22. Only You *5 - Disorder

684 26 0
                                    

Ruangan serba putih, bau obat yang menyeruak di setiap sudutnya, dan peralatan khusus yang selalu dalam keadaan steril. Jika itu adalah ciri-ciri dari sebuah tempat, rumah sakit adalah definisi yang tepat.

Sudah 1,5 jam Ersa menunggu di depan ruang operasi sejak diberitahukan bahwa ibunya mengalami kecelakaan. Ia menunggu bersama dengan Fia, Kiko, dan tante Ria.

Ersa sempat bertanya pada tante Ria tentang bagaimana kejadiannya. Namun tante Ria sendiri tidak bisa menjawab banyak, karena saat itu ia sedang berada di rumah dan tiba-tiba mendapat telepon dari nomor ibu Ersa yang mengabarkan bahwa ada kecelakaan yang menimpa sang pemilik ponsel. Maka dari itu, tante Ria langsung memberitahukan kepada Ersa mengenai kondisi ibunya.

Sementara Ersa masih menangis sesegukan di pelukan tante Ria, Fia berulang kali mengecek ponselnya seakan menunggu panggilan atau pesan yang masuk. Karena sebenarnya, beberapa menit yang lalu ia menerima telepon dari Brian yang menanyakan bagaimana kondisi Ersa. Dan saat itulah, tanpa sengaja Fia memberitahukan musibah lain yang menimpa sahabatnya itu.

"Seharusnya mereka sudah datang kan?" gumaman Fia terdengar jelas oleh Kiko yang berada di sampingnya.

"Emang siapa yang mau datang Fi?" tanpa Fia mengeluarkan suara, Kiko sudah mendapatkan jawabannya.

"Fia!" teriakan itu menyita perhatian Kiko dan semua yang mendengar.

"Afid?" ucap Kiko spontan saat melihat Afid berlari kearahnya bersama dengan empat pria lain dan seorang gadis.

Bahkan senyumnya juga ikut mengembang seiring langkah Afid yang semakin dekat dengannya.

"A--" seketika senyum itu luntur dan dengan cepat tergantikan dengan kepedihan, saat pria itu hanya melewatinya saja dan langsung menghampiri Ersa yang masih bersedih.

"Sa." Afid berhenti di depan Ersa duduk dan melihat tante Ria "Tante Ria." sapanya sambil mencium punggung tangan wanita itu.

"Sudah berapa lama tante?"

"1,5 jam nak Afid. Kata dokter, ibu Ersa kekurangan banyak darah."

Mendengar itu, jelas semua raut muka menjadi cemas "Tante, biar Afid sama yang lain aja yang nungguin Ersa dan ibunya. Tante pulang aja gakpapa. Nanti Afid kabari bagaimana hasil operasinya."

"Apa gakpapa Sa?"

Perlahan Ersa melepas pelukannya pada tante Ria dan mengusap air mata yang ada pada pipinya "Iya te, enggak papa kok. Ersa biar sama temen-temen aja di sini. Tante pasti punya kesibukan lain. Tante pulang aja."

Tante Ria tersenyum dan mengusap puncak kepala Ersa "Ya sudah kalo gitu. Kabari tante langsung ya kalo operasinya udah selesai."

"Makasih banyak ya te." Ersa memeluk sejenak tante Ria yang sudah siap beranjak pergi.

"Tante yakin ibumu akan selamat Sa." ucap tante Ria sambil membalas pelukan Ersa, lalu melepasnya.

"Tante, biar Fia antar ke depan." tawar Fia dan langsung di balas senyum oleh tante Ria.

Sementara Fia mengantar tante Ria menuju keluar rumah sakit, Afid yang masih melihat kepedihan di mata Ersa, terus berusaha untuk menghibur gadis itu.

"Sa." Afid mendekat dan duduk tepat di samping Ersa "Aku yakin semua bakal baik-baik aja." diraihnya kepala Ersa dan disandarkan pada pundaknya. Tangannya menepuk pundak Ersa pelan, menenangkan "Jangan khawatir ya. Semua bakal baik-baik saja kok."

Ersa tidak menjawab bahkan tidak menolak dan menjauh dari pundak Afid di saat hatinya bersedih seperti ini. Meski ia merasa canggung karena belum mengenal Afid begitu jauh seperti cerita kebanyakan, namun pundak seseorang lah yang ia butuhkan saat ini.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang