"Mama ini ada yang nelepon," kata Liora sambil berlarian ke dapur dan menyerahkan ponsel milik mamanya yang sebelumnya tersimpan di meja ruang tengah.
Natasha mengelap tangannya dengan serbet lebih dulu sebelum meraih ponsel yang diasongkan Liora. "Makasih, Sayang," ujarnya pada Liora sebelum menjawab panggilan telepon dari Nanetta.
"Kenapa, Nan?" sapa Natasha.
Nanetta langsung menyahut, "Nggak lagi sibuk kan, Mbak?"
"Lagi bikin sarapan. Kenapa, sih? Tumben amat nelepon pagi-pagi gini?"
"Ditanyain Ibu. Kenapa udah dua minggu nggak ke rumah?"
"Weekend kemarin Mbak harus mendampingi anak-anak flied trip, jadi nggak bisa main ke rumah Ibu."
"Ibu mau ngomongin soal rencana lamaran Mas Naren."
Natasha memasukan dua butir telur ke dalam adonan pancake-nya lebih dulu sebelum berkata, "Bilangin Ibu nanti siang Mbak ke sana. Sekarang masih ngurusin rumah dulu."
"Jangan lupa ajak Lio, ya. Ibu nanyain terus, tuh."
"Iya, nanti Lio ikut, kok."
Setelah panggilan dengan Nanet terputus, Natasha mulai menuangkan adonan pancake buatannya ke dalam teflon dengan api kecil sedikit demi sedikit. Setelah matang, dia menata di dalam sebuah piring kecil dengan tambahan toping eskrim cokelat dan sirup maple di atasnya.
"Pancake buatan Mama udah jadi," serunya saat membawa dua piring pancake ke ruang tengah.
"Yeay. Buat Lio yang ada eskrim cokelatnya kan, Ma?"
Natasha mengangguk sambil menyerahkan satu piring untuk Liora dan satunya lagi untuk Nata. Natasha sangat paham kebiasaan suami dan anaknya itu yang senang mengemil sambil menonton tv.
"Kenapa Nanet?" tanya Nata setelah Natasha duduk di sebelahnya.
"Kita disuruh ke rumah Ibu, mau ngomongin acara lamaran Naren."
Nata memasukan sepotong pancake ke dalam mulutnya dan bertanya, "Kapan sih acaranya?"
"Akhir bulan ini, sekalian acara syukuran rumah baru." Natasha membuka mulut di depan Nata dan minta disuapi.
"Berat badan kamu naik, ya?" tanya Nata.
"Kenapa emangnya?"
"Pipi kamu jadi lebih chubby. Jadi mirip sama Lio," tutur Nata, kemudian Nata mencondongkan tubuhnya dan berbisik. "Apalagi payudara kamu jadi lebih besar. Putingnya juga jadi lebih keras."
Astaga. Natasha menelan pancake di mulutnya dengan susah payah. Untung saja dia tidak sampai tersedak.
Dengan refleks dia mencubit perut Nata hingga membuat Nata mengaduh sambil tertawa.
Dasar sinting. Bisa-bisanya laki-laki itu membicarakan hal sevulgar itu di dekat anaknya sendiri. Memang otaknya sudah oleng sepertinya. Keluh Natasha pada diri sendiri.
Siang harinya Natasha menepati janji untuk mengunjungi ibunya bersama Nata dan Liora. Seperti biasa, Ibu langsung menyambut kedatangan mereka di depan pintu dengan binar bahagia.
"Ya ampun cucu Uti ke mana aja sih nggak pernah jengukin Uti?" sambut Ibu.
"Lio habis jalan-jalan ke kebun binatang. Makanya nggak main ke rumah Uti."
"Oh, ya? Sama siapa? Kok Uti nggak diajak?"
"Sama temen-temen di TK. Uti nggak boleh ikut kan Uti udah tua."
Nanet langsung menyahut dari dalam rumah. "Kalau Onti boleh ikut nggak Lio?"
Liora tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk. "Onti belum terlalu tua, jadi boleh ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?
RomansaAnata Dewangga masih betah menduda setelah kematian istrinya saat melahirkan. Dia tetap keras kepala dengan keyakinan bahwa ia mampu membesarkan anaknya seorang diri. Namun, sebuah kejadian membuatnya merenungi ulang keputusan untuk tetap melajang...