Dari : Brian
Besok aku jemput kalian. Kita ke Jepang."Ke Jepang??!" Seru Ersa dan Fia bersamaan.
Pandangan semangat mereka yang semula bertemu seketika meredup dan memalingkan wajah ke arah lain saat sadar akan sesuatu.
"pasti Brian asal bicara" gerutu Ersa lesu.
"ya, pasti begitu.. tidak mungkin kan kita ke Jepang, sedangkan kita masih ada jadwal kuliah yang padat di Indonesia" Fiapun ikut menyangkal.
"tapi.." suara Ersa membuat keduanya saling menatap lagi, berpikir.
"Brian tidak akan berbohong dengan semua ucapannya.." lanjut Fia seakan tau apa yang ada di pikiran Ersa.
"dan jika benar dia serius.." Ersa menggantung kalimatnya lagi.
"Berarti besok kita ke Jepang??!!" teriakan histeris senang seketika terdengar dari kedua gadis manis itu.
"Kita telpon Brian, untuk memastikan"
Karena tidak sabaran, Ersa langsung menghubungi Brian dengan video call. Dan tak lama kemudian, wajah Brian muncul di layar ponsel.
"Ku pikir, kalian sudah menerima pesank" jawab Brian di seberang sana dengan santai.
"Apa kau serius? Untuk apa kita ke Jepang?" Ersa sangat penasaran.
"Bukannya saat di cafe tadi, kau bilang ingin berlibur satu minggu untuk mencari inspirasi desaign mu? Ya kalau begitu, ayo. Aku juga sedang ingin berlibur.." Brian berkata benar-benar santai. Dan tanpa beban.
"Tapi kita belum mengambil cuti. Dan bahkan, minggu depan yang berarti 2 hari lagi, tugas desaign Ersa harus di kumpulkan.. jadi, aku kira kita tidak bisa pergi sekarang. Kita tunggu saat liburan saja" kalimat Fia yang panjang lebar membuat Ersa tersadar akan tugas nya yang sudah rapi di dalam tas, yang sudah ia kerjakan di cafe saat bersama Kiko.
"Iya, tugasku.. harus ku kumpulkan.. jadi, aku tidak bisa ikut" suara Ersa jelas terdengar sedih.
"Bisa" jawab Brian mantap "kita bisa cuti karena aku sudah menghubungi pihak kampus untuk mendapatkan cuti. Termasuk cuti untuk kalian" senyum penuh arti tampak di wajahnya hingga membuat Ersa dan Fia mengerutkan kening dalam "dan.. mengenai tugasmu.. titipikan saja pada teman dekatmu itu Ersa.." Brian sedikit menekankan kalimat 'teman dekatmu' saat mengucapkannya. Karena ia, Fia dan Ersa tau siapa yang Brian maksud.
"Tidak! Dia akan merusak karya Ersa!" Bantah Fia langsung.
"Kiko tidak mungkin seperti itu Fi" bela Ersa.
"Sa--"
"Kalau begitu, titipkan saja padanya" Brian memotong kalimat Fia dan menatap Ersa serius.
Fia mendengus kelas, sementara itu Ersa menatap tasnya -lagi- yang berisi karyanya itu, dan berpikir. Ia teringat akan semua kalimat yang Fia dan Brian jelaskan bahwa Kiko harus dijauhi. Namun, ia mencoba berpikir positif. Kiko tidak mungkin merusak karyanya. Kiko bukan lah seburuk yang di katakan Fia dan Brian. Mungkin saja Kiko yang mereka maksud adalah Kiko yang lain? Tapi tanpa sadar otak kecil nya menyangkal, Fia telah bertemu Kiko secara langsung dan saat bertemu, Fia jelas sangat tidak menyukai Kiko di saat pertemuan mereka. Ersa mendengus lelah, mungkin ini saat yang tepat untuk membuktikan kebenaran hati yang membuatnya bingung selama ini. Dan jika hasil itu telah ada, ia tau siapa yang harus di percaya..
Ersa menarik nafasnya dalam dan balas menatap Brian "baiklah, akan ku titipkan Kiko"
"Sa!" Selah Fia.
"Baiklah! Kita ke rumah Kiko sekarang" ucap Brian mantap.
"Apa?" Seru Fia dan Ersa bingung
"malam-malam begini?" Lanjut Ersa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...