Semua terlihat sangat gelap, perlahan gua membuka mata namun terasa sakit- mengapa rasanya mata gua sakit dan ini bukan main. Gua berusaha untuk mengambil nafas sebanyak mungkin walau masih terlihat gelap dan sulit bernafas. Sepertinya mereka menaruh sebuah karung untuk membungkus kepala gua.
"Lu ga inget perkataan teman teman lu kemaren? Gausah ikut campur." Ucap Mingi, walau sosok itu tak dapat gua lihat namun dengan jelas suaranya terdengar di depan gua sedikit berjarak.
"Kelakuan lu yang kaya gini justru bikin orang orang khawatir, lu ga malu dirumorin satu sekolah?" Balas gua sembari memakinya, memang orang itu tak ada habisnya melakukan bisnis ilegal dengan orang seperti pria berjas hitam itu.
"Trus dengan cara lu lakuin hal kaya gini orang orang jadi takut sama lu? Kaga- mereka prihatin." Lanjut gua masih terus meneriakinya, ia hanya terdiam entah apa yang dia lakukan. Namun tiba tiba kain yang terpasang di kepala gua dibuka secara paksa dan menampilkan tempat yang tadi juga Mingi yang berada di depan, sedangkan pria berjas itu di belakang gua. Sia sia saja jika berusaha untuk melepaskan diri, ikatannya terlalu kencang hingga membuat tangan gua sakit dan sepertinya lecet.
Namun kemudian datang seorang pria memakai jas yang sama, membawa seseorang yang sudah diikat sendari tadi, lalu melemparkannya ke tengah tengah gua dan Mingi. Itu adalah Taehyung- pria yang membawa seseorang itu kehadapan gua dan Mingi, pria yang dibawanya terlihat lemah dan terbatuk batuk juga berkeringat ketika dilempar dan terjatuh. Saat pria itu melihat kearah gua.
"Gua nemu penguntit lagi" Ucap Taehyung. Mata gua terkejut tak percaya ternyata yang Taehyung bawa adalah Hwanwoong, gua terus menerus meneriaki Hwanwoong agar sadar, mungkin ia terluka. Perasaan gua mulai dimainkan saat itu juga, sedikit terasa sesak ketika melihat sesosok kawan baik gua diperlakukan seperti sampah.
"CEPAT SEBUT APA MAU LU" Teriak gua pada ke 3 wajah tanpa rasa ampun itu. Taehyung dan pria berjas itu hanya tersenyum menyeringai, terkecuali Mingi yang berjalan kehadapan gua.
"Gua cuman mau permasalahan gua selesai, tapi lu ngeganggu jalan gua. Sekarang gua tanya, apa mau lu?" Ungkapnya memutar balikkan fakta. Terdengar masuk akal sebenarnya, mungkin gua memang sedikit menghalangi dalam menyelesaikan permasalahannya sendiri.
"Gua cuman ingin tau, mungkin gua bisa bantu lu nyelesain masalah ini" Jawab gua dengan sedikit lemah, Mingi menampakan wajah yang bingung juga sedikit mengejek ketika gua mengatakannya.
"CUKUP LU BOHONGIN GUA AJA, LU GAUSAH BOHONGIN SORA" Teriak Hwanwoong secara tiba tiba yang membuat gua terkaget mendengarnya.
"Udah gua bilang, gua ga bisa bicarain soal itu" Jawab Mingi, Hwanwoong pun menampilkan reaksi yang sangat marah ia berusaha terbangun untuk memukul sosok yang berada di depannya itu. Sayangnya karna fisiknya lemah ia terus terjatuh ketika berusaha untuk berdiri, belum lagi tangannya yang di ikat.
"LU UDAH BUNUH IBU GUA" Ungkap Hwanwoong, tiba tiba secara tak sengaja salah satu air mata gua menetes mendengar ucapannya. Kenapa Mingi bisa tega membunuh ibu Hwanwoong? bahkan rasanya lebih sakit daripada yang gua duga, ternyata hal ini yang membuat Hwanwoong sangat membenci Mingi namun ia harus menghormatinya dalam waktu yang sama.
"Hal itu bukan tanpa sebab gua lakuin" Jawab Mingi dengan wajah yang dingin, serius- ada apa dengan lelaki ini. Jiwa nya bahkan lebih psikopat daripada Yunho. Hwanwoong masih terus berusaha untuk terbangun, dirinya masih memiliki rasa untuk menonjok wajah Mingi saat itu juga.
Mingi tiba tiba mengeluarkan map biru yang dipegangnya sendari tadi dalam tangannya, ia menunjukannya pada gua dan Hwanwoong. Seketika kami terdiam ketika Mingi mengeluarkan isinya yang bukan lain adalah berkas berkas kertas yang tak terlihat jelas oleh gua ataupun Hwanwoong.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The One || ATEEZ 16+
Fiksi PenggemarI'm The One, memiliki arti sebagaimana seseorang hanya memperdulikan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain yang lebih membutuhkan. Orang bilang itu egois, tetapi seorang yang merasa dirinya sentral akan menanggapinya berbeda. Merasa tak membut...