Di dalam sebuah novel bergenre romantis, mungkin Tesar akan digambarkan sebagai sosok lelaki sempurna yang tidak cukup untuk dideskripsikan dengan beberapa paragraf sebuah tulisan. Pada kenyataannya perempuan-perempuan yang mengenalnya akan dengan senang hati mengantre untuk mendapatkan hati seorang Tesar Abrisam.
Contohnya sekarang, mahasiswa-mahasiswa baru yang diajarnya bahkan menatap takjub ke arah Tesar yang sedang menjelaskan materi mengenai Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Penjelasannya mudah dipahami, bahasa yang dipilih juga tidak membuat mahasiswa baru itu merasa kesulitan, wajahnya laksana angin yang sanggup mengusir rasa panas di jam-jam krisis ini. Intinya, pelajaran yang mulanya membuat kita mengantuk malah menjadi pelajaran yang justru dinanti-nanti.
"Bismillah dapat Dokter Tesar." Celetuk salah satu mahasiswi yang sibuk merapikan dandanannya.
"Heleh, mohon maaf nih sayanya udah ngeklaim dari minggu pertama." Ucap Bella, mahasiswa yang dandanannya super menor dengan baju yang cukup ngejreng tapi ngakunya paling kekinian.
"Emang yakin dia masih jomblo?" Jawab teman yang duduk disampingnya.
"Mau punya istri atau belum juga bakal gue sikat kalau orangnya Dokter Tesar. Nggak apa-apa jadi istri kedua, atau ketiga sekalian, asal bisa tiap hari lihat mukanya." Jawabnya sepelan mungkin, dia tidak mau citranya menjadi jelek di depan Dokter Tesar.
"Bella oh Bella, seperti biasanya ge to the nit, GENIT." tekan Anya membuat mereka berdua tertawa satu sama lain.
"Baik, saya pikir cukup penjelasan saya hari ini." Ucap Tesar melihat jam tangannya yang menunjukan sebentar lagi pukul 2 siang. Wajah-wajah mereka yang mendambakan Tesar mendadak murung, terutama Bella yang bibirnya sudah ditekuk ke bawah. Masalahnya pertemuannya dengan Tesar hanya satu minggu sekali, itu pun paling lama hanya 90 menit. Sangat-sangat tidak cukup untuk melepas rindu.
"Sepuluh menit lagi waktu habis, so for those of you who want to ask, please raise your hands." Ucap Tesar
"Saya Dok." Bella mengangkat tangannya tinggi, sumpah dia tidak mau bertanya cuma dia kepikiran dengan perkataan Anya tadi.
"Maaf jika pertanyaan saya di luar konteks, tapi demi kenyamanan serta kefokusan saya belajar mohon pertanyaan saya dijawab Dok." Alis Tesar bertaut, jenis pertanyaan apa yang kiranya begitu penting bagi mahasiswa di depannya ini.
"Mengenai status Dokter, Dokter belum punya istri, kekasih, Fwb (Friend with benefit), atau semacamnya kan?" Semua orang sontak tertawa dengan pertanyaan Bella, dan beberapa lainnya berharap Tesar akan menjawab pertanyaan itu.
"Terima kasih atas pertanyaannya dan jawab saya adalah.." Semua mahasiswa terutama mahasiswa perempuan menunggu jawabannya.
"Saya sudah memiliki seorang istri. Saya tutup kelas ini, Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh." Bella shock dan menitihkan air mata hingga maskaranya luntur setelah Tesar keluar dari kelas mereka.
Apakah dia harus pindah jurusan sekarang juga? Toh semua ini hanya keinginan orang tuanya yang ingin agar dua menjadi seorang Dokter.
Tesar berjalan membawa buku serta laptopnya ke luar kelas dan tanpa disadari sudah ada Shafira yang menunggunya tak jauh dari kelas yang tadi dia isi.
"Shafira?" Tesar memanggil perempuan yang sibuk memegangi pipinya yang panas. Sumpah, harus bagaimana dia sekarang pipinya memerah seperti memakai blush on berlebihan.
"Ayo Mas, sebelum ada yang lihat." Mereka berdua berlari dengan cepat menuju ruangan Tesar. Untung saja lorong kelas sepi karena memang hanya kelas Tesar yang saat itu sedang belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ternyaman
Romantizm🥇#1 menangis - 2 Februari 2022 Dokter Tesar, Dokter bedah umum dengan subspesialisasi dalam operasi hepatobilier & pankreas, lelaki cerdas yang sudah lama menaruh hati kepada Shafira yang bercita-cita menjadi Penerjemah dan Penulis. Namun, lelaki i...