Ketika Wooyoung berusaha meraih handphonenya, tangan Mingi mencegah Wooyoung untuk merogoh kantong yang ia bawa. Saat mata mereka saling bertemu Mingi hanya menggelengkan kepalanya yang dimana menandakan bahwa itu bukanlah hal penting yang dapat di beritahu, Mingi seperti biasanya tak membutuhkan bantuan darimana pun karena membebani orang adalah hal yang harus ia hindari sebisa mungkin.
Wooyoung hanya terdiam dan masih bertanya tanya mengapa Mingi tak membutuhkan bantuan, karena ia masih tak mengetahui sifat Mingi yang satu itu. Namun masih dengan keras kepala Wooyoung berusaha merogoh kembali kantongnya untuk menemukan handphonenya- dan sekali lagi pergerakannya dihentikan bukan oleh Mingi namun oleh gua. Kemudian ia hanya terdiam seolah tak menemukan topik lain, mereka hanya terhening dalam diam memandang kesana kemari tak ingin membuat suasana menjadi canggung. Namun dengan segera San langsung mengajak Wooyoung untuk pergi dari sana karena merasa urusan yang terjadi sudah selesai. Wooyoung hanya dapat mengikuti perkataan San dan ikut dengannya sedangkan gua masih memiliki urusan dengan Mingi.
Setelah Wooyoung dan San pergi, gua langsung terduduk di bangku yang tadinya diduduki oleh Wooyoung. Mingi hanya menatap kosong ke arah jendela entah apa yang ia pikirkan namun gua merasa bahwa kejadian masa lalu yang ia bahas seperti membuka luka lama dimana mereka bertengkar dan Yunho memutuskan untuk tak pernah ingin melihat satu sama lain lagi. Hal tersebut sejenak ikut mengganggu pikiran gua dan membayangkan rasa sakit yang Mingi alami karena kehilangan teman terdekatnya.
"gua kebelakang ya, ngambil shift pagi- kalo butuh panggil aja" Ucap gua sembari menepuk pelan bahu Mingi, yang kemudian ia mengangguk setelah gua pergi. Setelah membuka kembali cafe, beberapa pelanggan mulai berdatangan dan Mingi segera pergi menuju ruangannya. Sedikit demi sedikit para karyawan mulai memasuki cafe untuk kembali bekerja, tak lupa mereka mengerumuni gua untuk bertanya perihal apa yang terjadi- namun tak ada hal yang gua jelaskan seolah tak memahami permasalahan.
Ketika shift pagi akan selesai, seseorang tiba tiba datang dari kejauhan dengan menggunakan motornya sebari menggunakan hoodie hitam dan masker berwarna hitam- namun tinggi badannya nampak tak asing. Ia berjalan kearah dalam menuju area kasir dimana gua berdiri, kemudian ia terhenti disana tanpa berkata sepatah pun. Entah ia akan melontarkan kata atau tidak, gua berusaha untuk tak memperdulikan karena mengingat kembali bentakan yang ia lontarkan beberapa hari lalu. Ya. Itu Yunho. Kemudian Yunho membuka tudungnya dan memperhatikan pergerakan gua kesana kemari yang sedang berusaha membuat pesanan dari pelanggan sebelumnya. Dia hanya terdiam, namun tiba tiba ketika menyelesaikan pesanan- mata kami bertemu. Ah sial- rasa kasihan itu muncul kembali, orang brengsek itu memperlihatkan wajahnya yang penuh penyesalan dan rasa bersalah.
"Sora..." Ucapnya pertama kali, gua hanya terdiam menatapnya tanpa menjawab patahan katanya.
"gua minta maaf..ayok pulang..." Ajaknya masih dengan wajah itu, persetanan dengan permasalahan kemarin- gua berfikir bahwa kali ini Yunho membutuhkan bantuan gua. Secara mental. Karna dirinya tak mungkin dapat menyelesaikannya seorang diri, gua hanya tersenyum menatapnya dan memberi acungan jempol. Yunho seketika merasa lega dan menunjuk kearah salah satu bangku yang berarti bahwa ia akan menunggu hingga shift selesai.
Saat selesai melakukan beres beres, dengan segera gua melepas apron dan menggantungnya di belakang pintu dapur lalu membawa tas dan bersiap untuk pulang, ketika berhadapan dengan Yunho dengan cepat ia berdiri seolah menyambut dan bersiap untuk pulang- namun tiba tiba kami berpapasan dengan Mingi yang baru saja turun dari ruangannya. Wajah Mingi terlihat kaget namun sedikit bahagia dalam waktu yang bersamaan, berbeda dengan Yunho memasang wajah yang kaget dan dengan cepat pergi menghindari Mingi- gua hanya mengikuti Yunho dari belakang sembari meminta maaf pada Mingi.
Saat sampai di apartemen kami kembali hening, mungkin karna kejadian berpapasan tadi membuat mood Yunho seketika hilang, lalu kami terduduk di sofa baru- saat memasuki apartement Yunho. Kami hanya hening sembari gua mengobservasi barang barang baru yang terlihat bagus dan cocok sebagai suasana baru apartemen.
"maaf gua udah ngebentak lu kemaren" Ucap Yunho membuka topik
"Ya gapapasih, mental gua aja yang kaya yupi" Jawab gua sembari terkekeh berusaha mencairkan suasana- namun nampaknya Yunho tak dapat tertawa mendengarkannya.
"lu makan apa disini selama gaada gua" Tanya gua mencairkan suasana kembali. Yang padahal terlihat canggung hanyalah gua.
"Order, gampang" Jawabnya santai sembari mengacungkan handphone nya
"Dih...ga baik makan makanan order mulu"
"ya gimana, dasarnya gua gabisa masak"
"belajar lah"
"nanti kalo apartemen ini kebakaran siapa yang tanggung jawab?"
"elu lah.."
Dengan cepat merespon kalimat, ia langsung menoyor kepala gua dengan kekuatan maksimal yang sakitnya terasa bukan main.
"gimana sih, kan yang nyuruh masak elu" Respon Yunho
"ehehhe, kan yang masak elu"
Tiba tiba kami kembali terhening setelah sedikit terkekeh, dan atmosfer saat ini menjadi sedikit lebih menenangkan dari sebelumnya.
"alasan gua nyamperin lu tadi karna perasaan gua gaenak, gua ngerasa bersalah dan gua juga ngerasa cuman ada seorang diri. Yang padahal waktu lu ada- suasana tempat gua jadi lebih hidup lagi karena ada komunikasi, gua sering ngundang Yeosang dan teman yang lainnya buat kesini karna gua butuh hal yang bisa hidupin suasana, tapi nyatanya mereka lebih berisik dari sekedar ngehidupin suasana. Gua mau berterima kasih aja sama lu karna udah sabar ngehadepin gua" Gua hanya terdiam mendengar ucapan Yunho yang terdengar tulus, tak dapat membalasnya kembali hanya sekedar dengan perkataan terima kasih- ucapan itu cukup membuat gua melupakan perbuatan perbuatannya sejak awal. Gua hanya menepuk nepuk bahunya sebagai tanda gua menghargai perkataannya, ia hanya tersenyum dengan terang menatap gua lalu terdiam saling menatap satu sama lain.
"gua suka lu."
APA? GILA YA?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The One || ATEEZ 16+
FanfictionI'm The One, memiliki arti sebagaimana seseorang hanya memperdulikan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain yang lebih membutuhkan. Orang bilang itu egois, tetapi seorang yang merasa dirinya sentral akan menanggapinya berbeda. Merasa tak membut...