"Kenapa bukan anaknya aja yang kamu ajak ke sini, Mbak?" Tanggapan Ibu saat Natasha meminta izin untuk menjaga Liora selama beberapa hari di rumah Nata.
Dengan nada lembut dan penuh kesabaran, Natasha mencoba menjelaskan, "Bu, rumah kita ini nggak sebesar rumah mereka. Apalagi di sini banyak orang. Tata khawatir Liora malah nggak nyaman kalau Tata bawa ke sini."
"Justru Ibu yang khawatir kalau kamu nginap di rumah laki-laki, Ta. Kalau tetangganya ada yang lihat, malah bisa menimbulkan omongan yang nggak enak."
"Tapi Nata nggak ada di rumahnya, Bu. Di sana Tata cuma berdua aja sama Liora."
"Tetangganya mana ada yang tahu kalau Nata nggak ada di rumahnya, Ta. Kayak gosipnya Ibu Mela yang janda itu, katanya Bu RT lihat ada laki-laki yang keluar rumahnya pagi-pagi sekali. Orang satu RT langsung heboh karena dikira laki-laki itu nginap di rumah Bu Mela, eh ternyata terbukti dari CCTV kompleks kalau laki-laki itu cuma kurir yang ngantar paket."
Mendengar itu, Natasha terkekeh seraya geleng-geleng kepala. "Tata ngerti kekhawatiran Ibu, dan Tata akan selalu berusaha menjaga sikap supaya terhindar dari omongan yang nggak enak didengar."
"Makanya kamu bilangin Nata supaya jangan menunda terlalu lama, Ta."
Natasha mengernyit. "Maksud Ibu?"
"Maksud Ibu itu, kalian langsung menikah aja. Nggak usah pacaran segala. Ibu nggak masalah kok walaupun status Nata sudah pernah menikah dan punya anak, yang penting dia bukan suami orang. Apalagi anaknya udah cukup dekat sama kamu."
Natasha mulai kehabisan kata-kata. Semenjak Ibu bertemu Nata beberapa hari yang lalu, Ibu selalu saja bicara seperti itu. Natasha sampai bingung sendiri bagaimana cara dia memberikan penjelasan kepada ibunya.
"Tata nggak mau muluk-muluk, Bu. Hidup seperti ini aja Tata udah sangat bersyukur," ucap Natasha.
"Ibu tahu kamu memang anaknya nggak pernah neko-neko, tapi Ibu juga pengin lihat kamu bahagia, Ta. Selama ini kamu udah banyak berkorban untuk adik-adik kamu, sekarang giliran kamu memikirkan diri kamu sendiri."
"Iya, Bu. Ibu nggak usah khawatir soal itu," ujar Natasha, mencoba menghentikan pembicaraan.
Untung saja pada saat bersamaan ponselnya berdering, menampilkan nama Nata sebagai identitas penelepon.
"Ta, nanti sore jadi nginap di rumah, kan?" sahut Nata dari seberang telepon setelah Natasha menjawab panggilannya.
"Jadi," jawab Natasha singkat.
"Jangan lupa sekalian bawa baju ganti biar nggak usah bolak-balik lagi."
"Iya, ini gue lagi siap-siap."
"Perlu gue jemput, Ta? Takutnya lo repot bawa barang kalau naik angkot."
"Nggak usah, Nat, gue diantar adik gue. Lagian gue cuma bawa beberapa baju ganti aja, kok."
"Oke, kalau gitu... sampai ketemu nanti malam, Ta," ujar Nata sebelum panggilan terputus.
Sampai ketemu nanti malam.
Natasha bergidik geli karena kalimat itu. Satu ucapan sederhana yang memiliki makna cukup konkret. Entah kenapa, Tiba-tiba kalimat penutup itu malah membawa pikirannya berkelana terlalu jauh.
****
Nata mengetuk-ngetuk jarinya di setir mobil dengan tidak sabaran. Dia kembali mengecek sportwatch di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 17.30, artinya, dia sudah menunggu hampir tigapuluh menit.
Untuk kedua kalinya Nata mengirim chat pada Natasha yang mengabarkan dirinya sudah tiba di depan sekolah. Namun, Lagi-lagi chat itu tidak mendapat respons apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapkah Aku Jatuh Cinta Lagi?
RomanceAnata Dewangga masih betah menduda setelah kematian istrinya saat melahirkan. Dia tetap keras kepala dengan keyakinan bahwa ia mampu membesarkan anaknya seorang diri. Namun, sebuah kejadian membuatnya merenungi ulang keputusan untuk tetap melajang...