Natasha tidak tahu kesalahan apa yang sudah dia lakukan terhadap Nata sehingga laki-laki itu terlihat sengaja menghindarinya. Setiap kali menjemput Liora, Nata selalu menunggu di mobil dan tidak sekalipun menemuinya seperti yang biasa dia lakukan. Bahkan sejak kepulangan Nata dari Tokyo, Natasha belum bertemu dengan laki-laki itu sekalipun.
Natasha tahu hubungan mereka memang jauh dari kata sederhana. Ada banyak hal yang menghalangi sehingga membuat Natasha yakin jika mereka memang tidak akan pernah bisa bersama.
"Miss Natasha, Liora sudah dijemput." Lamunannya terhenti saat satpam sekolah menghampirinya ke dalam kelas.
Natasha mengangguk. "Di tunggu di tempat parkir lagi, Pak?"
"Enggak. Yang jemputnya ada di depan kelas."
Natasha mengernyit. Tumben sekali. Pikirnya.
Dia bergegas merapikan semua barang bawaan milik Liora dan mengantarkan ke depan pintu. Ternyata, dugaan Natasha salah. Yang datang menjemput bukan Nata, melainkan mamanya yang sekarang sedang melayangkan senyum ramah seraya menghampirinya.
"Apa kabar, Ta?" sapa Hani sambil cipika-cipiki dengan Natasha.
"Baik, Tante. Tumben sekali Tante yang jemput Lio."
"Iya, nih. Tante jadi harus majukan jadwal praktik karena harus jemput Lio."
"Memangnya Nata ke mana?"
"Nata lagi ke Jakarta, mau ziarah ke makam Kayla sekalian berkunjung ke tempat mertuanya."
Natasha menelan ludah dengan rasa pahit. Informasi itu sudah cukup menjadi peringatan untuknya agar berhenti mengharapkan hal yang tidak akan pernah bisa dia raih.
"Kamu ada waktu sebentar, Ta? Ada yang mau Tante bicarakan dengan kamu."
Natasha mengerjapkan mata sesaat sebelum menjawab. "Bicara apa, Tante? Sepertinya penting?"
Sebelum Hani bicara, dia mengalihkan perhatian kepada Liora lebih dulu. "Lio main dulu di dalam sebentar, ya? Ada yang mau Enin bicarakan dulu dengan Miss Natasha," titahnya kepada sang cucu.
"Oke, Enin," jawab Liora dengan patuh, kemudian berlarian menghampiri teman-temannya di dalam kelas.
"Sepertinya ada masalah serius yang mau Tante bicarakan?" tanya Natasha lagi, hatinya mulai tidak tenang.
"Menurut Tante ini sangat serius karena menyangkut Liora."
Raut wajah Natasha berubah cemas. "Memangnya Lio kenapa?"
"Kemarin Lio cerita sama Tante tentang apa yang dia lihat di dapur."
Hanya mendengar satu kalimat itu, sudah cukup membuat Natasha paham dengan tujuan Hani menemuinya. Sejak awal Natasha sudah menduga Liora akan menceritakan kejadian di dapur pada neneknya. Namun, Natasha tidak menduga mamanya Nata akan membicarakan hal itu secara langsung dengannya.
"Saya minta maaf, Tante," ujar Natasha sambil menahan malu. Entah harus disimpan di mana wajahnya saat ini. "Ini semua salah saya. Saya nggak tahu apa saya masih punya muka buat ketemu Tante."
"It's okay, Ta. Di sini Tante bukannya ingin mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Tante hanya nggak bisa membiarkan masalah ini begitu aja. Tante nggak mau menanamkan mindset yang salah kepada Liora setelah dia melihat langsung papanya mencium seorang perempuan."
Natasha menunduk malu. "Saya ngerti. Tapi saya harus tetap minta maaf, karena sebagai gurunya Liora, saya nggak bisa kasih contoh yang baik untuk anak murid saya."
"Tante boleh tanya satu hal sama kamu?"
Kali ini Natasha memberanikan diri mendongak dan membalas tatapan Hani. "Tanya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?
RomanceAnata Dewangga masih betah menduda setelah kematian istrinya saat melahirkan. Dia tetap keras kepala dengan keyakinan bahwa ia mampu membesarkan anaknya seorang diri. Namun, sebuah kejadian membuatnya merenungi ulang keputusan untuk tetap melajang...