part 26

1.3K 68 15
                                    

Aksa sekarang berada di tempat yang biasa dia buat untuk latihan, entah itu latihan menembak, memanah, beladiri, atau bahkan latihan bertarung pisau. Ditempat ini begitu sepi, karena ini sudah larut malam, dan tempat ini hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu yang sudah dikehendaki oleh Reanzo. Bahkan, hanya Aksa seorang cucu dari Reanzo Arion yang bisa mengakses tempat ini.
 
Kenapa begitu? Karena Reanzo sama sekali tidak mempercayai siapapun dikeluarganya selain Aksa. Hal itu lah yang membuat Damian begitu iri dengan Aksa hingga membuat dia dendam, terlepas dari kejadian masa lalu. Meskipun Damian menyandang marga Arion, tapi tak melepas kemungkinan bahwa dia sama sekali tak dipedulikan oleh Reanzo, sebenarnya bukan begitu. Reanzo selalu menyamaratakan kasih sayangnya untuk cucunya, tidak perduli itu cucu laki-laki atau perempuan.
 
Tapi perlu kalian ketahui, bahwa hanya Aksa lah cucu kebanggaan dari seorang Reanzo. Aksa juga duplikat Reanzo sewaktu muda, bahkan sifatnya saja tidak seperti kedua orang tuanya. Didalam diri Aksa tersimpan rahasia besar yang hanya diketahui oleh dirinya dan juga kakeknya.
 
Aksa berdiri disana dengan pisau lipat yang dia putar-putarkan, tak ada raut takut sama sekali bila pisau itu mengenai tangannya. Pandangannya lurus kedepan, tepat seseorang datang dan berdiri disamping Aksa, bertepatan itu pula Aksa melepar pisau itu kedepan hingga menancap ke salah satu pohon yang sengaja ditanam disitu.
 
"Ada apa? Kau terlihat marah." Ucap pria berumur yang ada disamping Aksa.
 
"Tidak ada."
 
"Aksa, kau cucu kakek. Jadi kakek tau tabiat mu. Katakan."
 
Aksa diam tidak menjawab, tapi sorot matanya menjelaskan bahwa dia begitu marah sekarang.
 
"Ada masalah dengan gengmu?" Tanya pria berumur itu lagi.
 
"Gak."
 
"Susah berbicara dengan batu."
 
Aksa menghela nafas sejenak, dia menolehkan kepalanya menatap kakeknya yang sekarang memandang lurus kedepan. "Damian, Alter, Kavin, dan Adelardo. Empat orang itu bikin Aksa pusing."
 
Reanzo mengalihkan pandangannya ke arah Aksa, beliau menaikkan salah satu alisnya guna meminta penjelasan sebab tak mengerti kenapa Aksa pusing dengan makhluk yang namanya disebut tadi.
 
"Mereka punya rahasia tersendiri." Ucap Aksa
 
Reanzo mengangguk kan kepala mengerti. "Kau juga punya rahasia, Aksa. Setiap orang punya rahasia. Jadi, apa masalahnya?"
 
"Tingkah mereka semua mencurigakan, dan Aksa gak mau sampai ini ada kaitannya dengan Liora."
 
"Ah.. gadis itu. Dia sudah kembali?"
 
"Ya."
 
"Jaga dia baik-baik, terutama dari Adelardo. Teman masa kecilmu itu sangat licik. Kakek punya firasat buruk soal dia." Reanzo menepuk pundak Aksa dua kali. "Soal Damian, kamu jangan khawatir, kakek yang akan cari tau. Tapi, kalau soal kedua teman gengmu itu. Kakek harap kamu juga hati-hati." Lanjut Reanzo.
 
Setelahnya, Reanzo pergi dari sana meninggalkan Aksa dengan segala pikiran yang sekarang berkecambuk di otaknya.
 





*******







 
Pagi telah tiba, sinar bulan digantikan dengan sinar matahari yang menyilaukan bila dipandang oleh mata. Liora turun dari anak tangga menuju ruang makan, dengan training merah maroon dan t-shirt hitam dilapisi oleh cardigan berwarna merah maroon serta rambut yang dicepol menyisahkan anak rambut yang menjuntai ke bawah. Hari ini, SMA VHS mengadakan senam bersama untuk itu murid-murid nya disuruh berpakaian seperti itu.
 
Seperti biasa, diruang makan sudah ada bunda serta ayahnya yang sedang menyantap makanan mereka masing-masing. Liora segera duduk disamping bundanya, dia mengambil dua roti kemudian diolesi selai strawberry kesukaannya.
 
Ayura menghentikan makannya, beliau menatap putri bungsunya itu dengan intens. Sebenarnya Liora sadar bila ditatap oleh bundanya, tapi dia hanya acuh dan fokus mengunyah rotinya.
 
Karena terlampau risih ditatap seperti itu, lantas Liora menatap bundanya dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa, bun?"
 
"Aksa? Dia siapa?" Tanya Ayura.
 
"Oh.. Aksa? Dia temen sekolah Lio. Ada apa sih?"
 
"Cuma teman sekolah kan? Tapi kenapa dia bilang kalau kamu pacar nya? Kenapa dia ngaku-ngaku kayak gitu?"
 
"Ya emangnya kenapa sih? Toh gak ada masalah apa-apa kan kalau Aksa bilang gitu?"
 
Ayura menatap anak perempuannya itu dengan tajam. "Tidak ada masalah kamu bilang?! Liora. Bunda sama ayah kan udah jodohin kamu sama Naren. Kenapa kamu malah buat malu dikeluarga besar Naren dengan bilang kalau kamu sama Aksa itu pacaran?! Kamu gak mikir gimana nanti kedepannya?!"
 
"Bunda, udah berapa kali Liora bilang, kalau Liora gak mau dijodohin. Bunda pikir Liora dengan senang hati, nerima gitu? Ya gak lah."
 
Adyatma memijat pakal hidungnya, pusing dengan anak perempuan nya itu. Dia tidak tau harus dengan cara apa agar Liora mau menerima perjodohan itu, padahal semuanya demi kebahagiaan Liora sendiri.
 
"Liora, keputusan ayah sudah bulat. Kamu mau atau pun enggak, kamu harus terima perjodohan itu, dan minggu depan kalian tunangan." Final Adyatma.
 
"Egois." Ucap Liora dan meninggalkan ruang makan begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksa: ZarvanosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang