21. Balcony

964 126 37
                                    

"Gan, kata papa kakak kumat lagi"

Ucapan mamanya membuat lutut Megan seketika lemas, ia langsung terduduk pada sofa ruang tengah rumahnya. Habis pulang main denger kabar kayak gini lagi bikin mood Megan seketika rusak.

Kakaknya, perempuan itu mengalami gangguan jiwa alias gila, karena oknum tidak bertanggung jawab yang telah menghancurkan hidupnya dulu. Iya, kakak Megam gila karena diperkosa, bahkan hingga kini pelakunya belum terungkap siapa.

Sudah berbagai cara dan usaha keluarga mereka lakukan demi kesembuhannya tapi tetap tidak ada kemajuan ataupun perubahan, yang ada psikis Windi, kakak Megan semakin kacau tiap harinya. Bahkan kini perempuan itu dibawa ke Amsterdam, Belanda untuk pengobagan, dengan harapan akan memhuahkan hasil kesembuhan mentalnya.

Megan gak bohong kok waktu bilang sama Sally dia kerumah sakit jiwa, dia juga gak bercanda pas bilang kakaknya gila. Karena itu semua memang kenyataan, kakaknya memang gila.

"Aku kekamar ma" Megan beranjak dari duduknya, ia berjalan naik tangga menuju kamarnya dengan wajah gusar, meninggalkan mamanya yang juga tak kalah kacau masih duduk disofa

Hari sudah mulai sore, sangat menyebalkan saat Megan harus mendengar berita tentang kakaknya, dia lelah bertahun-tahun mencari pelakunya namun tak kunjung menemukan titik terang, bahkan pihak berwajibpun belum bisa mengungkapnya.

Megan melempar tas kuliahnya asal keatas ranjang, juga melepas jaket dan sepatunya, ia berjalan mendekati balkon dan duduk dikursi yang memang ada disana, menikmati pemandangan langit jingga yang membuat suasana hatinya tambah gak karu-karuan

Ia menghirup nafas dalam lalu menhembuskannya dengan malas, untuk mengurangi penat serta beban difikirannya Megan memilih mengeluarkan rokok dari saku celananya dan mulai melampiaskannya dengan merokok, Megan bisa menghabiskan beberapa bungkus rokok perhari kalau dia lagi bener-bener stress.

Tak lama pintu kamarnya dibuka, Megan menoleh, ia kira mamanya yang masuk kedalam kamarnya, ternyata bukan, malah yang muncul dibalik pintu adalah Sally dengan senyuman manisnya serta tas kuliah yang masih bertengger dipundak kanannya

"Sall? Aku kira kamu langsung pulang tadi"

Sally berangsur mendekati Megan dibalkon kamarnya "Tadi aku habis dari rumahnya Lia, kita ngebahas soal acara prom pas dies natalies nanti, kamu ikut kan?" Tanya Sally antusias.

Sungguh dia datang kerumah Megan cuma buat nanyain itu?

"Aku gatau, gak minat juga" jawab Megan acuh, seketika senyuman manis yang sebelumnya terpatri dibibir Sally luntur

Sally sadar satu hal, sepertinya Megan sedang dalam mood yang buruk, soalnya raut wajah cowok itu tampak datar dan meresponnya tanpa minat, Sally menarik kursi disebelah Megan dan duduk disana.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" Tanya Sally pelan

Megan tersenyum tipis usai menghembuskan asap rokoknya keudara "Aku gapapa"

"Kamu bohong" Sally tidak percaya.

"Kakak aku...." Megan menjeda ucapannya karena tangis yang terasa tersendat ditenggorokkannya

"Kenapa?" Tanya Sally yang mulai serius menyimak.

".... Dia kumat"

"Emang kakak kamu kenapa?"

"Gila"

Sally terdiam sesaat "Gan? Serius?"

Megan hanya mengangguk dan kembali menghisap rokoknya, ia enggan untuk menatap wajah Sally, Megan memilih menatap langit sore yang menampilkan pemandangan belakang rumahnya dari balkon kamar.

Hot Spicy || Mark Lee Ft. TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang