Sekali lagi aku ingatkan kalau cerita ini mengandung konten dewasa. Dedek-dedek gemes nggak boleh baca ya nanti kakak diomelin Kak seto wkwkw xD
****
Setelah menerima ajakan Nata untuk menikah dua bulan lalu, Natasha merasa dirinya seperti memasuki pusaran waktu di mana waktu dua bulan terasa seperti dua jam saja. Hingga tidak terasa, tinggal beberapa jam lagi waktu yang tersisa bagi Natasha untuk melepas status lajangnya.
Selama dua bulan ini Natasha masih menjalani hari-hari seperti biasa. Dia masih disibukan dengan kegiatan mengajar, dan kali ini ditambah dengan kesibukan mengurusi semua persiapan pernikahan. Seperti meeting bersama orang-orang dari wedding organizer, fitting baju pengantin, hunting cincin kawin, dan semua tetek bengek yang cukup menguras waktu serta tenaga.
Entah pukul berapa Natasha tertidur malam itu, hingga dirinya terbangun karena seseorang mengguncang tubuhnya dengan cukup keras.
"Mbak Tata! Bangun, Mbak! Jadi nikah nggak, nih?" ujar Nanetta sambil terus menggoyang-goyangkan tubuh Natasha.
Dengan sedikit kesulitan Natasha membuka kedua matanya dan melirik jam yang tersimpan di nakas, ternyata sudah pukul lima pagi.
Dia kembali menutup mata karena masih mengantuk, tapi Nanet kembali mengganggunya, "Mbak Tata! Ampun deh kebo amat. Nggak jadi kawin nih, Mbak? Ya udah Mas Nata buat aku aja kalau gitu, ya?"
Natasha kembali membuka mata dan langsung melempari adik bungsunya itu dengan bantal. "Sembarangan aja kalau ngomong!" omelnya.
Nanet menyeringai. "Lagian kebo banget sih tidurnya, udah tau mau jadi penganten."
"Mbak baru tidur sebentar doang, Nan. Semalam Mbak nggak bisa tidur."
"Ciyeee... deg-degan karena mau melepas keperawanan, ya?"
Untuk kedua kalinya, bantal hotel yang tebal itu mendarat mulus di wajah Nanet.
Sejak semalam Natasha dan keluarganya sudah menginap di hotel yang akan menjadi tempat dilangsungkannya acara akad nikah sekaligus resepsi. Natasha menempati suite room yang nantinya akan menjadi kamar pengantin, sementara keluarganya yang lain menempati kamar di lantai yang berbeda.
"Cepetan mandi, Mbak. Sebentar lagi MUA-nya datang."
Menuruti ucapan Nanet, Natasha segera beranjak dari tempat tidur dan memasuki kamar mandi. Dia mandi dengan singkat tanpa membasahi rambutnya agar lebih mudah ditata. Saat keluar kamar mandi bertepatan dengan teleponnya yang berdering dan menampilkan nama Nata.
"Udah bangun, Ta?" sapa Nata setelah Natasha menjawab teleponnya.
"Udah, baru selesai mandi. Kenapa?"
"Nggak apa-apa. Cuma mau memastikan aja kamu nggak kabur."
Natasha terkekeh. "Kalau aku mau kabur, pasti udah dari kemarin-kemarin."
"Makanya itu aku perlu makesure kalau kamu nggak berubah pikiran."
"Kamu kenapa sih? Aneh banget," timpal Natasha.
"Maybe I'm just a little bit nervous."
Natasha mencibir. "Kayak bujangan aja pake nervous segala," ledeknya yang membuat Nata semakin tergelak.
Di tengah percakapan itu, bel di kamar Natasha berbunyi. Nanet membukakan pintu dan menemukan keberadaan beberapa orang make up artist yang semuanya terdiri dari para pria kemayu, sudah berdiri di depan kamar hotel.
"Nat, MUA-nya udah datang. Aku tutup dulu teleponnya, ya?" ujar Natasha.
"Oke. Perasaan aku juga sekarang udah lebih baik. Sampai ketemu nanti di depan penghulu, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?
RomanceAnata Dewangga masih betah menduda setelah kematian istrinya saat melahirkan. Dia tetap keras kepala dengan keyakinan bahwa ia mampu membesarkan anaknya seorang diri. Namun, sebuah kejadian membuatnya merenungi ulang keputusan untuk tetap melajang...