"Seperti yang kita kira, sahabat Ersa yang bernama Fia telah menceritakan semuanya. Termasuk tentang dirimu." suara berat milik Raka yang berbicara pada seorang pria melalui telepon, terdengar jelas di gazebo taman itu. Ia sekarang hanya sendiri. Ersa dan Kiko sudah masuk ke dalam kelas karena ada mata kuliah susulan.
"Benarkah? Aku senang mendengarnya." sahut suara di seberang telepon itu lega.
"Mengingat semua ceritamu mengenai betapa kau mencintainya.. Ku kira kau masih harus tetap mengejarnya seperti dulu jika kau tidaak ingin kehilangannya. Karena dia tidak mengingatmu sama sekali, bahkan wajahmu juga. Yang ia ingat dari cerita Fia, hanya sifat playboy mu." Raka terkekeh saat mengatakan kalimat terakhirnya, mengingat pria yang sedang berbicara dengannya itu memang terkenal sangat playboy.
"Kak Raka!" sentakan sebalpun terdengar dari suara di sebrang sana. Pria di sebrang telpon terdengar sedang menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan "Kak.." suara pria itu melembut dan disusul dengan gumaman singkat dari Raka "Bisakah.. Kau dan Brian menjaganya selama aku masih di Jepang?" suara pria itu terdengar lemah.
"Jangan khawatir.. Kau bisa mengandalkan kami untuk menjaga gadis polos sepertinya, dan kau bisa mengurus perusahaan dengan tenang, Afid adikku.." Raka tersenyum lagi. Ia memang cuek, namun hatinya hangat jika menyangkut adik-adiknya.
"Meskipun dia gadis polos, jangan berani-berani kau menggodanya ya kak! Kalau kau menggodanya, awas saja."
"Kau pikir, aku takut dengan ancamanmu?" Raka terkekeh lagi dan langsung mendapat omelan bertubi-tubi dengan emosi penuh kecemburuan dari Afid "Hmm.. menurutku dia cantik juga"
"Ka---"
"Sudah dulu ya.. bye!"
Daripada harus menggoda seorang gadis yang selalu berpikiran rumit, Raka lebih memilih untuk menggoda adik-adiknya yang sedang dilanda jatuh cinta seperi Afid. Ya.. sifat itu lah yang membuat seorang Raka yang terkenal dingin dan cuek, terkadang bisa mengeluarkan begitu banyak kalimat dari mulut beku nya itu.
.
"Aissh!" Afid megacak rambutnya tidak terima dengan telponnya yang tiba-tiba terputus "Hah, dasar kakak yang mengebalkan!" Afid mengalihkan pandangannya dari ponsel ke kalender duduk di meja kerjanya dan melihat sederet tanggal yang telah ia beri tanda merah, senyuman penuh arti pun tercipta di wajahnya.
Kita akan bertemu lagi Ersa, aku yakin.. tidak lama lagi gumam Afid dalam hati.
Namun lamunan konsentrasi pria tampan itu tiba-tiba terpecah saat terdengar suara ketukan pintu kantornya.
"Permisi pak Afid. Ada yang mencari anda." ternyata itu sekertarisnya.
"Biarkan dia masuk." seakan tau jika suasana hati bosnya sedang tidak baik, tanpa banyak bicara sekertaris itupun langsung memundurkan langkahnya, mempersilahkan tamu itu untuk masuk.
"Sudah berjalan enam bulan, dan kau melakukan tugas mu dengan sangat baik." suara tegas seorang wanita paruh baya yang mulai berjalan masuk, terdengar jelas di telinga Afid.
Wanita itu duduk dengan elegan di sofa hitam yang menghadap ke arah meja kerja Afid, meski ia hanya mendapat punggung yang menyambut kedatangannya, "Tidak salah aku mengirimmu ke Jepang untuk memegang perusahaan ini. Dengan kemampuanmu itu, pasti kau dapat dengan mudah membaca pikiran setiap partner kerjamu yang berpikiran buruk untuk merebut dan menjatuhkan perusahaan ini, aku bangga padamu." senyum misterius terlihat jelas dari wanita paruh baya itu dengan menatap Afid yang memunggunginya.
"Sebenarnya apa tujuanmu kemari?" tanpa membalikkan badan dan terus menatap jalanan melalui jendela kantornya, Afid bertanya dengan nada dingin.
"Tidakkah kalimatmu itu terlalu kasar kepada ibumu ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...