16. Honesty #3

653 25 1
                                    

Cahaya redup di dapur yang membentuk siluet seorang pria tampan yang sedang termenung di meja makan itu, terpampang samar di dinding tepat di sebelahnya. Tangannya hanya sibuk mengaduk malas secangkir kopi yang ada di hadapannya. Kopi itu tak beruap, menandakan bahwa ia sudah beberapa lama berada di dapur.

Afid.

Ia merenung sendiri dan memikirkan hal terburuk yang mungkin akan terjadi jika ia melakukan apa yang direnungkannya itu.

Semua sudah terlelap. Hanya tinggal dirinya seorang yang ditemani suara dentingan cangkir karena adukan sendoknya yang bersentuhan secara langsung dengan dinding cangkir.

Tiap dentingan seakan membantunya untuk masuk ke dalam pikirannya lebih dalam. Memikirkan apa yang akan terjadi besok di ulang tahunnya yang hanya tinggal beberapa menit lgi, dengan rencana yang membuatnya memutar balikkan otak demi kedamaian bersama.

Rencana yang ia bicarakan bersama dengan semua saudaranya dan seorang teman dari gadis yang ia cintai beberapa jam yang lalu..

"Bagaimana?"

"Apa rencananya?"

"Cepat beritahukan pada kami"

Sahutan demi sahutan pertanyaan penasaran seperti itulah yang terdengar saat Brian mengeluarkan suara setelah yang memecah keheningan.

"aku memikirkan apa yang Fia katakan tadi. Suatu alasan yang mamp membuat mama bungkam mengenai keputusan pihaknya. Dan aku menemukan satu alasan"

"Aish, cepatlah kau membuat kami penasaran!" Gerutu Afid sebal karena Brian tidak langsung mengutarakan pendapatnya"

Brian menyunggingkan senyum di sudut bibirnya "kalian ingat mengenai ucapan mama saat kita menginjak umur 20 tahun? Mengenai.. pasangan hidup?"

Brian menunggu jawaban saudaranya yang lain, sedangkan Fia yang tidak tau apa-apa hanya menumpu dagu dengan kedua tangannya, memperhatikan.

"Hmm.." Elang menggumam "yang ku ingat, mama tidak akan menjodohkan kita jika kita memang sudah punya calon untuk pasangan hidup kita.. begitu kan?"

"Ya benar! Dan kita akan membuat itu terjadi" seru Brian bersemangat.

"Apa kau lupa? Mama sudah mengetahui siapa yang Afid suka, bahkan orang itu ada di sini sekarang. Tapi sama saja, mama tetap menjodohkan Afid dan tidak meretuinya dengan Ersa" Raka mengingatkan.

Bukannya cemas dengan apa yang diutarakan Raka, Brian malah tenang dan tetap tersenyum.

"Itu tidak masalah.." ucap Brian santai "jika mama tidak merestui hubungan Afid dan Ersa, kita buat hubungan mereka diketahui pubik. Sama seperti saat ayah mengutarakan cintanya pada mama untuk melamarnya di depan umum. Mama pasti akan bungkam" lanjut Brian tetap tenang setelah mengutarakan usulannya yang ia dapatkan dari cerita kedua orang tuanya dulu, saat keluarganya masih terasa hangat. Paling tidak, kehangatan itu dari alm. ayah mereka.

"Jadi maksudmu.." Doni menggantung kalimatnya.

"Ya, Afid harus mengungkapkan cintanya pada Ersa dan berterima kasih kepada mama, sebelum mama mengutarakan apa maksud dari acara ulanga tahun Afid besok dengan mengundang orang-orang penting. Aku yakin mama akan diam saja dan menerima. Kita hanya tinggal me-make over Ersa agar terlihat lebih cantik dari Gea"

"Apa kau yakin itu akan berhasil?" Tanya Fia pada akhirnya setelah terdiam lama.

"Paling tidak.. kita sudah mencoba. Dan jika gagal, kita harus tetap membuatnya berhasil" ucapan Brian yang terdengar yakin membuat semuanya masih terdiam dan mau tidak mau juga akan mencoba usulan itu demi bersatunya pasangan alien. Ya hanya pasangan alien.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang