"Kamu panggil aku, Nat?" tanya Jani sambil menghampiri Nata di ruangannya.
Kedua mata Nata meninggalkan layar laptop sejenak untuk menjawab, "Ya, masuk aja. Bentar, aku balas e-mail dulu," ucapnya. Setelah menekan tanda send, Nata kembali menatap Jani yang sudah duduk di hadapannya.
"Kayaknya aku harus ngerepotin kamu lagi," ucap Nata dengan nada sedikit memohon.
"Ada apa?"
"Hari Kamis aku ada jadwal ke Tokyo buat meeting sama Mr. Akira, dan kebetulan banget di hari itu juga Mama ada jadwal workshop kedokteran di Semarang."
"Maksud kamu, kamu mau titip Liora sama aku?"
Nata mengangguk. "Kamu nggak keberatan, kan? Aku usahakan pulang lebih cepat. At least aku butuh waktu tiga hari dengan perjalanan pulang pergi."
Jani diam sebentar, seperti mengingat sesuatu. "Bentar, kamu pergi hari apa?"
"Kamis aku berangkat. Aku usahakan hari Sabtu pagi udah ambil flight ke Jakarta."
"Maksud kamu weekend ini?"
Nata mengangguk.
"Sorry banget, Nat. Weekend ini aku nggak bisa. Aku udah ada rencana liburan ke Bali berdua sama A Iyo. Anak-anakku aja aku titip di rumah Mama," ujar Jani sambil menatap Nata penuh penyesalan.
Tanpa diduga, Nata menyahut, "Ngapain sih kalian pergi liburan berduaan?"
"Loh, kenapa jadi kamu yang sewot? Emangnya nggak boleh kalau aku mau merayakan anniversary berduaan aja sama suamiku?"
"Ya nggak bolehlah karena kalian udah punya anak. Harusnya kalian ajak Kira sama Kani, jadi Liora bisa ikut juga."
Jani mengernyitkan dahi. Memang gila orang satu ini. "Kamu yang ngotot nggak mau cari istri, kenapa aku harus ikut repot?" omelnya. "Makanya jadi orang itu jangan batu. Dikasih saran yang benar, masih aja keras kepala. Udah jelas kamu membutuhkan istri dan Liora membutuhkan seorang ibu yang bisa ngurusin dia."
"Menurut kamu gitu?" tanya Nata dengan tampang polos yang membuat Jani semakin gemas ingin mengeplak kepalanya.
"Pake nanya lagi! Sekarang aku tanya sama kamu, udah berapa lama kamu nggak melakukan... You know... Having sex?"
"It's been five years. Mungkin lebih."
"Maksud kamu, semenjak Kak Kay meninggal kamu udah nggak pernah 'gituan' lagi?"
"Of course. Kenapa kamu harus kaget? Kamu pikir aku tipe cowok yang biasa make out with some random girl?"
"Bisa aja, kan? Kamu punya kebutuhan untuk itu, Nat. Suamiku aja suka ngomel-ngomel kalau aku datang bulannya kelamaan."
"Itu kan si Iyo, aku tahu kalau dia memang maniak."
"Cut the bullshit! Kalian itu sama-sama cowok, sama-sama punya kebutuhan. Emang kamu nggak kangen dengan sentuhan perempuan?"
Nata memalingkan wajah yang sudah merah padam. "Jani, please... Hidup kita itu nggak melulu tentang seks."
"Sekarang kamu jawab jujur, kapan terakhir kali ada perempuan yang bisa bikin kamu turn on?"
"Beberapa hari yang lalu, waktu aku nonton Scarlett Johansson lagi masturbasi di filmnya."
"Aku serius, Nata!"
Kali ini Nata tergelak. "Oh my God... Obrolan macam apa yang lagi kita lakukan ini, Anjani?"
"Just answer the damn question, Nat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?
Любовные романыAnata Dewangga masih betah menduda setelah kematian istrinya saat melahirkan. Dia tetap keras kepala dengan keyakinan bahwa ia mampu membesarkan anaknya seorang diri. Namun, sebuah kejadian membuatnya merenungi ulang keputusan untuk tetap melajang...