Nata berdiri dengan gugup di depan rumah Narendra. Dia mencoba menenangkan diri lebih dulu sebelum mengetuk pintu di hadapannya dan menanti hingga pintu itu terbuka.
Sesaat Nata tertegun ketika mendapati bahwa orang yang membuka pintu adalah Natasha. Walaupun dia sudah berusaha mempersiapkan diri sebelumnya, nyatanya pertemuan itu membuatnya dilanda kegugupan karena ketidaksiapan.
Kembali mereka berdiri saling berhadapan di antara keheningan yang teramat pekat. Tidak ada siapapun lagi di sekitar mereka. Hanya suara embusan angin serta gemerisik ranting pohon yang membuat suasana menjadi ramai.
"Hei," sapa Nata. Dia ingin merengkuh tubuh itu dalam pelukannya, ingin mengungkapkan bagaimana gilanya ia selama beberapa hari ini tanpa kehadirannya. Namun, yang ada Nata hanya berdiri dengan canggung tanpa mampu melakukan apa pun. "Apa kabar, Ta?"
Spontan Natasha menjawab, "Seperti yang kamu lihat, masih struggle dengan hidup yang harus aku jalani." Dia menyapu rambut dengan tangan sedikit gemetar. Terlihat jelas jika perasaannya pun sama kacaunya seperti Nata. "Kita langsung jalan aja. Kasihan Lio. Dia pasti udah nungguin."
"Narendra mana?" tanya Nata.
"Lagi antar Adel pulang ke rumahnya. Dari kemarin Adel nginap di sini buat nemenin aku. Sebentar, aku kunci pintunya dulu."
Nata memperhatikan Natasha yang berjalan memasuki rumah untuk mengambil tasnya dan mengunci pintu dari luar. Tidak ada yang berubah darinya, masih tetap cantik dan menawan walaupun wajahnya terlihat sedikit pucat.
Kemudian Nata menyadari satu hal. Dia mengamati sekeliling mereka, tidak ada koper ataupun tas menginap yang perempuan itu bawa, melainkan hanya sebuah flap bag yang biasa Natasha pakai saat berpergian.
"Koper kamu mana?" tanyanya.
"Aku nggak akan lama, kok. Setelah lihat keadaan Lio, aku langsung pulang lagi. Aku cuma mau pamitan sama Lio karena kemarin aku nggak sempat pamit dulu."
Mendengar itu, muncul kernyitan di dahi Nata. "Aku pikir kamu mau balik lagi ke rumah," ujarnya.
Natasha memaksakan senyum. Dengan tenang dia berkata, "Jangan memaksakan apa yang nggak bisa kita paksakan, Nat. Termasuk pernikahan kita. Buat apa aku kembali ke sana kalau hanya untuk menyenangkan Lio? Kita nggak bisa terus menerus memanipulasi keadaan. Lio harus terbiasa dengan situasi ini, dan aku pikir kita harus menjelaskan pelan-pelan supaya Lio paham kalau kita udah nggak sama-sama lagi."
Nata semakin mengernyit tidak suka mendengar penuturan itu. Baru seperti ini saja dia sudah merasa tertampar. Padahal dia sendiri yang menciptakan situasi ini.
Sepanjang perjalanan, tidak ada satupun yang bersuara. Bungkam seribu bahasa. Baik Nata maupun Natasha sama-sama menyadari kecanggungan yang menyeruak di antara mereka, apalagi setelah ucapan Natasha tadi.
Keduanya sama-sama mengatupkan mulut rapat-rapat. Dan alunan suara The Weeknd yang sedang menyanyikan lagu Call Out My Name, seolah-olah tengah menertawakan keduanya.
We found each other
I helped you out of a broken place
You gave me comfort
But falling for you was my mistakeBaik Nata maupun Natasha sama-sama tertohok mendengar lagu itu. Seakan The Weeknd memang sengaja menyanyikan lagu itu untuk menyindir kondisi mereka saat ini.
Natasha berinisiatif mengulurkan tangan dan memencet tombol off, sehingga lagu itu pun lenyap.
Hal itu tidak luput dari perhatian Nata. Sejak tadi lelaki itu tidak bisa berkonsentrasi dengan jalanan di depannya karena perhatiannya terus tertarik pada sosok perempuan yang berada di sebelahnya. Perempuan yang masih berstatus sebagai istrinya, tapi kini tak bisa lagi ia raih karena terhalang gletser yang menghalangi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?
RomanceAnata Dewangga masih betah menduda setelah kematian istrinya saat melahirkan. Dia tetap keras kepala dengan keyakinan bahwa ia mampu membesarkan anaknya seorang diri. Namun, sebuah kejadian membuatnya merenungi ulang keputusan untuk tetap melajang...