Hari sudah mulai petang saat Natasha membuka mata. Dia menemukan dirinya sendirian di atas ranjang, dalam keadaan polos tak berbusana, dan hanya tertutup selimut tebal. Tatkala kedua matanya berpendar menatap ke sekeliling kamar, dia menyadari jika lampu kamar sudah dinyalakan dan tirai jendela sudah ditutup. Pakaian yang tadinya berserakan di lantai pun, saat ini sudah masuk ke dalam keranjang cucian.
Perempuan itu menghela napas panjang dan kembali memejamkan mata sebagai upaya untuk memenangkan diri. Tidak ada satu pun pemikiran rasional yang menghampirinya saat itu. Apalagi, mengingat percintaan liar yang baru saja dia dan suaminya lakukan.
Natasha sadar jika ketertarikan seksual di antara mereka terlalu kuat untuk diabaikan begitu saja. Bahkan perempuan paling rasional seperti dirinya pun, akan kalah ketika dihadapkan dengan godaan hasrat yang tidak bisa dia tolak.
Sambil menahan rasa tidak nyaman di area kewanitaannya, Natasha memaksakan diri bangun dari tempat tidur dan memasuki kamar mandi. Dia mandi dengan singkat dan bergegas keluar kamar untuk memeriksa keberadaan Liora yang seharusnya sudah pulang dari sekolah. Dan dia bisa bernapas lega ketika mendengar suara Liora yang sedang tertawa ceria dari arah dapur.
"Nah, itu Mama udah bangun," ujar Nata sewaktu melihat kedatangannya.
Liora langsung menyambut dengan gembira. "Yeay, akhirnya Mama bangun. Mama tahu nggak Papa lagi bikin nasi goreng buat Lio?"
Natasha mengangkat kedua alisnya. "Oh, iya? Tumben Papa masak?"
"Soalnya kata Papa, Mama lagi sakit, jadi Papa yang masakin buat Lio."
Natasha menoleh kepada Nata yang terlihat sedang serius menuangkan nasi goreng ke dalam piring. "Kenapa kamu nggak bangunin aku aja, Nat?"
Nata mendongak sesaat untuk menjawab, "Aku lihat kamu pulas banget tidurnya. Jadi nggak tega mau bangunin."
"Terus yang jemput Lio siapa?"
"Papa," jawab Liora.
Nata menghampiri Natasha dan menyerahkan satu piring nasi goreng dengan tambahan toping telur mata sapi serta acar timun. "Everything okay, Mama. Nggak usah khawatir. Sekarang Mama makan dulu buat isi tenaga lagi," bisik Nata di telinga Natasha sambil mencium kepalanya dan meremas pinggangnya dengan seduktif.
Untung saja Liora sedang sibuk memisahkan kuning telur karena hanya suka putihnya saja sehingga tidak menyadari interaksi kedua orang tuanya yang tidak layak disaksikan oleh anak di bawah umur.
Diam-diam Natasha memperhatikan Nata. Suaminya itu bersikap hangat seperti biasanya, seolah pertengkaran mereka tadi siang tidak mempengaruhinya sama sekali. Bahkan dia terlihat tidak keberatan walaupun tadi mereka berhubungan tanpa kondom yang menjadi penyebab pertengkaran itu.
Lagi-lagi semua ini tentang Nata dan segala kontradiksi dalam dirinya yang membuat Natasha bingung.
"Mama mana, Nat? Kok nggak ikut makan?" tanya Natasha setelah mereka semua duduk di meja makan.
"Tadi Mama nelepon, katanya pulang malam karena ada operasi mendadak," jawab Nata. "Gimana rasa nasi gorengnya? Enak, kan?"
"Enak, kok. Iya kan, Lio?"
Liora mengangguk. "Enak, tapi lebih enak buatan Mama."
Nata berdecak. "Jangan dibandingin sama nasi goreng buatan Mama, dong. Udah pasti Papa kalah," protesnya sambil memasang tampang sedih.
"Ya udah, Papa mending jadi arsitek aja daripada jadi koki. Soalnya makanan bikinan Papa nggak enak," ledek Liora hingga memancing tawa kedua orang tuanya. Jika seperti itu, mereka tak ubahnya sebuah keluarga bahagia tanpa memiliki permasalahan apa pun di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?
RomansaAnata Dewangga masih betah menduda setelah kematian istrinya saat melahirkan. Dia tetap keras kepala dengan keyakinan bahwa ia mampu membesarkan anaknya seorang diri. Namun, sebuah kejadian membuatnya merenungi ulang keputusan untuk tetap melajang...