Memasuki hari ketujuh sejak pengasuh anaknya mendadak pulang kampung, Nata kebagian tugas menjaga Liora di rumah karena mamanya ada jadwal operasi pagi hari dan dilanjutkan praktik hingga sore. Hal itu membuat Nata harus membawa semua pekerjaannya ke rumah agar dapat bekerja sambil menjaga Liora.
"Papa lagi ngapain?" tanya Liora sewaktu melihat papanya sedang mendorong meja kerja dari dalam kamar ke ruang tengah.
"Papa lagi pindahin meja kerja Papa keluar supaya bisa kerja sambil jaga Lio."
"Emang di rumah boleh kerja? Kerja itu kan harusnya di kantor."
"Kalau Papa kerja di kantor, terus yang jaga Lio siapa?"
Gadis kecil itu terdiam, tampak memikirkan sesuatu. "Kok Mbak Rahmi lama banget sih perginya, Pah?" tanyanya.
"Mbak Rahmi harus ngurusin ibunya yang sakit. Jadi, mungkin Mbak Rahmi nggak akan balik lagi ke sini," terang Nata, mencoba menjelaskan sesederhana mungkin agar dapat dipahami oleh Liora. "Lio nggak apa-apa, kan, kalau Mbak Rahmi nggak balik lagi ke sini?"
"Nggak apa-apa, kok. Abisnya Mbak Rahmi main hape terus, nggak mau nemenin Lio main."
"Oh, ya?" Nata sedikit terkejut mendengar kenyataan yang baru saja diungkapkan Liora. Selama ini Nata tidak pernah mendengar cerita aneh-aneh soal pengasuh anaknya itu, sehingga Nata pikir semuanya memang berjalan dengan baik.
"Waktu itu juga Lio hampir ketabrak motor."
Sudah pasti informasi itu membuat Nata kian terkejut. "Hampir ketabrak? Di mana?" cercanya.
"Di depan rumah. Jadi, waktu itu kan Lio lagi main sepeda di luar, terus Lio hampir ketabrak motor. Untung nggak jadi. Motornya langsung belok ke pinggir jadi nggak jadi nabrak Lio, tapi motornya yang jatuh."
"Mbak Rahmi ke mana? Kok nggak jagain Lio main sepeda?'
"Mbak Rahmi ada, tapi Mbak Rahmi duduk di teras sambil main hape."
"Itu kapan kejadiannya?"
"Hmmm, nggak tau. Lio lupa. Pokoknya udah lama."
"Kenapa Lio nggak cerita sama Papa?" tanya Nata, terlihat sedikit marah.
"Soalnya kata Mbak Rahmi, Lio nggak boleh cerita sama Papa sama Enin."
Sudah pasti hal itu membuat Nata semakin meradang. Ternyata selama ini begitu kelakuan Rahmi di belakangnya. Padahal Nata sudah percaya sepenuhnya pada Rahmi, bahkan Nata tidak segan-segan memberinya bonus. Mamanya pun sering membelikan banyak barang untuk perempuan itu, tapi, ternyata semua kebaikan yang sudah keluarganya berikan, dibalas dengan kerja yang asal-asalan, bahkan hampir membahayakan anaknya.
Atau, jangan-jangan alasan pulang kampung karena ibunya sakit pun tidak benar? Nata mengembuskan napas sambil menahan kesal.
"Ya sudah, Lio lanjut lagi nontonnya. Papa temani sambil kerja, ya?"
Dengan patuh Liora kembali duduk di karpet yang menghadap televisi sambil memainkan boneka Barbie dengan berbagai macam model rambut dan pakaian.
"Hai, kamu mau ke mana?" ucap Liora, berpura-pura jika yang melakukan percakapan itu adalah kedua barbie yang ada di tangannya.
"Aku mau jalan-jalan.
"Aku ikut, dong."
"Jangan, aku nggak mau temenan sama kamu."
"Astagfirullahazim. Kamu berdosa banget!"
"Heh! Kamu jangan solimin!"
"Solimin! Solimin! Solehah!"
"What the hell. Terserah lo aja, deh!"Nata terlonjak mendengar apa yang baru saja diucapkan anaknya itu hingga hampir tersedak kopi yang sedang dia minum.
"Liora!" tegur Nata. "Kok Lio ngomongnya kayak gitu? Siapa yang ngajarin Lio ngomong kayak tadi itu?" cerca Nata, tidak bisa menyembunyikan kengerian dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?
RomanceAnata Dewangga masih betah menduda setelah kematian istrinya saat melahirkan. Dia tetap keras kepala dengan keyakinan bahwa ia mampu membesarkan anaknya seorang diri. Namun, sebuah kejadian membuatnya merenungi ulang keputusan untuk tetap melajang...