Suasana hati Farah hari ini cukup baik, tepatnya sangat-sangat baik. Kemarin dia dan Shafira menghabiskan waktu bersama untuk ke kedai kopi yang biasa mereka kunjungi. Meskipun yang memesan kopi hanya Farah karna katanya dia akan begadang untuk mempelajari materi-materi yang ditugaskan oleh Dokter Tesar kepada mereka sesama koas. Di waktu senggang perkuliahan, kedai kopi yang hanya berjarak lima menit dari Fakultas Kedokteran dan tujuh menit dari Fakultas Ilmu Budaya menjadi pilihan mereka untuk nongkrong berdua, daripada menghabiskan waktu dengan teman sesama jurusan, mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama padahal jurusan mereka sangat berbeda.
Kedai hari ini cukup sepi, mungkin karna mahasiswa-mahasiswa yang lain sedang belajar toh pukul delapan pagi adalah jam keramat yang membuat mahasiswa jarang mandi karna sibuk memburu waktu sebelum dosen masuk untuk memberi materi.
Hubungan mereka mulai membaik, jarak mulai terkikis bahkan Farah sengaja menculik Shafira dari Tesar seharian. Jika diingat-ingat mungkin mereka menghabiskan waktu bersama sudah beberapa bulan yang lalu, agak aneh bin ajaib juga mereka bisa tidak canggung sama sekali padahal beberapa waktu yang lalu bertatapan saja canggungnya minta ampun.
Percakapannya dengan Shafira kemarin masih membekas diingatannya "Kak Revan, dia senior yang terkenal itu kan di kampus? Angkatan sebelum kamu yang sering dibangga-banggain dosen yang pernah kamu cerita?"
"Hu'um, masih ingat aja." Shafira mengangkat bahunya sebagai tanda bahwa daya ingatnya cukup tajam untuk topik kali ini.
"Dari sudut pandangku sebagai perempuan, kayaknya dia suka sama kamu." Farah menyembur kopinya hingga menyiprat ke wajah Shafira.
"Iiiiih Faraah, jorook bangeet aaah." Shafira cemberut dan menghapus bekas-bekas kopi di wajahnya.
"Ya sorry Sha, lagian ngomongnya ngawur banget. Kalau ada yang denger pembicaraan kita bisa-bisa nggak selamat deh aku sampai rumah. Kak Revan tuh cuma sekadar senior yang harus diteladani, sikapnya yang mengayomi, sifatnya yang bijaksana, dan perhatian sama juniornya bukan berarti dia ada rasa, dianya memang bersifat seperti itu ke semua orang, nggak cuma aku. Lagian, ada ratusan cewek kedokteran yang ngantre buat dapatin dia, nomor sepatunya aja udah bukan rahasia di kedokteran saking terkenalnya dia." Terang Farah panjang lebar.
"Ra, tatapan seorang laki-laki ke perempuan dan tatapan senior ke junior itu udah kukhatamkan perbedaannya. Tatapan Kak Revan tuh sama banget kayak tatapan Mas Tesar ke aku. He likes you and you should know it" tegas Shafira
"Dia cowok yang baik Ra, bismillah yuk tahun ini nyusul..." Shafira tersenyum penuh arti sembari mengamini perkataannya dalam hati, dia sangat ingin Farah bisa menemukan laki-laki baik yang pantas mendapatkannya.
"Bahagia banget mbaknya." Ketus Dena memutus lamunan Farah dan Dena juga yang pertama kali menyadari suasana Farah yang sangat jauh berbeda dengannya yang galau karena Aldo menolak cintanya minggu lalu. Katanya, dia tidak mau terjebak cinta lokasi dan berakhir canggung kalau-kalau mereka berdua harus putus. Heran juga, bagian apa yang membuat Dena bisa jatuh cinta dengan laki-laki konyol itu.
"Iya nih, kenapa? Mau ditraktir?" Tawar Farah berbaik hati, menyentil dagu Dena yang cemberut dari tadi.
"Boleh, mana nolak sih akoeh kalau gratisan" timpalnya dengan bahasa yang dilebih-lebihkan
"Oke deh, ajakin Dodo juga sekalian. Kasian dari tadi lo cuekin mulu."
"Dih. Kalau lo ngajakin dia, gue ogah ikut. Nitip aja, kagak ada sejarahnya gue deket sama cowok yang nolak gue dengan alasan paling klise di muka bumi ini." Dena sengaja menaikkan suaranya membuat sang topik pembicaraan melirik sebentar lalu kembali fokus dengan catatan pasien yang dipegangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ternyaman
Romance🥇#1 menangis - 2 Februari 2022 Dokter Tesar, Dokter bedah umum dengan subspesialisasi dalam operasi hepatobilier & pankreas, lelaki cerdas yang sudah lama menaruh hati kepada Shafira yang bercita-cita menjadi Penerjemah dan Penulis. Namun, lelaki i...