18 - I'm okay

5.6K 457 6
                                    

"Maaf lama."

"Nggak lama, cuma sepuluh menit doang." Adira menaiki motor besar Erland.

Erland menoleh pada Adira yang sudah bertengger di motornya. "Mau langsung pulang atau gimana?"

"Pulang aja deh, Land. Aku juga belum ganti seragam," jawab Adira.

"Oke!"

Erland melingkarkan tangan Adira pada pinggangnya. Gadis itu menurut kemudian menyandarkan kepalanya pada punggung tegap Erland. Sepanjang perjalanan, Adira tak henti-hentinya tersenyum. Tapi tak lama, senyumnya pudar begitu saja saat mengingat masalahnya dengan Andra.

"Land, turunin aku di perempatan komplek aja ya," pinta Adira tiba-tiba.

Erland menoleh sekilas pada Adira kemudian pandangannya beralih ke jalanan didepannya. "Kenapa nggak langsung ke rumah?" tanyanya heran.

"Eum… ya nggak papa sih, aku cuma gak mau repotin kamu. Jadi kamu nggak usah turunin aku sampe rumah. Biar aku turun di perempatan aja," jelas Adira.

Erland mengangguk pasrah. Erland rasa ada sesuatu yang Adira sembunyikan darinya. Erland tidak bodoh, ia tahu gerak gerik Adira yang mencurigakan. "Ra, kalo ada apa-apa cerita sama aku ya."

"Nggak semua orang berhak tau masalah aku, Land," batin Adira.

"Ra, are you okay?" tanya Erland. Ia bingung dengan sikap Adira yang tiba-tiba berubah drastis seperti ini.

"Ah iya, Land. I’m okay." --not be okay.

Bohong kalau Adira baik-baik saja. Nyatanya ia sedang dalam kondisi yang sebaliknya. Ingin sekali Adira menceritakan semua tentang hubungannya dengan Andra. Tapi Adira sadar, ini masalah pribadinya. Terlebih lagi, Adira tidak ingin membebani orang lain termasuk Erland sekalipun.

Adira semakin erat melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Erland. Saat melewati jalan di samping taman, tatapannya jatuh pada penjual es krim di pinggir jalan dekat taman tersebut.

"Land, berhenti deh!" seru Adira. 

Erland memberhentikan motornya sedikit menepi dari jalan raya. Cowok itu melepas helmnya lalu menoleh pada Adira yang malah tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. Lucu!

"Mau beli ituuu," pinta Adira dengan puppy eyes nya.

Erland mengarahkan pandangannya mengikuti jari telunjuk Adira. "Es krim?"

"Boleh ya?"

"Anything for you."

Dengan gerakan cepat, Adira memeluk tubuh Erland. "Makasih Erland!"

Adira berlari menghampiri penjual es krim itu. Sesampainya di sana, ia melihat anak kecil dengan penampilan yang sangat lusuh tengah membeli es krim.

"Pak, aku mau beli es krim tapi uang aku cuma lima ribu," ucap anak kecil itu.

"Maaf dek, harga es krim yang paling murah sepuluh ribu. Adek ambil uang lagi baru bisa beli es krim," jawab bapak penjual es krim.

Hati Adira tergerak untuk menghampiri anak kecil itu lalu menundukkan badannya menyetarakan tingginya dengan anak kecil. "Dek, kamu mau es krim?"

Anak kecil itu mengangguk antusias dengan mata yang berbinar. "Mau! Eum… tapi sayangnya aku cuma punya uang lima ribu kak."

Adira tersenyum mendengar penuturan anak kecil itu. Adira berdiri dan mengacak rambut anak kecil di hadapannya dengan gemas. "Kamu mau es krim rasa apa?" tanyanya.

"Rasa stroberi kak! Kayaknya enak deh. Soalnya temen aku pernah makan katanya enak banget!" ujar anak kecil itu memberi tahu.

"Temen kamu bener. Rasa stroberi emang the best. Ya udah kakak beliin ya." Adira menghampiri bapak penjual es krim.

Laksana Hujan [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang