Ersa, apa benar aku jatuh cinta secepat ini padamu?
Drrt drrt
Getaran ponsel dari saku celana Afid membuatnya tak fokus pada Ersa dan mengalihkan pandangannya pada layar ponsel.
Apa kau sedang bersama Ersa? Ku rasa, kau telah melihat perbedaannya jika dibading gadis lainnya.
Pesan singkat yang ternyata dari Brian itu membuat senyum tipis tercipta begitu saja di wajah Afid.
Dan.. kurasa, aku ingin mengenalnya lebih jauh.
Balas Afid dan langsung meletakkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya dan mulai memainkan jemarinya di atas keyboard laptop Ersa.
.
Waktu terus berlalu. Dan tak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Itu berarti sudah lima jam lebih Afid dan Ersa berada di taman bunga itu berdua. Tanpa suara, dan tanpa gangguan. Sunyi, tentram, lengkap dengan suara gesekan dedaunan yang terdengar akibat hembusan semilir angin yang bertiup lembut.
.
Hingga Ersa perlahan membuka matanya yang sedari tadi terpejam, saat mendengar suara jangkrik samar terdengar, seakan menunjukkan matahari akan segera tenggelam.
"Di sini kita juga bisa melihat sunset. Sunset yang sangat indah." Afid mengalihkan padangannya dari laptop kepada Ersa dan menatapnya lekat saat mendengar suara Ersa yang tenang.
"Kita pulang setelah sunset ya." lanjut Ersa.
"Kamu sering ke tempat ini?" tanya Afid mencoba lebih akrab dengan suara rendahnya.
"Hmm.. bisa di bilang ya.." senyum manis terbentuk perlahan di wajah Ersa saat matahari mulai menenggelamkan dirinya.
"Bersama orang lain?" tanya Afid lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari Ersa.
"Biasanya aku bersama Fia, tapi karena saat ini dia ada urusan mendadak. Dia tidak bisa datang." jelas Ersa sambil menampakkan senyumnya mantap karena matahari sudah benar-benar tenggelam. Hingga suasana taman ini menjadi lebih gelap karena hanya di terangi oleh cahaya rembulan dan lampu taman yang remang.
"Kam---" ucapan Ersa terhenti saat kepalanya ia tolehkan kepada Afid yang tengah menatapnya begitu lekat dan mengunci tatapannya.
Hening.
Untuk beberapa saat suasana itu tiba-tiba menyelimuti mereka yang tengah sibuk dengan pikiran masing-masing. Dan saling menatap adalah satu-satu nya aktivitas yang terlihat di sana. Hingga angin malam yang dingin tiba-tiba berhembus dan membuat Ersa sontak memeluk dirinya sendiri kembali dalam posisi awalnya menghadap taman dan tersadar dari lamunannya.
"Kita pulang sekarang aja." ucap Ersa setelah memasukkan gitarnya ke dalam tas dan siap berjalan menuju sepedanya.
Namun baru saja Ersa akan melangahkan kakinya, tiba-tiba tubuhnya ditahan oleh kedua lengan Afid yang besar, yang sedang memasangkan jaket pada pundaknya.
"Pakai jaketku dulu. Udara malam ini lumayan dingin." ucap Afid dengan suara rendahnya yang berhasil membuat Ersa terpaksa terdiam karena ia juga merasa kedinginan.
"Ayo pulang." lanjut Afid setelah sempurna memakaikan jaket itu pada Ersa.
.
Akhirnya sepeda yang mereka tumpangi berhenti di depan gerbang sekolah pukul 19.00. Afid tidak mampir ke rumah Ersa lagi, karena sudah ada mobil Brian yang telah menjemputnya.
"Aku pulang dulu. Salam untuk ibu ya." ucap Afid santai lengkap dengan kerlingan matanya dan berbalik berjalan menuju mobil Brian.
"Fid!" Suara Ersa membuat Afid berhenti dan menoleh ke arah Ersa yang sedang berjalan mendekatinya. "Jaketmu, terima kasih." Afid menerima jaket yang disodorkan Ersa dan menatap gadis itu dengan tatapan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...