'...seperti biasa, sesi berkumpul 30 menit malam ini tidak ada yang boleh memotong pembicaraan mama seorangpun, sebelum mama benar-benar selesai berbicara. Kalian paham? .... Mama akan mengirim satu-persatu dari kalian ke luar negeri secara bergiliran, untuk memimpin jalannya perusahaan yang ada di sana, sesuai dengan perjanjian yang telah kita sepakati 10 tahun yang lalu. Dan sesuai perjanjian, kalian berlima harus menuruti perintah mama karena umur kalian yang sudah mencukupi untuk meneruskan bisnis keluarga dan membantu papa yang selama ini telah bekerja keras untuk kalian. Kalian bisa menyangkal mengenai umur kalian di luar rumah, namun tidak untuk mama. Dan yang akan mama kirim ke luar negeri pertama kali adalah kau, Afid. Kau akan pergi ke Jepang minggu depan...'
"Ersa sudah sadar!"
Dengan sigap, Afid langsung berdiri dan berlari menghampiri kamar Ersa, membuyarkan lamunannya sendiri.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Afid khawatir sesaat setelah duduk di samping tempat tidur Ersa. Ingin rasanya ia mendekap gadis itu, namun keadaan sekitar terpaksa menahannya melakukan sikap hangat itu.
"Aku baik-baik saja." Ersa tersenyum tipis.
"Sebenarnya ada apa? Kamu salah makan atau lupa makan sampai pingsan seperti ini?"
"Aku baik-baik aja Fid.."
"Sepertinya, aku tau siapa yang melakukannya Fid." bisik Fia pada Afid yang ternyata juga terdengar oleh Ersa.
"Fia, jangan menuduh sembarangan.." sela Ersa tiba-tiba seakan tau siapa yang dimaksus oleh Fia.
"Itu nyata Sa.. Cuma dia yang pantes di curigai sekarang."
"Fi, bisa kamu ceritain semuanya ke aku di luar?" seketika Afid berdiri dan berjalan keluar, diikuti oleh Fia.
Selama Afid dan Fia mengobrol di luar kamar mengenai suatu hal yang rumit, satu-persatu teman Ersa yang lain, keluar dari kamarnya dan kembali ke kamar masing-masing. Kecuali Brian yang masih duduk di kursi samping tempat tidur Ersa.
"Apa benar-benar sudah merasa baikan?" Brian memecah keheningan.
"Iya, sudah.." balas Ersa sekenanya.
"Kau tidak perlu khawatir akan apa yang dibicarakan mereka berdua di luar. Meskipun Fia telah memberi tau Afid siapa yang perlu dicurigai, Afid tidak akan langsung menuduh orang itu tanpa bukti yang nyata. Jadi tenang lah.." Brian berusaha menenangkan hati Ersa yang memang sedang memikirkan dua orang penting dalam hidupnya yang belum juga kembali dari pembicaraan rumit mereka di luar kamar.
Hingga pintu kamar Ersa terbuka dan menampakkan seorang gadis yang sejak tadi tidak terlihat.
"Ersa, bagaimana keadaanmu?" tanya gadis itu langsung saat berada di samping tempat tidur Ersa.
"Aku baik-baik saja Kiko..tidak usah khawatir." Ersa menyunggingkan senyum manisnya.
"Maaf baru kembali ke kamar, tadi pak Dul memanggilku agar aku mengambil hadiah perpisahan kelas kita." jelas Kiko dengan memasang raut wajah bersalah lalu menunjuk kardus coklat berukuran besar yang masih ada di dekatnya.
"Iya, aku tau kok. Udahlah gak usah minta maaf."
Sementara Ersa dan Fia saling berbincang, Brian yang masih berada di sana mencoba untuk membaca suasana yang sebenarnya terjadi di antara mereka, terutama pada Kiko. Hingga Afid dan Fia juga kembali ke kamar dan langsung mengarahkan pandangan mata mereka ke arah Kiko yang telah memegang tangan Ersa.
"Kiko, kamu di sini?" tanya Fia terkejut karena tidak tau sejak kapan Kiko ada di samping Ersa.
"Iya, ini kan kamarku juga.." jawab Kiko santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...