Sepanjang perjalanan Shafira mengeluarkan tangannya yang sesekali berhasil menggenggam salju yang jatuh dari langit kota Zurich. Tesar memarkirkan mobil yang sengaja mereka sewa untuk mengeksplor kota Zurich. Walaupun Zurich tergolong kota yang besar, namun untuk tempat wisata rata-rata dapat dijelajah cukup dengan jalan kaki.
Sesekali lelaki itu menyejajarkan kakinya dengan Shafira yang meskipun badannya kecil namun berjalan dengan cepat jika melihat barang-barang yang lucu. Perempuan itu tersenyum ke arah suaminya yang tingkahnya persis seperti anak-anak yang selalu mengejarnya.
Mereka berjalan dari stasiun kereta pusat Zurich Hbf, sebuah tempat yang cukup menyenangkan. Satu tingkat di bawah platform kereta terdapat Rail City, semacam shopping centre yang cukup besar. Mulai dari toko yang menjual cemilan, restoran, hingga toko jam dan coklat semua hampir memenuhi Rail City tersebut.
"Kamu udah lapar belum, Sha?" Tanya Tesar membuat perempuan yang baru saja membeli sebuah jam tangan yang modelnya cukup tua namun tetap keren itu mengangguk.
"Lapar." Jawab perempuan itu jujur bersamaan dengan perutnya yang sudah berbunyi. Shafira tersenyum menampilkan kedua lesung pipi yang tercetak jelas dipipinya. "Banget.." tambahnya
"Mau makan chocolate truffle?" Shafira mengangguk semangat.
"Ya udah, ayo, aku tahu tempat yang enak." Begitu mereka berjalan sebuah sepeda nyaris menabrak Shafira. Untung saja Tesar sigap menggenggam tangannya.
"Maaf." Lelaki itu buru-buru meminta maaf karena menggenggam tangan Shafira tanpa izin. Memang betul dia suaminya, namun dia mencoba untuk menghargai Shafira, dia tidak mau jika Shafira merasa tidak nyaman berada di dekatnya.
"Kenapa Mas minta maaf?" ucap perempuan itu lalu mengambil tangan Tesar yang dua kali lebih besar dari ukuran tangannya, "Udaranya dingin, pegangan tangan seperti ini bisa menyalurkan kehangatan menurut novel yang pernah aku baca." Jujur saja, detik itu jantung Tesar hampir saja melompat saking bahagianya dia. Namun, sebisa mungkin dia menyembunyikannya.
Sepanjang jalan menuju toko Luxemburgerli, tempat yang menjual chocolate truffle dan macaroon terenak, tidak hentinya lelaki itu memperhatikan tangan mungil yang menggenggam tangannya erat. Sementara yang menggenggam pipinya sudah memerah entah keberanian dari mana dia berhasil menggenggam tangan Tesar.
"Mau pesan apa, Sha?" Tanya lelaki itu begitu mereka sampai di Luxemburgerli.
"Chocolate truffle sama hot cokelat." Jawabnya
Tesar kemudian memesan pesanan mereka dalam bahasa Jerman. Pernah tinggal di Jerman tentu saja membuatnya fasih menggunakan bahasa Jerman. Di kota Zurich orang-orang memang menggunakan bahasa Jerman karena termasuk bagian tengah, sementara Di barat, dekat Jenewa, mereka menggunakan bahasa Prancis.
"Entschuldigung, ich möchte zwei Schokoladentrüffel und zwei heiße Schokolade bestellen." (Permisi, saya ingin memesan chocolate truffle dua dan hot chocolate dua.)
"Bitte warten Sie einen Moment, wir werden bald eine erstellen." (Mohon untuk menunggu sebentar, kami akan segera membuatnya.)
"Danke." (Terima kasih)
Mata Shafira berbinar-binar melihat Tesar begitu fasih menggunakan bahasa Jerman, kadar ketampanannya meningkat dan menjadi semakin karismatik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ternyaman
Romance🥇#1 menangis - 2 Februari 2022 Dokter Tesar, Dokter bedah umum dengan subspesialisasi dalam operasi hepatobilier & pankreas, lelaki cerdas yang sudah lama menaruh hati kepada Shafira yang bercita-cita menjadi Penerjemah dan Penulis. Namun, lelaki i...