"Mama?"
Satu kata yang keluar dari mulut Doni setelah membuka pintu, berhasil membuat semua orang membeku di tempat. Termasuk Ersa dan Fia yang tak tau apa-apa.
Sementara itu, wanita yang baru saja di panggil mama langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan seorang gadis yang mengekor di belakangnya.
"Oh, kalian sudah datang rupanya.." alis wanita itu terangkat, setelah melihat ke lima anaknya berkumpul sempurna.
"Oh? Apakah ada tamu di sini?" wanita itu terus saja berbicara, meskipun tak ada jawaban untuknya.
"Mereka teman kuliahku" Brian angkat bicara.
Wanita itu tidak langsung membalas, melainkan menilai dua orang gadis asing di hadapannya dengan melihat mereka dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Sepertinya.. ada salah satu yang ku kenal" wanita itu melangkah mendekat ke arah salah satu gadis asing yang berdekatan dengan Brian, yang tidak lain adalah Ersa. Namun tangan Afid menahan lengan wanita itu dan membuat nya berhenti lalu menatap Afid.
"ku kira ada yang ingin kalian bicarakan hingga jauh-jauh kemari" Kalimat Afid untuk kedua tamunya yang baru saja datang itu membuat gadis cantik yang mengekor tadi langsung menghampiri Afid dan merangkul lengannya posesif.
"Memang ada" sahut wanita yang masih tertahan oleh tangan Afid.
"Kalau begitu kita bicara di ruanganku" Afid melepaskan genggamannya dari wanita itu, dan menyingkirkan lengan posesif yang melingkar di lengannya, lalu menatap ke arah saudaranya yang lain dengan serius seakan berkata 'akan ku urus dulu mereka'.
Setelah mendapat anggukan samar, Afid melangkah pergi diikuti dua orang wanita yang sangat tidak ingin ia temui saat ini.
.
"Itu.. ibu kalian?" Fia bertanya sangat hati-hati setelah Afid dan dua orang wanita yang mengikuti tadi menghilang masuk ke sebuah ruangan lain.
"Ya" jawab Raka "maaf, suasana rumah jadi aneh karena kedatanganya"
"Ah, tidak.." balas Fia cepat "kami yang merasa tidak enak karena menjadi orang asing diantara kalian, benarkan Ersa?" Fia menyikut lengan Ersa.
"Eh?" Ersa terkejut karena sejak tadi ia melamun memandang ke arah Afid yang menjauh "ah.. iya iya.." lanjut Ersa canggung.
"Kalian adalah teman yang berkunjung. Bukan orang asing"
Kalimat Raka tidak di gubris oleh Ersa, karena ia kembali melamun menatap ke arah lorong tempat Afid berjalan hingga menghilang masuk ke sebuah ruangan. Ada setitik rasa aneh di hatinya yang tiba-tiba muncul saat melihat Afid. Tapi rasa apa itu, ia tidak tau.
Mungkinkah rasa itu datang dari masa lalunya?
.
"Apa lagi kali ini?" Suara dingin Afid mendahului percakapan yang sepertinya akan berlangsung suram itu.
"Apa kau tidak suka kunjungan dari ibumu sendiri?"
Afid terdiam. Ia tidak tau harus berkata apa. Setengah hatinya berkata suka, namun setengah hatinya berkata tidak. Ia tidak bisa berkata suka, karena tidak ingin melihat wanita itu merasa bangga dan sombong yang pastinya akan lebih dalam lagi untuk mengatur hidupnya kedepan. Namun, ia juga tidak bisa berkata tidak suka, karena ia tidak ingin menyakiti hati wanita itu. Bagaimana pun juga, dia lah yang membesarkannya hingga saat ini.
Wanita itu mendengus "baiklah jika kau hanya ingin langsung pada intinya" wanita itu meraih lengan gadis yang sejak tadi terdiam di sampingnya "aku hanya ingin membahas mengenai pernikahan kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...