Malam itu hujan turun cukup lebat. Mengakibatkan awan hitam menutupi cahaya bulan. Suasana di A Moon Pack yg sunyi sepi karena seluruh penghuninya telah beristirahat, tidak membuat Gaia lantas berhasil menutup mata. Gadis itu, justru termenung duduk sendirian di atas kursi goyang yang sengaja ia letakkan di dekat jendela kaca. Gorden sengaja ia buka agar ia bisa menikmati tetes demi tetes air yang membasahi kaca jendela.
Raganya memang berada di sana, tapi jujur saja Gaia sebenarnya merasa seperti di alam lain. Pikirannya terbang bebas. Gaia bahkan tidak ingin menutup mata karena sebenarnya dia memang sengaja tidak ingin melakukannya. Karena saat Gaia terbangun nanti- kenyataan bahwa dirinya masih berada di dunia ini, menampar telak Gaia yang pernah optimis percaya bahwa dirinya hanya sedang bermimpi.
Gaia merindukan teman-temannya. Gaia merindukan kampusnya. Gaia merindukan belajar, bercanda, menangis dan tertawa bersama orang-orang yang ia kenal sebagai manusia biasa.
Bukannya hidup terpenjara di dunia penuh kemisteriusan seperti ini. Kenyataan bahwa ia dikelilingi oleh puluhan bahkan mungkin ratusan makhluk buas dan tidak tahu akan sampai kapan dia harus terkurung terus benar-benar mempengaruhi psikisnya. Gaia merasa dirinya mungkin tidak lama lagi akan berubah menjadi gila saking tidak masuk akalnya dunia ini.
Gaia hendak menutup gorden jendela saat melihat kilat semakin mengerikan terlihat diatas langit. Namun gerakannya terhenti sejenak saat kedua matanya berhasil menangkap sosok Arsenio dan Atarick yang Gaia yakini keduanya baru kembali dari hutan perbatasan. Dibawah derasnya air hujan, kedua lelaki itu berlari masuk melewati gerbang utama pack dengan pakaian compang-camping dan basah kuyup.
Tok, tok, tok...
"Gaia!"
Gaia langsung menutup gorden begitu pintu kamarnya terbuka dan Athena muncul dibaliknya. Sambil membawa sesuatu di tangannya, Athena tersenyum saat mendapati Gaia yang ternyata belum tidur-persis seperti dugaannya.
"Kau tahu? Saking mengenalnya aku tentang dirimu, aku seperti merasa kita berdua memiliki ikatan yang peka. Aku seperti bisa merasakan keresahanmu, malam ini."
Gaia segera menghampiri Athena. "Apa yang Athena bawa?"
Athena kemudian menyerahkan sebuah buku kearah Gaia. "Aku tahu kau suka membaca. Jadi ku bawakan buku ini untukmu harus ketahui isinya."
Gaia menerima buku itu. "Kurasa membaca ini semalaman seru juga."
"Tidak sekarang, Gaia. Kamu masih punya waktu besok, besoknya lagi dan seterusnya. Tapi untuk tidur berdua denganku adalah hal yang langka."
Gaia segera menyimpan buku keramat itu kedalam laci meja rias, sebelum menyusul Athena yang sudah membaringkan tubuhnya ke atas ranjangnya. Keduanya sama-sama menatap langit-langit kamar, saling diam- sebelum Gaia memutuskan untuk menoleh kearah Athena sekaligus menanyakan sesuatu yang cukup mengganggunya.
"Gaia barusan lihat Arsenio dan kakak Athena baru kembali dari hutan perbatasan. Tapi, Gaia lihat mereka seperti terluka." Gaia menjeda sebentar ucapannya. "Sebenarnya, apa yang sedang mereka hadapi Athena?"
"Kamu akan mendapatkan jawabannya dari buku yang tadi kubawakan, Gaia. Pada intinya, yang Gamma Arsenio dan Beta Atarick lakukan adalah demi kebaikan semua orang."
Athena kemudian memeluk Gaia. "Karena itulah, aku memilih menemanimu tidur disini. Aldrich akan memimpin rapat yang kurasa akan berlangsung semalaman."
Gaia terdiam, berusaha mencerna perkataan Athena. Lalu dengkuran halus yang terdengar serta hembusan napas pelan pertanda Athena sudah tidur membuat Gaia perlahan menarik diri dari pelukan Athena. Gaia memutuskan untuk mempelajari isi dari buku itu malam itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamma Mate (Tamat)
Lupi mannariMenjabat sebagai Gamma dari sebuah pack ternama, Arsenio telah bersumpah mengabdikan diri hanya pada pack. Hidup bertahun-tahun tanpa kehadiran seorang mate tidak masalah baginya. Sampai takdir mempertemukannya dengan sang mate. Namanya, Jane Gyana...