Kembalinya ingatan Ersa yang tiba-tiba adalah kabar gembira yang tak terduga. Mereka semua sangat senang mengetahui bahwa Ersa telah mendapatkan ingatannya, terutama Afid dan Fia. Saking senangnya, mereka tak henti-hentinya membahas mengenai masa lalu seakan mengetes, apakah ingatan Ersa benar-benar kembali seutuhnya atau belum. Bahkan jarum jam yang terus berdetak hingga menandakan waktu malam, tak mampu mengalihkan pembicaraan itu. Begitu juga rencana untuk lusa, mereka baru kembali membicarakannya saat Ersa menanyakan apa yang mereka bicarakan sebelumnya, saat mereka berpisah tempat hingga ia pingsan dan tertidur tadi.
Lalu secara bergantian, mereka pun menjelaskan apa saja yang telah mereka bicarakan. Termasuk runtutan rencana yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Awalnya Ersa terkejut jika mereka telah mempersiapkan rencana yang begitu rapi, hanya untuk mempertahankan hubungannya dengan Afid. Namun perlahan ia juga mengerti, jika mereka juga ingin membuat mama mereka tidak lagi mengekang semua kegiatan yang akan mereka lakukan nanti, di masa depan. Terutama untuk menentukan pasangan hidup.
Ersa terus mendengar semua penjelasan itu dengan seksama. Dan beberapa kali mengangguk juga mengernyit, saat menyadari jika ada beberapa bagian dari rencana mereka yang sepertinya tidak perlu dilakukan. Afid yang sedari tadi memperhatikan pujaan hatinya itu, tenyata menyadari kerutan tipis di kening gadis itu. Dan saat penjelasan terakhir yang keluar dari mulut Raka selesai, Afid yang berada tepat di samping Ersa, menyikutnya pelan.
“Apa ada masalah Sa?” kalimat tanya itu membuat semua mata mengarah pada Ersa.
“Apa?” bingung Ersa.
“Dari tadi aku melihatmu mengernyit beberapa kali saat mendengar penjelasan untuk rencana kita, jadi aku bertanya, apa ada masalah?”
“Ah tidak. Hanya saja aku pikir, jika rencana kalian tadi… ada beberapa yang mungkin tidak perlu dilakukan.” jawab Ersa sesuai pikirannya.
“Benarkah? Bagian yang mana?” tanya Brian.
Ersa menggumam sambil menatap semua yang ada di ruangan itu bergantian dan ditelannya ludah dengan sedikit gugup. Ia berencana untuk mengutarakan pendapat yang sedikit berlawanan dengan apa yang kelima pria itu rencanakan.
“Bicaralah.” seakan tau jika Ersa ingin mengungkapkan pendapat baru, Raka pun ikut bicara.
“Jadi begini.” Ersa berdeham, “Jika aku boleh bertanya sedikit. Apa rencana itu memang ditujukan untuk membuat mama kalian bungkam? Seperti saat ulang tahun Afid di Jepang itu.”
“Tentu saja.” balas Elang langsung, “Karena dengan begitu, kami bisa terbebas dari kekangannya. Ya… paling tidak untuk beberapa hari ke depan setelah acara ulang tahunnya.”
“Oooh..” Ersa mengangkat kedua alisnya dan mengangguk pelan.
“Kenapa memangnya?”
“Ah, tidak. Aku hanya bertanya.” sepertinya Ersa memang ragu untuk menyampaikan pendapatnya lebih lanjut.
“Baiklah kalau begitu, sepertinya semua sudah setuju. Besok kita bertemu di bukit untuk berlatih ya.” ucap Raka yang menandakan sebagai penutup pembicaraan mereka malam ini.
Namun sepertinya, Afid merasakan ada yang aneh dengan sikap Ersa. Hingga perasaan itu membuatnya menggerakkan satu jemarinya untuk menyentuh Ersa perlahan.
Apa sebaiknya aku diam saja? Tapi jika aku tidak berpendapat… Pasti rasa benci antara mereka dan mama mereka akan semakin dalam nantinya.
“Tunggu.” tegur Afid tiba-tiba saat keempat saudaranya sudah berdiri dari sofa dan siap untuk beranjak pergi dengan Fia yang mengantarnya, “Sepertinya Ersa ingin bicara sesuatu.” Ersa menoleh ke arah Afid yang langsung mendapatkan senyuman manis dari pria itu, “Kita dengarkan pendapat Ersa dulu sebentar.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...