"Terima kasih telah berbelanja di toko kami. Kami tunggu kedatangan kakak-kakak kembali."
"Sama-sama." Athena tersenyum membalas pramuniaga toko yang melayaninya dengan ramah. Usai membayar tagihan, Athena segera keluar dari sana untuk mencari Gaia dan Arsenio yang masih belum juga kembali.
Namun, baru beberapa langkah Athena keluar dari dalam toko, entah hanya perasaannya saja atau memang ada yang sedang mengawasinya. Athena berulang kali menoleh kearah belakang guna memastikan firasatnya buruk yang sedari tadi membuat ia resah, namun, tidak ada orang yang bertingkah mencurigakan. Athena menghela napas, kemudian melanjutkan langkah kakinya meski dengan jantung berdebar-debar.
Athena takut. Bagaimana pun, mereka yang tengah mengincarnya saat ini sangat pandai berkamuflase. Meski berada di tempat keramaian, tidak menutup kemungkinan mereka akan nekat menculik Athena di tempat ini detik itu juga.
"Arsenio, kau dimana?" Athena bergumam pelan, berusaha menghubungi Arsenio dengan ponsel di tangannya. Namun karena gugup, ponsel itu pun jatuh membuat Athena memekik terkejut. Buru-buru, Athena meraih ponselnya kembali namun siluet sepasang sepatu yang berdiri tepat dihadapannya membuat tubuh Athena langsung jatuh terduduk.
Kedua bola mata Athena membola ketika pandangan kedua netranya bertemu dengan sosok tidak asing itu.
"Luna Athena, right?"
***
Sinting.
Gaia benar-benar tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang sedang terjadi padanya hari ini. Gaia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki segila bodyguard Athena itu.Setelah tadi pagi hampir membuat Gaia meninggal dunia di pertemuan pertama mereka, tiba-tiba lelaki itu mengatur cara berpakaian Gaia. Lagaknya, sudah seperti seorang kekasih yang posesif pada pasangannya saja.
Gaia benar-benar merasa jengkel. Moodnya hancur. Gaia kesal bukan main.
Setelah Gaia bersusah payah keliling untuk mendapatkan gaun-gaun incarannya yang telah ia inginkan jauh-jauh hari, dengan mudahnya lelaki itu malah mengganti paksa gaun kesukaan Gaia, dengan Gaun panjang pas badan berwarna hitam yang saat ini telah Gaia kenakan.
Dan sumpah demi apapun, warna hitam adalah warna yang paling Gaia hindari selama 18 tahun Gaia tinggal di muka bumi ini. Selain karena Gaia yang memang tidak suka warna gelap, hitam juga membuatnya terlihat berisi. Oh bukan lagi berisi, tapi gemuk.
Gaia benar-benar benci menjadi gemuk. Gaia rasanya ingin menangis saja dan enggan pergi kalau penampilannya seperti ini.
"Selera Arsenio tidak buruk juga," komentar Athena, untuk Gaia yang terlihat berulangkali sedang memutar tubuhnya sambil berkacak pinggang.
Dan bukannya senang mendapati pujian seperti itu, Gaia malah mencebikkan bibir, merasa sangat-sangat tidak puas dengan sosok yang ia lihat pada pantulan standing mirror di hadapannya saat ini.
"Orang itu, sebenarnya kenapa sih Athena? Gaia benar-benar masih tidak habis pikir, dengan sikap orang itu pada Gaia yang seenaknya. Siapa dia berani mengatur cara berpakaian Gaia seperti ini. Gaia gak suka. Pokoknya, Athena harus tegur orang itu supaya nggak bersikap seenaknya sama Gaia lagi. Athena bisa lihat kan? Orang itu, sepertinya punya dendam kesumat dengan Gaia di kehidupan sebelumnya, makanya dia datang untuk merecoki hidup Gaia seenaknya seperti sekarang ini."
Athena menahan senyum mendengar serentetan kalimat itu. Gaia memang cerewet. Namun, justru itulah keunikannya.
"Kamu cantik kok. Gaun yang Arsenio pilihkan sangat cocok untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamma Mate (Tamat)
WerewolfMenjabat sebagai Gamma dari sebuah pack ternama, Arsenio telah bersumpah mengabdikan diri hanya pada pack. Hidup bertahun-tahun tanpa kehadiran seorang mate tidak masalah baginya. Sampai takdir mempertemukannya dengan sang mate. Namanya, Jane Gyana...