"Aaarkh!!" Ersa memalingkan wajahnya sambil memejamkan matanya.
Ibu.. Fia.. Tolong aku..
Bug!
"Akh!" Ersa seketika menolehkan kepalanya saat mendengar suara itu. Seseorang, ah tidak! Lima orang telah berada di hadapan Ersa saat ini.
Bukannya tenang, Ersa malah lebih waspada terhadap lima orang yang tiba-tiba muncul di hadapannya itu. Karena salah satu dari mereka, sepertinya telah memukul sosok hitam yang akan mencelakainya tadi hingga pingsan.
"Jangan sakiti aku! Aku mohon!" teriak Ersa tiba-tiba saat salah satu dari mereka mencoba mendekatinya.
"Tidak! Jangan mendekat!" spontan Ersa kembali memejamkan matanya sambil memalingkan wajahnya.
"Kumohon pergi! Aaarkh!""Ersa! Ersa!" cengkraman erat pada pundaknya dan teriakan keras yang memanggil namanya, membuat Ersa terdiam dan tersadar.
Perlahan Ersa membuka matanya yang terpejam karena takut, dan melihat wajah daripada orang di hadapannya ini.
"Ersa, ini aku. Afid." matanya bertemu dengan mata coklat itu lagi. Dan bayangan hitam putih itu kembali teringat. Bahkan saat ini warnanya lebih jelas.
"Sa? Kau mengenalkukan? Aku Afid. Kau tid--" Afid terhenti dengan kalimatnya karena terkejut dengan gerakan Ersa yang tiba-tiba memeluknya.
"Afid!" entah kenapa, air matanya langsung mengalir saat itu "Terima kasih telah menyelamatkanku." ucapnya di sela-sela isak tangisnya.
Afid menghembuskan nafasnya lega campur sedih dan membalas pelukan Ersa dengan erat.
Maafkan aku Ersa, karena ku..kamu hampir saja celaka. Maafkan aku. Batin Afid menyesal.***
Keesokan harinya.
Ersa sudah kembali ke rumahnya dengan ditemani Fia dan Kiko yang memilih absen hari ini demi menjaga Ersa yang sedang tidak enak badan. Dan saat ini, ia sedang duduk termenung sambil memperhatikan aquariumnya yang penuh dengan ikan koi emas.
Semalam, dirinya dapat pulang dengan selamat dengan bantuan Afid dan keempat saudaranya. Ia ingat jika Afid telah menggendongnya menuju mobil bahkan saat masuk ke dalam rumah, karena kakinya yang terluka. Sedangkan untuk sosok hitam yang berencana untuk mencelakainya, ia tidak percaya jika yang berada di balik kain hitam itu tidak lain adalah Gea. Ia tau kebenaran itu, disaat si sosok hitam masih dalam keadaan pingsan. Karena Doni telah membuka kain hitamnya di hadapan Ersa sendiri.
Kenapa kak Gea melakukan itu? Apa karena Afid yang melamarnya tiba-tiba?
"Sa, ayo makan ini." suara Fia memecahkan lamunannya.
"Terima kasih Fi." ucap Ersa sambil menerima semangkuk sup pemberian Fia "Kiko mana Fi?"
"Dia sedang membeli minuman di toko."
"Oh begitu." Ersa mencicipi sesendok kuah sup itu "Ini enak Fi. Apa kamu sudah makan? Makasih ya udah mau temani aku sampai kamu sama Kiko absen, meski seharusnya gak perlu kayak gini." Ersa kembali menyendok kuah supnya, sebelum gerakan tangannya terhenti karena perkataan Fia.
"Maaf ya Sa."
"Apa?"
"Maaf untuk kemarin, karena telah meninggalkanmu sendiri bersama kak Gea. Afid sudah menceritakan semuanya semalam. Seharusnya, aku sadar jika kak Gea bukanlah gadis yang baik, sejak tau sikap kasarnya saat pertemuan pertama kita di Jepang."
"Fia.." Ersa menaruh mangkuk sup nya di meja "Itu bukan salah mu Fi. Lagi pula saat ini aku tidak apa-apa kan?" Ersa memegang pundak Fia sambil tersenyum "Dan.. Soal kak Gea, sebenarnya dia udah minta maaf soal pertemuan pertama kita saat di Jepang. Dia minta maaf karena sudah berbicara kasar. Dia memintaku untuk menyampaikannya padamu. Bukankah ada sisi baik juga di dirinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceErsa Melodianawati Apa kau percaya dengan kemampuan indera ke-6? Ah, maksudku bukan hanya dapat melihat makhluk astral saja. Melainkan kemampuan khusus apapun yang tidak sembarang orang dapat miliki. Aku tidak pernah percaya akan itu. Dan mungkin ak...