20. Jika Saja Dunia Runtuh

2.7K 369 36
                                    

Shafira tidak hentinya mengucap terima kasih kepada Farah sahabatnya, bahkan dengan telaten sang sahabat membersihkan muntah serta membantunya mengganti pakaian. Kalau tidak ada Farah yang menemaninya hari ini, mungkin dia sudah ditemukan pingsan di jalanan.

"Rambutnya sini aku ikat." Farah mengambil ikat rambut berwarna hitam di tangan Shafira dan menjadikan rambut hitam tebal yang tadinya terurai itu menjadi satu ikatan.

"Trimester pertama memang lebih sering mual, jangan terlalu forsir diri, istirahat yang cukup, makan tepat waktu. Masalah tadi nggak usah kamu pikirkan berlarut-larut, kamu nggak ada hubungannya lagi sama dia." Farah menasehati persis seperti nasehat Tesar kepadanya sambil menyuapkan bubur untuknya.

"Ra, maaf ya hari ini aku ngerepotin banget." Ucap Shafira lirih.

Farah menggeleng "Dalam kamus persahabatan kita nggak ada namanya ngerepotin, Sha. Kamu ingat nggak waktu ibu aku rawat inap satu pekan di RS padahal aku sibuk kerjain laporan, kamu kan yang bantuin jaga ibu. Waktu aku lagi butuh uang, kamu yang minjemin. Kebaikan kamu ke aku itu nggak bisa lagi aku ungkapkan." Ucap Farah tulus

"Makan buburnya yang banyak sebagai tanda terima kasih kamu ke aku, walau rasanya makanan yang kamu makan mau keluar terus, kamu harus paksa diri untuk terus makan biar dede bayi nggak kelaparan. Kamu sekarang nggak sendiri, ada amanah yang dititipkan oleh Allah melalui kamu. Jadi, jaga baik-baik titipannya."

"Iya mama Farah." Ucap Shafira, mereka berdua tertawa.

Setelah menyarap bubur mereka memutuskan untuk menonton salah satu film di netflix, mereka memesan beberapa cemilan via ojek online. Posisi mereka berdua sekarang membawa euforia masa-masa kuliah mereka kembali, di hari-hari berat selepas ujian menonton film sambil curhat panjang lebar menjadi salah satu obat waras untuk mereka berdua. Pernah Shafira mendapatkan nilai C padahal selalu aktif dalam kelas tersebut, pulang-pulang dia menangis merengek dan menyuruh Farah datang ke rumahnya. Pernah juga Farah frustasi saat musim ujian yang tugasnya luar biasa susah, dia bahkan berkali-kali meminum obat magh karna makan tidak teratur. Musim-musim ujian dengan banyaknya tugas pengganti final memang membuat mereka berdua seperti zombie di dunia nyata.

"Bodoh banget ya aku pernah cinta sama lelaki sejahat dia." Shafira membuka percakapan, tontonan film kini menayangkan cuplikan sepasang kekasih yang putus cinta.

"Bukan kamu yang bodoh, Sha. Dia yang bodoh menyia-nyiakan orang sebaik kamu. Dia nggak worth it buat kamu, kamu terlalu baik, dokter Tesar orang yang pantas mendapatkan kamu." Sudut mata Shafira kembali berair, Farah memeluk sahabatnya yang menekuk lutut dibawah sofa

"Andai ada alat untuk menghapus kenangan buruk, aku pasti sudah membelinya satu buat kamu."
Siang menjelang sore mereka berdua menghabiskan waktu bersama, menceritakan banyak hal bahkan hal yang tidak penting sekalipun. Andai saja Farah tidak ada, Shafira pasti akan kesepian, dia tak hentinya berterimakasih kepada Allah karena telah menghadirkan Farah, sahabat terbaiknya.

Farah pulang sebelum maghrib karena dia harus mengurus beberapa undangan yang belum dibagikan. Ya, Farah akan menikah dengan Revan mereka berdua juga telah melalui perjalanan panjang belakangan ini. Keragu-raguan Farah pudar begitu saja melihat kesungguhan Revan, meskipun mereka berdua masih sama-sama sibuk dengan sebagai koas, tetapi niat baik tidak bagus jika terus ditunda-tunda, berkat persetujuan dan restu kedua orang tua mereka, akad dan resepsi akan diadakan bulan depan.

***


Pukul sembilan malam Tesar pulang, menekan sandi apartemen mereka dan masuk. Shafira pasti sudah tidur, semenjak memasuki bulan ke empat memang dia tidak bisa begadang terlalu lama. Tesar membuka pintu kamar mereka setelah mengucap salam, benar dugaannya istrinya sudah terlelap, dengan pelan dia keluar untuk membersihkan badan ke kamar mandi. Setelah dua puluh menit membersihkan badan dan mengganti baju barulah dia ikut bergabung di atas kasur. Wangi Shafira seperti bau bayi karena di usianya sekarang dia masih sering menggunakan minyak bayi, katanya jadi kebahagiaan tersendiri jika tubuhnya penuh akan bau bayi.

Rumah TernyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang