Semenjak mengetahui kehamilan Shafira, Tesar menjadi super protektif dan sepuluh kali lipat lebih memperhatikan kesehatan istri dan calon buah hati mereka. Sebisa mungkin dia selalu menyertakan dirinya dalam urusan apapun yang melibatkan istri dan calon buah hati mereka. Apapun yang Shafira butuhkan, dia selalu menjadi garda terdepan untuk memenuhinya. Dia mungkin tidak sekaya mertuanya, Arsen yang bahkan memiliki yacht super mewah hingga kerap diberitakan diberbagai media di Indonesia maupun mancanegara. Tetapi, apapun yang Shafira inginkan dia akan selalu memenuhinya tanpa bergantung pada ayah mertuanya. Sejauh ini meskipun Shafira adalah satu-satunya pewaris kekayaan dari Arsen, tetapi mereka berdua hidup mandiri dan sudah memiliki tabungan sendiri untuk anak mereka.
Pagi ini seperti biasa mereka menyarap bersama, sepulang salat subuh Tesar membeli gado-gado untuk mengisi perut mereka, gado-gado favorit Shafira. Hari ini kondisi Shafira jauh lebih membaik setelah kemarin rasa mual membuatnya tidak bernafsu memakan apapun. Sebagai seorang dokter dan suami siaga, Tesar begitu telaten merawat istrinya, mengecek kondisinya setiap waktu, bahkan membersihkan muntah serta mengganti pakaian Shafira saat istrinya lemas tidak berdaya. Tidak ada rasa jijik, baginya ini sudah tugasnya sebagai seorang suami.
"Sha, maaf ya sayang, Mas mungkin pulangnya baru bisa lusa. Kamu tahu dokter Fajar kan?" Shafira mengangguk dua kali sebagai tanda bahwa dia mengenalnya sesekali dia menuangkan air untuk Tesar minum, sudah dua gelas air Tesar habis. Lelaki itu meski tidak terlalu menyukai pedas, masih saja mencobanya. Berbeda dengan Shafira yang memang doyan pedas dari kecil.
"Istrinya alhamdulillah sudah melahirkan. Tetapi, lebih cepat dari perkiraan sehingga dia belum sempat mengambil cuti. Jadi, Mas mengambil alih beberapa pasiennya. Mas sudah telpon mama kok, biar kamu ada yang temani." Shafira menggeleng
"Nggak usah Mas, aku bisa sendirian kok. Lagipula Mama kan baru pulang dari Bali, kasian kecapekan."
"Mama malah senang loh Sha, temani menantu dan cucunya yang masih di dalam sini" Tesar mengelus perut istrinya sesekali menciuminya gemas. Sebelum keberangkatan orang tua mereka untuk liburan ke Bali mereka memutuskan untuk memberitahu kabar bahagia ini. Jangan ditanya bagaimana reaksi mereka, tawa bahagia dan menangis karena haru berpadu jadi satu. Bahkan, mereka ingin mencancel tiket pesawat, hotel, serta restoran yang telah mereka reservasi padahal semua pembayaran sudah dilunasi, tentu jika bukan paksaan dari Shafira dan Tesar maka para orang tua mereka akan dengan senang hati membatalkan liburan yang telah disusun jauh-jauh hari untuk memberikan perhatian penuh pada Shafira dan calon cucu mereka. Liburan kali ini Shafira dan Tesar memilih untuk tidak ikut, Tesar akan menangani beberapa operasi yang cukup sulit, Shafira ingin menyelesaikan skripsi agar selesai tepat waktu sebelum kelahiran buah hati mereka. Bukan waktu yang tepat untuk mereka berlibur.
"Sehari sendirian di rumah nggak apa-apa kok buat aku Mas, kalau ada apa-apa aku bisa telpon kamu atau orang tua kita. Kasihan juga mama baru pulang dari Bali, kajian rutin juga kan diadakan di rumah mama kali ini, banyak yang perlu mama siapkan. Aku takut mama kecapekan." Ucap Shafira mengelus rambut Tesar yang sudah rapi. Jika para fans fanatik Tesar melihat adegan ini maka sudah dipastikan Shafira bisa tidak selamat, pasalnya cuma dua perempuan yang pernah memegangi rambut Tesar, ibunya sendiri dan istrinya. Perempuan lain mah boro-boro memegangi rambut Tesar, Tesar mengetahui namanya saja sudah alhamdulillah.
"Ya sudah, nanti Mas hubungi mama, tapi ingat kalau ada apa-apa langsung hubungi Mas." Perintah Tesar
Shafira mengangguk, "Iya bayi besarku" ucapnya mencium pipi lelaki itu dengan gerakan cepat hingga membuat pipi yang dicium bersemu merah. Shafira memang pandai membuat Tesar si dokter kaku salah tingkah.
***
Waktu menandakan pukul setengah lima sore, setelah mengoperasi selama lima jam tanpa henti, Tesar meminta izin untuk keluar lebih dahulu dan jahitan untuk luka operasi dilakukan oleh rekan sejawatnya yang hari ini mendampinginya di meja operasi. Tesar keluar untuk melaksanakan salat ashar, setelah salat dia memutuskan untuk makan siang yang dirapel makan malam sebab sudah dipastikan dia akan berada di meja operasi malam nanti. Sebenarnya ini juga terlalu sore untuk disebut makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ternyaman
Storie d'amore🥇#1 menangis - 2 Februari 2022 Dokter Tesar, Dokter bedah umum dengan subspesialisasi dalam operasi hepatobilier & pankreas, lelaki cerdas yang sudah lama menaruh hati kepada Shafira yang bercita-cita menjadi Penerjemah dan Penulis. Namun, lelaki i...