part 24

896 44 2
                                    

Liora termenung dengan memandang gedung-gedung pencakar langit dari jendela mobil. Aksa yang melihat itu, menggenggam tangan Liora dengan lembut.
 
Liora langsung mengarahkan atensinya ke arah Aksa dan memberi senyuman manis andalannya.
 
"Kok bisa kamu kenal sama Naren? Emang kamu punya hubungan apa sama dia? Aku kaget banget waktu liat kamu nolongin aku tadi."
 
"Saudara."
 
"Saudara?! Saudara dari siapa? Ayah atau ibu? Terus kok bisa aku gak tau sih?!"
 
"Diem, Ra."
 
"Aksaaa... Ihhhh, jawab dulu dong."
 
"Dari mama."
 
Liora mengangguk mengerti, setelahnya dia teringat kejadian tadi. Apa maksud dari ucapan Aksa tadi ya?
 
"Kenapa kamu bilang gitu?"
 
"Apa?"
 
"Kenapa kamu bilang aku cewe kamu? Padahal kita jadian aja enggak."
 
"Biar gak ada yang ganggu."
 
"Aksa, ihhh... Kalau kayak gini ceritanya, kamu kayak nge-gosthing aku tau gak?!"
 
"Nanti, Ra."
 
"Maksudnya nanti itu, kita jadiaannya nanti gitu?! Yang bener aja"
 
"Hemm."
 
Liora meninju lengan Aksa pelan. "Bener-bener nih orang."
 
Aksa hanya tersenyum tipis dan mengacak rambut Liora gemas. Sebenarnya bisa saja dia menjadikan Liora pacarnya sekarang, tapi, ada yang lebih penting dulu yang harus dia selesaikan. Setelah semua selesai, baru dia akan meng-official kan hubungan nya.
 

******
 

Sekarang pukul 10 malam, seperti biasa, Liora melakukan rutinitas malamnya. Yaitu bersih-bersih sebelum tidur dan tak lupa memakai scincare malam.
 
Namun, tiba-tiba suasana hatinya tidak enak, perasaannya campur aduk seperti sedang akan terjadi sesuatu, tapi apa? Tanpa pikir panjang dia cepat-cepat menyelesaikan semuanya dan pergi tidur.
 
"Semoga semua baik-baik aja." Gumamnya.
 
Disisi lain.
 
Terdapat perkumpulan yang sedang berdiskusi tentang agenda malam ini, niatnya, mereka akan melakukan penyerangan.
 
Dirasa semuanya sudah siap, mereka langsung menaiki motor masing-masing menuju tempat tujuan.
 
Sekitar 15 menit mereka sudah sampai ditujuan, dihadapan mereka sekarang sudah ada bangunan berlantai 2 dan terdapat banyak motor-motor serta beberapa mobil yang terparkir di halaman bangunan itu.
 
"Gue mau. Hari ini. Kita yang menang." Tekan ketua mereka. "Dan masalah ketuanya, itu urusan gue, kalian cukup anak buahnya aja."
 
"Gue yakin, kita bakalan menang. Secara, mereka belum ada persiapan apapun." Timpal salah satu dari mereka.
 
"Jangan remehin mereka. Kita gak tau kedepannya gimana. Udah lah jalanin aja dulu, kalau kita kalah masih ada hari lain buat nyerang mereka lagi." Balas pemuda bertindik anting di telinga sebelah kiri nya.
 
"Gak usah banyak bacod. Cepet kita serang."
 

******
 

"Nginep sini aja yokkk... Gak usah pulang." Usul Elvan.
 
"Iya bang, bener banget. Lagian gue udah bilang ke mama kalau gak pulang." Timpal Adnan.
 
"Gak. Besok sekolah." Tolak Kavin. "Yaelah, Vin. Nanti subuh-subuh pulang. Telat dikit juga gapapa kali." Ucap Gavin.
 
"Bener kata Kavin, mendingan nginep kalau Sabtu aja atau gak jum'at nya. Gue males dihukum, anjing." Balas Alter.
 
"Terse~" Belum sempat Gavin menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdapat teriakan dari luar yang membuat mereka semua langsung menoleh ke arah luar.
 
"KELUAR LO SEMUA!"
 
Mereka semua keluar dari dalam basecamp, dilihatnya terdapat perkumpulan geng Reverse Yang dipimpin oleh Damian. 
 
"Ngapain lo teriak-teriak, bangsat. Kek orang utan aja." Celetuk Elvan yang sedang merangkul tangannya ke pundak Gavin.
 
"Diem lo." Sentak Damian. Damian maju sampai berada di hadapan Aksa yang sedari tadi diam dengan muka tenang nya, seperti biasa.
 
Tapi anehnya, atensi Damian malah melihat ke salah satu anggota Zarvanos, tapi hal itu hanya beberapa saat sebelum dia mengembalikan atensinya kearah Aksa.
 
"Kangen sama gue gak, bro?" Tanya Damian kepada Aksa dengan senyum miringnya. "Cih." Decih Aksa.
 
"Bye one sama gue?" Tawar Damian.
 
"Males."
 
"Ayolah, kalau lo menang hari ini gue gak akan nyerang lo sama geng Lo. Tapi, kalau gue yang menang, dia jadi milik gue, gimana?"
 
"Gue gak akan kasih dia ke lo."
 
"Dengan cara apapun, gue bakalan dapetin dia. Apalagi sekarang saingan gue bukan cuma lo doang, tapi adik sepupu lo."
 
"Anjing."
 
"Lo berdua ngomongin apa sih?! Dia siapa?! Ini kita jadi war apa gimana?!" Pemuda berambut pirang yang diketahui bernama Revi jadi kesal sendiri. Tadi ketuanya bilang mau ngajak war geng sebelah, lah ini? Malah ngomong hal yang sama sekali tak dimengerti oleh meraka, bangsat emang.
 
"Tau, kalau gak jadi, pulang lo sono. Gue mau tidur anjing. Males banget ngeladeni para dugong kek kalian." Celetuk Alter yang sedari tadi hanya melihat.
 
Damian tersenyum singkat, dia langsung menonjok Aksa sampai dia terjatuh karena tidak siap dengan serangan Damian yang tiba-tiba.
 
Kavin membantu Aksa berdiri dan melihat Damian dengan pandangan yang sulit diartikan, sementara Aksa menyeka bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.
 
Aksa tidak tinggal diam, dia balas menendang perut Damian sampai dia mundur beberapa langkah. Anggota Zarvanos dan anggota Reverse ingin melakukan penyerangan juga, namun langsung dihentikan oleh Aksa. "Jangan ada yang ikut campur." Desis Aksa berbahaya.
 
Sekarang terjadilah pertarungan antara Aksa dan Damian. Mereka saling memukul, menendang. Aksa terus meninju Damian dengan membabi buta, dan Damian juga selalu menangkis serangan yang ditimbulkan oleh Aksa. Damian mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya, dia langsung mengarahkan pisau itu ke lengan Aksa, dan berhasil. Pisau itu mengenai lengan Aksa hingga darah merembes keluar.
 
Hening. Keadaan langsung berubah hening. Aksa mengusap darah itu dengan telapak tangannya. Dia menjilat darah itu sesaat. Tersenyum misterius ke arah Damian. Senyum itu membuat pemuda-pemuda yang ada disana bergidik ngeri, kecuali Damian dan seseorang yang sedari tadi melihat dengan ekspresi wajah yang tak bisa diartikan.
 
"Gue suka darah." Kata Aksa dengan menjilat bibir bawahnya singkat.
 
"Kita buat darah lebih banyak." Balas Damian dengan memainkan pisau lipat ditangannya.
 
Aksa mengeluarkan pisau lipat dari balik Hoodie hitamnya. Dia memutar-mutar pisau itu dan berakhir melemparkan ke arah lengan Damian, dan tepat sasaran. Pisau itu menancap sempurna dilengan itu. Damian mencabut pisau itu, tapi tak ada wajah kesakitan yang ditunjukkan Damian, dia malah tersenyum.
 
"Gak ada yang niat misah apa?! Woyy, pisahin. Kalau gak, mereka akan saling bunuh!" Heboh Elvan.
 
"Tunggu sampai parah." Balas Kavin. "Iya, sampai salah satu mati." Timpal Alter.
 
"Bang Aksa, ngeri anjirr. Mainannya pakai pisau." Celetuk Tiant dengan muka takutnya. "Mangkanya jangan macem-macem Lo, digorok baru tau rasa, lu." Kata Adnan.
 
Damian terus mengarahkan pisau lipat nya ke arah Aksa, tapi lagi-lagi Aksa berhasil menghindainya. Aksa pun tak mau kalah, dia juga melayangkan pisau kearah Damian, mereka terus berkelahi dengan pisau yang menjadi teman perkelahian mereka. Luka ada dimana-mana, bahkan wajah mereka penuh dengan lebam kebiruan, hal itu tidak membuat mereka menghentikan perkelahian tersebut.
 
Dendam yang mereka rasakan membuat mereka tidak bisa berpikir jernih, mereka juga tidak peduli bahwasanya mereka adalah saudara. Aksa membanting Damian dan dia ingin menancapkan pisau itu ke arah dadanya, namun, pergerakannya di halangi oleh tangan Kavin yang memegang pisau Aksa sampai tangannya terluka dan darahnya merembes. "Cukup."
 
Hampir saja mereka yang ada disana berteriak sangking ngerinya, meskipun mereka anak-anak berandalan, tapi mereka sama sekali belum pernah berkelahi dengan pisau, karena mereka tau batasan.
 
"Udah-udah, gue sampek sesek nafas liat kalian tarung pisau, ngeri anjirr." Seru Gavin.
 
"He! Lo lo pada. Bawa tuh bos lo pergi." Suruh Alter ke anggota Reverse.
 
Revi mengangkat Damian dibantu oleh Dantha. Anggota geng Reverse meninggalkan kawasan basecamp Zarvanos dengan Damian yang sudah luka parah.
 
Aksa membanting pisau ke tanah, dia pergi dari situ masuk kedalam basecamp. Seluruh anggota Zarvanos juga ikut masuk ke dalam. Aksa duduk disofa dengan menundukkan kepalanya. Tidak ada yang berani mengganggu Aksa, mereka takut akan kena sasaran.
 
Kavin yang melihat anggota nya seperti itu menggelengkan kepalanya. Dia menghela nafas dan duduk disamping Aksa begitu saja. "Obatin luka Lo."
 
"Males."
 
"Terserah."
 
"Mendingan kalian semua bubar, besok sekolah." Suruh Alter kepada anggota Zarvanos.
 
"Tapi bang, kan kit~"
 
"Gak ada protes-protesan. Bubar gak lo pada."
 
"Iya udah bang, kita pulang dulu. Kalau ada apa-apa kabarin kita." Pamit Axel mewakili teman-temannya.
 
Para anggota Zarvanos meninggalkan basecamp dan tersisa lah inti Zarvanos yang ada disana.

****

Lanjut?

Aksa: ZarvanosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang