30 menit adalah waktu yang cukup untuk keempat gadis cantik itu menciptakan suasana akrab dan bersahabat di salah satu meja sebuah cafe. Pilihan mereka adalah cafe dekat kampus. Karena selain tujuan utama Ersa dan kedua temannya akan pergi ke kampus, menurut Ersa, itu juga dapat mengantisipasi keterlambatan kedua temannya untuk berkuliah. Jadi Gea hanya mengikutinya saja.
Dan seperti halnya para gadis lain yang mengobrol ria saat sedang berkumpul dengan membahas 'topik yang menarik' bagi para gadis kebanyakan, mereka pun juga demikian. Selama 30 menit itu, mereka juga mengawali pembicaraan mengenai 'topik yang menarik', hingga membuat suasana canggung yang awalnya terasa, bisa tersamarkan karena 'topik menarik' itu. Topik menarik? Ya, itu adalah masalah pria.
Afid, adalah sebuah nama kramat yang menjadi sasaran empuk mereka. Yang pertama mengusulkan adalah Gea. Alasannya tentu saja karena dia sangat mencintai pria itu. Dan mau tidak mau, ketiga gadis lainnya yang juga mengenal nama Afid, ikut masuk ke dalam pembicaraan. Meskipun Kiko yang awalnya hanya bisa terpaku, karena lagi-lagi menemukan gadis lain yang menyukai pria yang disukainya.
Susah memang, jika kita menyukai pria yang mempunyai kharisma yang memikat. Benarkan?
Banyak yang mereka bicarakan, mulai dari sifat Afid sejak pertama kali berkenalan, hingga lebih menyeluruh. Dan tentu saja ekspresi di meja cafe itu bermacam-macam. Dari Gea yang sangat bersemangat dengan semua cerita yang ia sampaikan, Kiko yang antusias mendengar saat ada informasi baru mengenai pria yang disukainya, Fia yang sesekali diam dan sesekali menanggapi, sampai Ersa yang lebih banyak diam karena baru bertemu Afid saat di Jepang -tentu saja sesuai daya ingatnya.
Ah benar, bahkan Ersa pun lupa akan pertanyaannya tadi yang mengenai 'kenapa Gea datang ke Indonesia?'
Hingga akhirnya Gea mengucapkan satu hal yang membuat Ersa tiba-tiba merona, sedangkan Kiko kembali terkejut. Mengenai lamaran.
Awalnya Gea berkata tidak menyangka jika Afid akan melamar Ersa saat itu juga di hadapan banyak orang, hingga ia mengucapkan selamat. Namun kalimat terakhirnya, membuat Ersa merasa ada yang aneh.
"Semoga kau benar-benar bisa berama Afid."
Ah benar, bukan hanya kalimatnya. Melainkan ekspresi yang tak terbaca di wajahnya.
Sementara suasana yang tiba-tiba menjadi hening setelah kalimat itu keluar, Kiko pun manfaatkannya untuk berbisik pada Fia yang ada di sebelahnya, menanyakan kebenaran akan hal terakhir yang mereka bahas.
"Apa benar jika Ersa di lamar Afid?" Fia yang mendengar itu hanya terdiam. Ia tau bagaimana perasaan Kiko saat ini.
"Ersa, Kak Gea, sepertinya kami harus segera ke kampus." ucap Fia tiba-tiba dengan posisi langsung berdiri "Apakah tidak apa-apa jika kami tinggal kalian berdua di sini?" Kiko mendongak melihat tingkah laku Fia yang bukannya menjawab, malah pamit untuk kuliah. Bukankah jadwal kuliahnya masih 1 jam lagi?
"Oh benarkah? Baiklah kalau begitu. Tidak apa-apa." balas Gea ramah "Lalu kalian pulang jam berapa nanti? Apa kami perlu menunggu?"
"Ah, tidak perlu kak. Kami akan naik angkot nanti. Kak Gea bisa pulang duluan bersama Ersa."
"Begitukah? Baiklah."
"Kiko, ayo! Kita akan terlambat." Fia langsung menarik lengan Kiko dengan paksa dan menyeretnya ke pintu keluar.
"Eh, eh.. Fi!" Pekik Kiko spontan.
"Nanti ku jelaskan." bisik Fia yang langsung membuat Kiko diam.
"Sebentar kak, aku mengantar mereka dulu." ucap Ersa cepat yang di balas anggukan oleh Gea.
Sementara ketiga gadis itu menuju pintu keluar cafe, Gea masih duduk manis dan dengan santai mengeluarkan ponsel dari celana yang ia kenakan. Jari-jemarinya mulai menari di layar ponsel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...