16. Gantian Aku Mengecupmu

3.2K 366 53
                                    

Jika menurut sebagian orang waktu adalah obat terbaik untuk menyembuhkan luka, maka tidak bagi sebagian yang lainnya. Karena sejatinya kita hanya mulai terbiasa seiring berjalannya waktu, terbiasa untuk tidak apa-apa, terbiasa untuk terlihat baik-baik saja tapi luka itu masih belum pulih seutuhnya, ada harga yang perlu dibayar, ada ketetapan yang perlu diterima, dan ada hati yang harus dilapangkan.

Arleta dan Tesar meluruskan kesalahpahaman di antara mereka, Arleta meminta maaf karena belum menjadi ibu yang sempurna dan Tesar meminta maaf karena tidak bisa menemani keterpurukan ibunya selama ini. Ketidakjujuran Arleta kepada Tesar adalah sepenuhnya kesalahan Arleta, karena Tesar berhak mengetahui kebenaran bahwa Bagas bukan ayah kandungnya meskipun di saat yang sama Tesar tidak akan pernah mengetahui siapa ayah yang sebenarnya. Tesar tahu bahwa memberitahunya sama dengan membuka luka lama tapi untuk sembuh dari luka itu bukankah kita perlu mencari obat terbaik dan mencegahnya bertambah parah, mengobatinya dari dalam tidak hanya memberi plaster bagi luka yang menganga yang mungkin saja perlu dijahit, perlu diobati, perlu diperban.

Setiap malam dalam setahun tidak pernah sekalipun Arleta tidur senyenyak hari di mana dia mencurahkan semua yang dia pendam selama ini kepada Tesar. Tentang ketakutannya bahwa Tesar akan menyalahkannya dan pergi meninggalkannya, tentang Tesar yang depresi karena seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengetahui ayah kandungnya tetapi jauh berbanding terbalik dengan kondisi Tesar di dalam pikiran Arleta, Tesar yang berada di hadapannya itu memeluknya hangat, dengan penuh kasih sayang anak yang paling dicintainya itu membisikkan kata yang menghangatkan hatinya.

"Terima kasih ma sudah lahir ke dunia ini, terima kasih sudah menjadi mama terbaik selama aku lahir sampai sekarang ini." Saat itu Arleta tak kuasa menahan tangisannya.

"Maafkan aku ya ma, selama ini waktu mama diam-diam menangis di toilet dan keluar dengan mata sembab aku nggak pernah bertanya, aku kira mama cuma rindu sama Papa, tapi ternyata mama takut kalau aku tahu yang sebenarnya. Maafkan aku karena aku belum bisa jadi anak yang baik dan jadi pelindung untuk mama."

"Maafkan mama juga ya nak karena selama ini selalu membohongi kamu, maaf karena butuh waktu yang lama untuk jujur." Mereka sama-sama perlu ruang untuk luka yang sepenuhnya belum mengering, memberi jeda bagi hidup yang kadang-kadang melelahkan. Pelukan hangat itu berangsur-angsur jadi penawar bagi luka yang sudah lama tidak bisa disembukan.

Sepulang dari rumah sakit Tesar memilih untuk mengambil cuti selama pekan dan hari ini tepatnya sudah sepekan waktu cuti yang sudah diambilnya. Shafira dan Tesar memutuskan untuk kembali tidur bersama dalam satu ruangan dan satu ranjang yang sama awalnya Tesar sampai keringat dingin karena baru kali ini mereka kembali tidur bersama setelah kembalinya mereka dari . Malam pertama rasanya berlalu begitu lama bahkan suara jarum jam di kamar yang didominasi abu tua itu bisa terdengar jelas, deru napas yang memacu, detak jantung yang dipompa lebih cepat seolah-olah menjadi suara latar. Malam kedua mereka habiskan untuk mengobrol, begitupun malam-malam selanjutnya hingga malam ke empat Shafira memperlihatkan rambutnya yang indah, Tesar sampai terpesona sesaat, rambut Shafira jatuh lurus berwana hitam legam, aroma shampo strawberry menguar ke seluruh ruang di kamarnya sehingga kesan maskulin di kamarnya sontak menghilang begitu saja, tak hanya Tesar awalnya juga Shafira malu bukan main tapi jika tidak dimulai kapan dia akan memberanikan diri untuk menampakkan apa yang sudah sepatutnya suaminya lihat, toh mereka sudah terikat dalam satu ikatan yang halal dan Insyaa Allah diridhoi Allah.

Beberapa barang Shafira juga sudah dipindahkan ke kamar Tesar yang merupakan kamar utama di apartemen mereka, hanya barang penting seperti beberapa piyama, skincare, dan laptop untuk mengerjakan skripsinya. Rencananya mereka ingin pindah ke rumah yang dihadiahkan orang tua mereka sebagai kado pernikahan tapi karena masih berdua, rasanya rumah itu terlalu luas. Toh, apartemen ini cukup nyaman dan luas untuk mereka berdua. Jadi saat mereka berdua memiliki anak, mungkin tawaran untuk pindah ke rumah yang besar bisa mereka indahkan.

Rumah TernyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang