3. US

1.2K 51 0
                                    

"Bolehkah.. aku ikut pulang ke rumah mu? Ersa?"

"Ha?" satu kata yang keluar begitu saja dari mulut Ersa karena sekali lagi, pria yang ada di hadapannya ini telah membuatnya bingung.

Ikut denganku? Yang benar saja.. aku sibuk! batin Ersa kesal.

Sibuk? Kini giliran batin Afid yang berbicara mendengar batin Ersa. Ya, Mengingat Afid masih memegang tangan Ersa, sangat mudah baginya untuk mendengar apa saja tentang kata hati dan pikiran orang lain.

"Benarkah kamu sibuk?"

"Apa?" Ersa mengernyit mendengar pertanyaan Afid kali ini. Pasalnya dia belum mengatakan apapun untuk menjawab pertanyaan Afid sebelumnya, dan hanya menggerutu dalam hati.

"Ah tidak." Afid melepas genggamannya dari tangan Ersa, dan berdeham ringan "Pulang sekolah ini, aku ikut denganmu. Ke rumah mu." jelas Afid.

"Untuk apa? Bukankah sudah ku bilang tadi, jika aku ada urusan pribadi sampai malam. Bahkan kita belum saling mengenal."

Apa? Dia tidak mengenal ku? Yang benar saja! batin Afid tidak percaya.

Karena pasalnya, selama 2 tahun ia bersekolah di SMA ini, ia langsung menjadi bahan pembicaraan semua murid terutama para gadis di hari pertamanya masuk, dan ketampanannya yang melebihi batas normal-lah yang membuat semua itu terjadi. Bahkan ketampanannya, juga salah satu alasan kenapa ia bisa terpilih menjadi wakil ketua OSIS. Dan sekarang, ia menemukan seseorang yang tidak mengenalnya? Apalagi orang itu adalah seorang gadis? Oh, itu bagaikan cambuk baginya!

"Kalau begitu, aku akan sering ke rumah mu, agar kita bisa lebih akrab dan saling mengenal." ucap Afid pada akhirnya dan lengkap dengan senyumannya yang manis. Setiap gadis yang melihat, jelas akan langsung terpikat olehnya.

Namun sepertinya, memang tidak berlaku bagi Ersa, karena ia hanya menghembuskan nafas lelah dan berkata, "Dasar aneh." lalu melangkah menuju rumahnya.

"Hei! Ersa! Tunggu!" Teriak Afid lalu mengambil tasnya dan menyusul langkah Ersa yang semakin menjauh.

.

"Rumahmu di mana?"

"...."

"Apa rumahmu jauh?"

"...."

"Eh, kamu jalan kaki ke sekolah? Kenapa tidak ke parkiran dulu?"

"...."

"Hei! Aku bertanya padamu!"

Ersa langsung menghentikan langkahnya dan menatap Afid yang ikut berhenti, dengan tatapan sebal.

"Tidak bisa kah kamu diam? Cerewet sekali." ucap Ersa dingin lalu melanjutkan langkahnya.

Ce-cerewet?!  Afid mengernyit tidak terima. Karena ini pertama kalinya ia dibilang ce-re-wet.

===

"Bu, Ersa pulang." Ersa mencium lembut punggung tangan ibunya yang sedang duduk santai di teras rumah bersama seorang wanita paruh baya, tetangga dekatnya.

"Kok sudah pulang nak?"

"Iya bu, karena hari pertama. Jadi pulang lebih awal."

"Eh, ada tante Ria! Gimana kabar tan? Baru pulang dari Jerman mana nih oleh-olehnya?" goda Ersa pada wanita paruh baya yang bernama Ria tadi lalu mencium punggung tangannya.

"Kabar baik Sa.. itu udah di dalem oleh-oleh nya.. tambah besar, kamu tambah manis. Jadi mantu tante mau ya Sa? Varo lagi jomblo loh." Balas tante Ria tak dengan senyum yang merekah, dan membuat Ersa sedikit merona.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang