Dua Puluh Satu

10.9K 926 25
                                    

Ya ampun kenapa sih aku tuh kalau nulis di HP suka kepencet terus. Yang tadi udah sempat baca, silakan baca ulang part ini karena tadi belum kelar udah kepencet xD

Thank you and happy reading.

****

Pagi itu Nata bangun pagi-pagi sekali. Sejak semalam Nata ingin bicara dengan Natasha, tapi urung karena melihat Natasha sudah pulas di kamar Liora saat dirinya baru pulang dari kedai kopi Omar.

Nata langsung menemukan mamanya yang sedang sibuk di dapur ketika keluar kamar. Sedangkan Natasha masih belum terlihat keberadaannya.

"Tata mana, Ma?" tanya Nata sambil menghampiri mamanya di dapur.

Hani menoleh sejenak. "Loh, emangnya Tata nggak tidur sama kamu?"

"Tadi malam waktu aku pulang dari tempat Omar, aku lihat Tata tidur sama Lio."

"Coba kamu tengok di kamar Lio. Kayaknya masih tidur, soalnya dia belum keluar kamar dari tadi."

Baru saja Nata berniat mengecek kamar Liora, ternyata orang yang dibicarakan muncul. Nata memperhatikan Natasha yang terlihat sedang berpegangan pada palang pintu sambil menunduk dan memejamkan mata.

"Kamu kenapa, Ta?" tanya Nata seraya menghampiri Natasha. Dengan hati-hati dia membantu Natasha duduk di ruang tengah. "Kepalanya pusing, ya?"

Natasha mengangguk perlahan. "Dari kemarin kepalaku agak pusing setiap bangun tidur."

"Mungkin karena kamu lagi morning sick."

"Mungkin. Nanti aku coba tanya sama dokter kalau jadwalnya periksa kandungan."

"Hari ini kamu ngajar?"

Natasha menggelengkan kepala. "Udah dua hari aku ambil cuti. Kayanya aku kualat deh, Nat."

Ucapan itu membuat Nata mengernyit. "Kualat kenapa?"

"Karena aku udah bohong. Aku izin cuti dengan alasan sakit. Ternyata sekarang malah sakit beneran."

Hani meninggalkan kegiatannya sejenak dan menghampiri Natasha untuk memeriksa keadaannya. "Ada mual, Ta?" tanyanya.

"Sedikit, Ma. Tapi masih bisa ditahan."

"Nggak sampai muntah-muntah, kan?"

Natasha menggelengkan kepala, dan mengernyit saat kepalanya kembali berdenyut.

"Pola makan kamu kemarin-kemarin gimana?"

Natasha terdiam sesaat. Dia mengingat jika sejak kemarin pola makannya berantakan. Dia bahkan tidak pernah menghabiskan makanannya.

Melihat reaksi menantunya, Hani sudah bisa menebak penyebabnya. Terlebih saat ia meraih pergelangan tangan Natasha dan memeriksa denyut nadinya yang terasa lemah. "Sepertinya tekanan darah kamu rendah. Ta. Sekarang kamu istirahat aja, ya. Jangan ke mana-mana dulu dan jangan minum obat apa-apa dulu karena kamu nggak boleh sembarangan minum obat. Sebentar lagi si Mbak datang, nanti Mama suruh Mbak temani kamu di rumah supaya kamu gampang kalau butuh apa-apa."

Sudah pasti Natasha langsung menolak. "Nggak perlu sampai kayak gitu, Ma. Tata masih bisa ngerjain semuanya sendiri kok."

Nata berdecak. "Ta, nurut apa kata Mama, oke? Muka kamu udah pucat banget."

"Tapi aku nggak apa-apa, Nat. Tadi malam aku udah janji sama Lio mau bikin pancake buat sarapan. Setelah itu aku janji, aku langsung istirahat."

Hani buru-buru menengahi. "Ya sudah, nggak apa-apa kalau Tata mau bikin sarapan. Tapi setelah itu harus langsung istirahat, ya? Kalau bisa dikurangi dulu kegiatannya."

Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang