"Aaah.. aku terlambat!" gerutu seorang gadis manis sambil menali ikat sepatunya dengan tergesa-gesa.
"Ibu.. Aku berangkat. Cup cup." gadis itu pun langsung berlari menuju sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya, setelah memberikan dua kecupan singkat kepada punggung tangan dan pipi ibunya.
"Ersa! Hati-hati nak!" teriak ibunya yang masih terjangkau oleh indera pendengar gadis bernama Ersa itu.
"Ya bu!" balas Ersa sekenanya dan melanjutkan larinya.
"Aduh duh.. fiuh!" seketika Ersa menghentikan larinya dan menyeimbangkan tubuhnya yang sempat oleng karena menginjak tali sepatunya sendiri yang ternyata belum terikat sempurna.
Ia pun menoleh ke arah ibunya yang ternyata masih mengawasinya dari rumah dengan berkacak pinggang dan menggeleng karena melihat sikap ceroboh anaknya yang belum juga berubah hingga ia menginjak umur 17 tahun ini. Sementara Ersa hanya membalas dercakan ibunya itu dengan cengiran polos anak kecil lalu melanjutkan langkahnya menuju sekolahnya.
Hari ini adalah hari pertama masuk tahun ajaran baru. Mengingat ada kata baru, pasti semua serba baru, buku baru, tas baru, sepatu baru, kelas baru, bahkan teman pun baru. Karena di sekolah SMA tempat Ersa menimbah ilmu ini, setiap pergantian ajaran baru, sekolah pasti akan mengacak setiap muridnya agar berada di kelas yang berbeda dan dengan teman yang berbeda. Alasannya? Entahlah. Mungkin agar mengenal lebih banyak teman.
"Ersa! Ya ampun.. udah jam berapa ini? Kenapa baru dateng? Mentang-mentang rumahmu deket terus dateng mepet jam masuk gini?" omel Fia panjang lebar seperti pagi-pagi sebelumnya saat mendapati Ersa yang baru saja sampai.
"Ya ya.. ayo masuk. Kita duduk dimana?" tanya Ersa enteng dan membuat Fia semakin sebal.
"Duduk paling belakang! Kamu sih telat dateng. Kan gak bisa cari tempat yabg strategis! Uh! Padahal aku udah dateng dari tadi, dan berharap duduk di bangku nomer 2!" omel Fia lagi.
Ersa menghentikan langkahnya tiba-tiba dan menatap Fia tajam.
"Kenapa? Kita udah telat nih." tanya Fia dengan ikut berhenti, masih dengan wajah cemberutnya.
"Kenapa kamu gak ambil tempat dulu kalo kamu udah sampek dari tadi? Kan bisa tuh 'nge boking' tempat duduk sama tas mu itu?" tanya Ersa membela diri sambil menunjuk tas punggung Fia yang masih rapat di punggungnya.
"Hm? Hmmm..."
KRIING..!!
"Eh udah masuk tuh! Ayo Sa!" Fia pun berlari menuju kelas tanpa memperdulikan ekspresi sebal Ersa.
"Fiaaa!!!"
Fia adalah teman Ersa sejak SD hingga mereka duduk di bangku SMA kelas 3 saat ini. Entah ini sengaja atau mereka memang ditakdirkan untuk menjadi teman baik yang tak terpisahkan, namun kenyataan mengatakan jika mereka selalu berada di sekolah dan kelas yang sama, bahkan tempat dudukpun selalu bersebelahan. Hingga kedekatan mereka membuat keduanya terlihat seperti saudara.
Namun Ersa mengaku jika Fia sendiri mempunyai sikap yang aneh. Seperti contohnya pagi ini, sifat ketidak-pekaannya muncul saking rasa kesetia kawanannya yang kental tertanam dalam di hatinya. Lihat kan tadi? Mencari tempat duduk kelas saja harus menunggu Ersa sampai datang. Meskipun pada akhirnya ia berlari meninggalkan Ersa yang sedang sebal karena dirinya. Hmm.. bukankah itu setia kawan?
"Haah.. resek banget sih Fi! Main tinggal gitu aja! Hampir ketangkep guru BP nih gara-gara lari gak jelas!" omel Ersa sambil berbisik saat sudah duduk di samping Fia di bangku paling belakang.
"Hehehe.. maaf. Habis kamu sih lemot." ucap Fia tanpa dosa.
"Iih.. kamu nih.."
"Anak-anak mari kita berdoa sebelum memulai pelajaran. Berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Mulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...