The Plan [20]

23 2 1
                                    

Paginya sekitar pukul 6 gua tiba tiba terbangun karna merasakan selimut gua yang semakin naik menuju pundak, ternyata itu adalah Yunho yang berusaha menaiki selimut gua.

"Udeh, tidur lagi aja" Ucapnya setelah menaikan selimut, kemudian ia pergi menuju dapur

"Udeh gua bilang juga jangan tidur bareng gua, masih aja ngeyel" Lanjut ucapannya ketika masih berjalan menuju dapur. Karena posisinya saat itu gua sedang tertidur di sofa, dan kali ini gua menyesali tidur 1 kasur dengan makhluk satu itu. Wajah Yunho seolah menggambarkan tau bahwa hal ini akan terjadi, dimana pada akhirnya gua memutuskan untuk pindah pada tengah malam dan tertidur di sofa. Gua hanya memincingkan mata sinis padanya lalu kembali tertidur sedangkan ia pergi ke dapur yang sepertinya ia sedang memasak, ah iya lebih tepatnya membuat roti selai- mana mungkin anak itu tiba tiba bisa memasak ataupun nekat untuk memasak.

Beberapa menit gua merasa nyaman tertidur di sofa, perlahan meregangkan badan keatas lalu kembali mengambil posisi nyaman- hingga akhirnya gua mencium bau gosong dari arah dapur. Seketika mata gua membulat dan bangun secara serentak dengan gesit berlari kearah dapur melihat Yunho hanya terdiam memandangi telur yang masih terpanggang walau sudah hitam. Dengan cepat gua menyingkirkan Yunho dari depan kompor dan mematikannya, ia hanya terdiam disana memandang kearah depan dengan tatapan kosong masih setia memegang spatula, bodoh.

"Udah dibilang kalo masak biar jadi urusan gua aja, kenapa masih nekat masak" Apa gua terlalu keras buatnya? Yunho hanya terdiam disana masih setia memegang spatula hanya menunduk entah dia malu, merasa bersalah atau hal lainnya tapi kali ini gua yang malah merasa bersalah karena membentaknya.

"Yaudah ayok masak bareng aja, lu mau makan apa?" Tawar gua, ia hanya menunjuk pada telur yang sudah terbakar seakan berkata bahwa ia ingin memakan sesuatu yang berhubungan dengan telur.

"Yaudah, campur aja yak, telor pake roti sama pancake" Tawar gua kembali, kemudian matanya berubah menjadi aneh, seperti menilai perkataan gua.

"Emangnya enak?" Ucapnya dan gua hanya mengangguk percaya diri walaupun sebenarnya belum pernah gua coba makanan dengan tema seperti itu. Asin bercampur dengan manis dalam 1 piring, entahlah hanya itu yang tiba tiba muncul dalam benak karna kesannya seperti estetik estetik yang berada dalam sebuah platform estetik.

"Mau jadi bule lu? telor sama roti aja cukup, kalo bisa tambah salad juga" Pintanya menawar menu sarapan pagi ini- dan rasanya menjadi semakin ribet kalau anak ini sudah banyak meminta. Gua hanya mengangguk pasrah dan memintanya untuk membersihkan sayuran yang akan dijadikan salad, sedangkan gua memasak telur.

Baru beberapa menit gua mengalihkan perhatian untuk memasak satu telur, namun ketika berbalik kearah Yunho yang sedang mencuci-

"JANGAN LU PAKEIN SABUN CUCI PIRING, BODOH" Seketika ia langsung terdiam sebelum menuangkan air sabun pada sayurannya.

"Trus gimana?" Tanya Yunho sembari meletakkan kembali sabun cuci piring antiseptic pada laci lemari. Gua mematikan kompor lalu berjalan kearahnya.

"Ini di cuci aja pake air biasa, nanti di rendam dalem aer beberapa menit, oke?" Ia hanya membalasnya dengan acungan jempol, kemudian gua kembali memasak telur kedua dan meletakannya pada piring yang dimana terdapat roti dibawahnya. Hampir saja gua mengeluarkan kebun binatanng dihadapannya.

Setelah selesai sarapan, kami pergi untuk mandi secara bergiliran dan bersiap siap untuk pergi ke toko dekorasi rumah, karna rencana di hari libur ini gua akan pergi bersama Yunho untuk membeli peralatan untuk di apartemen.

Ting

 Tiba tiba notif pesan masuk dari kontak bernama 'Mingi preman sekolah'

'Bantu gua..' -mingi

Sialan, anak ini meminta bantuan pada gua setelah ia mengikat gua di sebuah gedung tua seperti penculikan.

'Apaan?' -me

'Deketin Yunho' -mingi

Semakin lama gua mengetahuinya, semakin paham gua mendengar setiap perkataan Mingi- ternyata ia masih memiliki nyali mendekati Yunho kembali. Kebetulan hari ini gua akan pergi bersamanya, bisa saja gua minta Mingi untuk ikut- itu juga jika tidak kena semprot oleh Yunho.

'Pokonya sekarang lu siap siap aja dan tunggu di depan apart lu, gua sih ga masalah kalau harus jadi kamcong buat kalian hehe' -me

'Maksud?' -mingi

'UDAH LAKUIN AJA JAN RIBET' -me

'Y' -mingi

Sekarang gua hanya perlu mengumpulkan nyali untuk memberitahu Yunho akan kehadiran Mingi nantinya.

"Yun- gapapa kan Mingi ikut?" Ucap gua walau sedikit bergetar untuk memberitahunya, gua sedikit khawatir hingga bergetar karna wajahnya yang tak pernah santai menatap kearah gua- basicnya adalah wajah judment itu. Tanpa berfikir panjang, Yunho hanya mengangguk yang artinya bahwa ia mengizinkan. Kemudian ekspresi wajah gua berubah dan seperti kesetanan sendiri karna senang- akhirnya pengalaman langka ini muncul lagi setelah sekian lama gua ga jalan bareng Wooyoung dan San.

"Ngape? lu suka Mingi?" Tanya Yunho yang baru saja selesai menilai pergerakan gua yang kesetanan karna senang, seolah mengartikan bahwa kesenangan gua adalah ketika Mingi diikutsertakan dalam perjalanan ini dalam arti Yunho salah menilai dan mengira bahwa gua suka pada Mingi.

"Ga lah, gila lu"

"Lagian kenapa pake kesetanan segala dah"

"Lu gaakan ngerti kalo gua jelasin, udah intinya kita berangkat aja sekarang" Ketika sudah memakai jaket dan membawa helm, gua dengan cepat mengambil kunci motor Yunho lalu dirinya menatap gua dengan bingung.

"Emang lu bisa nyetir?" Dengan wajah mengejek seolah menyepelekan keahlian gua, dan hanya gua balas dengan wajah menyepelekan pertanyaannya.

"Hari ini gua yang nyetir, ayok" Yunho tak mengambil pusing ia hanya mengangguk seperti biasanya, kemudian kami pergi keluar apartmen dan menemukan Mingi sedang berdiri di depan pintu menunggu kami yang baru saja keluar dari apartemen. Saling menyapa, namun tampaknya sapaan Mingi pada Yunho terlihat canggung karena pertama kalinya mereka kembali terlihat bersama.

Saat sampai basement, gua segera menaiki motor Yunho yang masih terparkir, sedangkan Mingi pergi lebih jauh lagi karna motornya terparkir di tempat yang berbeda. Yunho hanya memperhatikan gua yang menaiki motornya, ia tampak khawatir karna ini pertama kalinya gua mengendarai motor miliknya.  Asal tau saja walaupun tampilan gua yang agak menye menye di depan temen gua, gini gini gua masih bisa bawa motor.

Setelah memundurkan motor Yunho- Mingi menunggu tepat di belakang terlihat sudah siap dan hanya mengikuti dari belakang.

"Emangnya lu bisa naik motor?" Ujar Mingi secara samar samar karna helm kita ber 3 yang kesannya full face sifatnya kedap suara namun masih dapat terdengar.

"Lu ngeremehin gua?" Ucap gua sambil berbalik sedikit menghadapnya, ia hanya terdiam disana tak berkata apa apa lagi- lalu gua memutar kembali kepala gua ke depan kemudian Yunho duduk di jok penumpang di motornya.

"Eh- jangan disini, gua lagi mau sendiri"

"ck, ribet elah"

"Serius, lu mau liat gua marah marah di jalan?" Tanpa menjawab, Yunho pun turun kembali dari jok penumpang dengan perasaan sedikit gelisah lalu berjalan kearah motor Mingi dan terduduk di belakangnya. Lalu setelahnya gua meminta Mingi untuk jalan lebih dulu dan gua berada di belakang.

"Woy lu pegangan sama Mingi, tar jatoh" Teriak gua pada Yunho sebelum akhirnya mereka pergi lebih dahulu, gua sedikit terkekeh ketika Yunho perlahan perpegangan pada pinggang Mingi dengan rasa canggung ketika bertemu tanjakan dan Mingi perlu menarik gas. Apa mungkin mereka bisa kembali bersama?

I'm The One || ATEEZ 16+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang