Sebelas

9.2K 894 55
                                    

Natasha berbaring di ranjang pengantinnya dalam keadaan masih terjaga. Waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari. Namun, rasa kantuk yang ia nanti-nantikan masih enggan menghampirinya.

Akhirnya perempuan itu memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu balkon. Kamar hotel yang dia dan suaminya tempati saat ini, memiliki pemandangan bukit yang masih asri dengan banyak pepohonan.

Dalam keadaan sehening itu, Natasha dapat mendengar suara gemericik air dari aliran sungai yang mengalir tepat di bawah kamarnya. Membuat suasana tenang seakan dunia mengajaknya untuk berdamai.

Namun, turbulensi kejanggalan masih mendesak dalam hatinya. Rasa penasaran dan bingung, bercampur dengan sekelebat rasa sakit hati serta kecewa karena tindakan sang suami yang belum mampu ia proses dengan baik.

Natasha membutuhkan sedikit perspektif untuk memahami alasan di balik perlakuan Nata terhadapnya. Berbagai pertanyaan timbul dalam benaknya, hingga membuatnya terlalu gelisah untuk tidur.

Di tengah keasyikannya melamun, Natasha mengerjapkan mata saat sepasang tangan kekar dan hangat memeluk tubuhnya dari belakang.

"Aku pikir kamu ke mana, nggak taunya lagi melamun di sini," ujar Nata sambil menyusupkan wajahnya di dalam helaian rambut Natasha.

"Kamu kenapa bangun?" tanya Natasha

"Dingin, nggak ada kamu yang nemenin aku di tempat tidur."

"Padahal kemarin-kemarin biasa tidur sendiri," sahut Natasha, membuat Nata terkekeh.

"Sekarang kan udah punya kamu, jadi nggak akan sendirian lagi tidurnya."

Nata membuang helaian rambut Natasha ke samping dan mulai menjelajahi sepanjang garis leher istrinya itu hingga ke bahu menggunakan bibir dan lidahnya.

"Nat, ngapain, sih? Ini di luar," tegur Natasha.

Nata menggigit telinga Natasha dan berbisik, "Kenapa emangnya kalau di luar?"

"Nanti ada yang lihat."

"Siapa yang mau lihat? Paling jangkrik sama keong yang tinggal di bukit seberang sana," kelakar Nata. Namun dia tetap menjauhkan bibirnya dari kulit mulus Natasha dan ikut menikmati pemandangan di hadapan mereka. "Kamu suka suasana di sini?"

Natasha mengangguk. "Suka banget. Aku baru pertama kali ke sini."

"Kamu tahu kenapa aku pilih hotel ini buat acara pernikahan kita?" tanya Nata lagi, dan kali ini Natasha menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Karena aku yang mendesain hotel ini. Aku sempat ketemu beberapa kali dengan pemiliknya. Namanya Mr. Gregorovich, dia orang Rusia dan menikah dengan perempuan Indonesia. Waktu itu Mr. Greg langsung menyampaikan permintaannya kalau dia ingin membangun sebuah tempat romantis yang letaknya sedikit di atas bukit sebagai tempat pernikahan dia dengan perempuan yang sekarang jadi istrinya."

"Kelihatannya pemilik hotel ini cinta banget sama istrinya?"

"Kelihatannya sih begitu. Bahkan, nama hotel ini pun diambil dari nama istrinya."

"Hotel Sarasvati?"

Nata mengangguk.

Kemudian, Natasha membalikan tubuhnya hingga menghadap Nata. "Apa kamu bisa mencintai aku sebesar pemilik hotel ini mencintainya istrinya?" tanyanya dengan sorot mata serius.

Senyum Nata menghilang, tapi tatapannya menghangat. Dengan kedua mata yang menatap lurus ke arah Natasha, dia menjawab, "Hidup seringkali mengejutkan, Ta. Banyak hal yang tanpa kita duga datang tiba-tiba. Dan kamu juga pasti tahu kalau hidup itu proses belajar, termasuk pernikahan yang kita jalani sekarang.

Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang