Gamma Mate - Bab 29

22K 1.4K 26
                                    

"Gaia! Hati-hati!"


Gaia mengabaikan peringatan itu. Meski harus menahan rasa nyeri di antara kedua pahanya, gadis yang hanya mengenakan jas kebesaran milik Arsenio itu, untuk menutupi tubuh telanjangnya tetap memaksakan diri, berjalan lebih dulu meninggalkan Arsenio di belakang sana.

Sementara tak jauh darinya, Arsenio tampak hanya mengenakan celana panjang tanpa atasan, karena kemeja miliknya telah robek karena kejadian semalam.

"Arsenio, jangan terlalu dekat!" Teriak gadis itu, mengejutkan Arsenio hingga mau tak mau lelaki itu memilih mengalah, sambil mengangkat kedua tangannya keatas udara.

Melihat punggung Gaia yang kembali melangkah menjauh-Arsenio pun tidak tahan untuk tidak tersenyum. Arsenio tentu paham gadis itu malu. Itu pengalaman pertama bagi mate-nya yang masih lugu.

Omong-omong soal malam pertama, Arsenio beruntung karena semalam ia datang tepat waktu. Tidak bisa ia bayangkan andai ada he-wolf lain yang memanfaatkan kesempatan heat Gaia-dengan menyentuh gadisnya itu.

Gaia yang berjalan di depannya tiba-tiba berhenti membuat Arsenio ikut menghentikan langkah kedua kakinya dengan satu alis terangkat sebelah. "Kenapa?" Tanya lelaki itu.

Gaia bergeming. Perempuan itu menghela napas sebelum berbalik menghadap kearah Arsenio berada.

"Gaia dan Arsenio mau pergi kemana memangnya?" Tanya Gaia dengan ekspresi wajah lesu. Setelah cukup lama keduanya sama-sama diam dalam keheningan, berjalan lurus tanpa arah, Gaia bahkan baru menyadari kalau mereka berdua tidak memiliki tempat tujuan.

"Setelah lama berjalan, kenapa baru bertanya?"

"Arsenio yang salah karena gak bilang dari awal. Terus kenapa gak kasih Gaia intruksi. Gimana kalau salah jalan. Kalau tersesat bukan salah Gaia ya. Arsenio yang seharusnya menjadi pemimpin perjalanan.... ARSENIO, KENAPA NINGGALIN GAIA!" Teriak Gaia, saat Arsenio berjalan lurus melewatinya.

Dengan mimik wajah cemberut, Gaia mengikuti Arsenio dalam diam. Mereka melewati bukit yang baru Gaia ingat. Aneh-padahal saat datang ke danau itu, Gaia merasa lokasinya tidak terlalu jauh. Tapi kenapa saat ingin kembali seperti memakan waktu yang cukup lama. Gaia berulangkali mengusap keringat di keningnya sambil menghela napas. Sementara Arsenio melirik sekilas, lalu memelankan langkahnya saat menyadari Gaia sedikit tertinggal.

"Apakah tidak ada jalan lain?"

"Tidak."

Gaia lantas berjongkok diatas tanah. Arsenio menoleh kebelakang lantas mendekat ke arah mate-nya itu sambil mengulurkan tangan.

"Mau kugendong?" Tawar Arsenio. Namun Gaia menolak dengan menggelengkan kepala.

"Gaia lapar," rengek gadis itu.

Arsenio kemudian menatap sekeliling, pada pohon-pohon tinggi besar yang mengelilingi mereka. Meski gelap, werewolf memiliki penglihatan yang tajam, Arsenio bahkan bisa mengandalkan penciumannya untuk mengintai binatang buruan.

"Gaia mau buah."

"Apa?"

"Ini sudah malam. Gaia lapar tapi gak mau makan makanan berat. Gaia mau makan buah."

"Mundurlah, ada pohon apel di belakangmu."

Gaia menurut. Bahkan saat Arsenio menarik tubuhnya dan mendudukkannya di bawah pohon yang rindang-sedikit jauh dari pohon apel itu, Gaia tidak protes. Kebutuhan perutnya rupanya membuat gadis itu memilih melupakan perihal rasa malu yang ia rasakan sebelumnya.

Gamma Mate (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang