Tujuh Belas

8.3K 995 91
                                    

Nata mendongakkan kepala dan meninggalkan layar iMac-nya sejenak untuk memperhatikan istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tampak menggiurkan dengan tubuh segar sehabis mandi, hanya mengenakan kamisol tidur dan rambut basah yang digelung handuk. Dia berjalan memasuki kamar dengan kaki telanjang. Berhasil menggoda Nata tanpa perlu berusaha melakukan apa pun.

"Tadi kenapa Omar nelepon?" Pertanyaan Natasha berhasil mengembalikan fokusnya.

"Mau undang Lio ke acara ultah Rei," jawab Nata.

"Memangnya kapan Rei ulang tahun?"

"Minggu depan. Kalau kamu ada waktu, tolong beliin hadiah buat Rei."

Natasha terdiam, tampak memikirkan sesuatu. "Kalau beli hadiahnya besok aja gimana?"

"Pulang ngajar?"

Natasha mengangguk sambil melepaskan handuk di kepalanya dan meraih hair dryer. "Tapi aku nggak bawa Lio. Dia pasti kecapekan kalau pulang sekolah langsung jalan ke mal."

Nata langsung setuju tanpa merasa curiga. Dia masih fokus menikmati pemandangan yang selalu didapatinya setiap malam selama dua bulan ini. Wanita dengan segala ritual yang merepotkan tapi menyenangkan untuk ditonton.

"Kamu kenapa sih ngeliatin aku terus?" protes Natasha.

"Seru aja liatin kerempongan kamu." Nata beranjak dari meja kerjanya dan menahan tangan Natasha saat akan mengoleskan sesuatu ke wajahnya. "Nggak usah pakai ini dulu," pinta Nata.

"Kenapa?"

"Kamu suka nggak mau aku cium kalau udah pakai barang-barang ini."

Natasha tahu dirinya selalu lemah sejauh menyangkut Nata. Dia tidak bisa menolak saat Nata yang berada di belakangnya, memiringkan kepalanya dan mulai memagut bibirnya dengan agresif.

"Main sebentar, ya?" pinta Nata sambil mencium bahunya.

Natasha menahan napas dan gemetar. Dia bisa merasakan sesuatu mulai menyengat ketika Nata menangkup kedua payudaranya dan meremasnya lembut. Hanya sentuhan ringan, tapi memberikan efek dahsyat karena pengaruh hormon kehamilan.

Tangan Nata menyingkirkan rambut yang menutupi lehernya. Dan ketika kehangatan dari mulut Nata menyentuh kulit lehernya, Natasha bisa mendengar dirinya sendiri merintih.

Nata semakin merapatkan tubuhnya dengan Natasha. Tangannya melingkar di perut Natasha dengan penempatan yang menunjukan gestur posesif. Seolah Nata ingin melindungi sesuatu yang belum dia ketahui keberadaannya.

Hal itu membuat alarm di dalam kepala Natasha berbunyi. Insting alami untuk melindungi si jabang bayi, membuat Natasha melepaskan diri dari kungkungan tubuh suaminya dan memilih menghindar. Dia tidak ingin melakukan hal gegabah yang bisa membahayakan kandungannya.

"Nat, aku lagi capek banget," tolak Natasha dengan hati-hati sewaktu tangan Nata menyusup ke dalam celananya. "Nanti lagi aja, ya?"

Sesuatu dalam nada bicara Natasha membuat Nata heran. Tidak biasanya Natasha menolaknya.

Ketika Nata menarik diri, dia menyadari wajah Natasha yang terlihat pucat. "Baby, are you ok?"

Natasha menganggukan kepala. "I'm fine, just a little bit tired."

"Muka kamu pucat banget. Kamu nggak sakit, kan?"

"Enggak, Nat. Aku cuma butuh istirahat aja."

Nata mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres, tapi dia tidak mau mendesak Natasha dan memilih mengalah. "Ya udah, kamu tidur duluan aja. Aku masih harus lanjut kerja dulu sebentar."

Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang