Gadis itu mengangkat satu tangannya, mencoba menghalau sinar mentari pagi yang menyorot wajahnya secara tiba-tiba. Gaia mengerjapkan kedua mata, berusaha menyesuaikan cahaya, kemudian melihat pelaku yang baru saja menyibak gorden jendela.
"Athena?"
"Maaf karena aku membangunkanmu dengan cara seperti ini, Gaia. Aku sudah membawakanmu sarapan."
Athena melangkah mendekati ranjang, membantu Gaia duduk setelah memeriksa kening gadis itu sebentar. Setelah memastikan demam Gaia sudah tidak lagi setinggi semalam, Athena lalu meraih nampan berisi semangkuk bubur dan air putih yang dia letakkan di atas meja nakas dekat tempat tidur.
"Aku tidak tahu kau suka atau tidak dengan bubur buatanku, cobalah."
Gaia tersenyum menerima bubur itu, "Terima kasih, Athena."
Athena mengamati Gaia dengan antusias. Sejujurnya, bubur yang ia bawakan untuk Gaia pagi ini adalah olahan yang pertama kali Athena buat disepanjang sejarah hidupnya. Bukannya Athena malas atau tidak mau memasak. Hidupnya memang sudah dimanjakan sedari kecil, lalu begitu ia dewasa Athena menjadi pasangan seorang Alpha. Aldrich tidak pernah membiarkan Athena memasak, bahkan hanya untuk sekedar menyentuh peralatan dapur sekalipun. Karena itulah, Athena tidak memiliki keahlian dalam mengolah makanan hingga sekarang.
Jadi, jika bubur yang Athena buat nanti akan terasa hambar atau bahkan rasanya sangat tidak enak, itu bukan lagi hal yang mengejutkan. Tapi Athena tidak bisa berbohong, jika saat ini dia berharap sangat banyak pada bubur buatannya itu.
"Gaia coba ya?"
Athena mengangguk. Gaia menyuap bubur kedalam mulutnya. Di detik pertama Gaia mengunyah, senyum gadis itu mulai menghilang, berganti menjadi sebuah kernyitan di kening. Athena mengamatinya dengan ekspresi takut-takut, menggigiti ujung kuku jari tangannya sendiri mengamati Gaia yang masih saja diam, tampak enggan berkomentar.
"Bagaimana rasanya, tidak enak ya?"
Di detik berikutnya, Gaia langsung menatap kearah Athena. "Woah..., " mendengar respon Gaia yang terdengar sangat menjanjikan itu, Athena langsung tersenyum lebar.
"Enak kan?"
"Sangat asin," senyum lebar Athena luntur seketika.
Gaia segera meraih gelas diatas meja dan meminum air putih di dalamnya untuk menetralisir rasa garam tersebut. "Tapi tidak masalah. Setidaknya, Athena sudah berusaha. Gaia sangat menghargai apa yang sudah Athena lakukan untuk Gaia. Apalagi, Athena kan memasak untuk pertama kalinya demi Gaia. Jadi, Athena sangat layak mendapatkan nilai sempurna untuk bubur ini. Jangan patah semangat ya, nanti kita bisa belajar sama-sama," kata Gaia, mencoba menenangkan Athena yang terlihat sedih.
Athena mengangguk saja meski wajahnya masih terlihat muram.
"Tapi, kalau Gaia boleh tahu. Memangnya berapa banyak Athena menambahkan garam kedalam bubur ini?"
Athena tampak mengangkat kedua tangannya. menghitung. Melihat itu, Gaia pun mendelik. Buseet! Banyak amat sampai dihitung?
"Aku lupa. Sepertinya, aku tidak menakarnya dengan sendok. Aku langsung tuang saja sisa garam yang tersedia didalam toples."
Gaia tersedak ludahnya sendiri setelah mendengar itu.
***
Gaia sudah merasa jauh lebih segar. Tubuhnya sudah tidak terasa demam. Setelah mandi, Gaia keluar dari dalam kamarnya, melakukan perenggangan otot seraya menguap kecil.
"Athena, kamu dimana? Gaia sudah selesai mandi. Ayo kita cari sara ...,"
"Hai?"
"... pan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamma Mate (Tamat)
Manusia SerigalaMenjabat sebagai Gamma dari sebuah pack ternama, Arsenio telah bersumpah mengabdikan diri hanya pada pack. Hidup bertahun-tahun tanpa kehadiran seorang mate tidak masalah baginya. Sampai takdir mempertemukannya dengan sang mate. Namanya, Jane Gyana...