdiri agak jauh itu memalingkan pandangannya.

Sungguh tebal sekali topengmu, Arka.

"Maaf, gue nggak sengaja," ucap Adira. Ia memalingkan tatapannya dan menjauhkan jarak posisinya dengan Erland.

"Nggak papa, Ra. Bahagia terus, ya? Gue suka liat lo senyum bahkan tertawa lepas walaupun itu semua bukan karena gue." Erland tersenyum tulus. Senyuman yang mampu membuat perempuan mana pun bertekuk lutut padanya.

Adira tidak menanggapi. Gadis itu justru menoleh ke belakang di mana posisi Arka berdiri. Laki-laki itu membalas tatapan Adira dengan senyuman tulus. Senyuman yang selalu Arka tunjukkan pada Adira.

"Gue mau kasih ini buat lo sama Arka," kata Erland sembari melirik pada Arka yang juga tengah menatapnya.

"Ini apa?" Adira menerima sebuah card yang Erland berikan.

Laksana Hujan [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang