02. MENYETUJUI

62 7 0
                                    

Daniel membawa Nara ke gudang belakang lagi, dan keduanya duduk di salah satu kursi yang ada di tempat itu. Daniel pun menelusuri tangan Nara untuk memastikan ada luka atau tidak. Dan, Daniel menghela nafasnya lega. Tidak ada goresan sama sekali di tangan perempuan tersayangnya itu.

Daniel pun menatap Nara yang sedari tadi hanya diam saja. "Na, kenapa lo gak bilang sama gue kalau lo di buly sama Jesica?" tanya Daniel.

"Gue belum bisa ngomong ke lo pas itu." ucap Nara dengan pandangan nya yang datar.

"Tapi, lo sendiri yang bilang kalau kita itu gak boleh punya rahasia antara satu sama lain." ucap Daniel sambil meraih tangan Nara.

Nara pun mengalir kan air matanya yang sedari tadi ia bendung. "Iya gue tau, tapi hikss. Gue gak bisa bilang sama lo saat itu." ucap Nara sambil terisak-isak karena tangisannya.

Daniel yang melihat itu langsung mendekati Nara dan memeluknya sambil mengelus punggung Nara agar bisa lebih tenang. "Shtt, oke gue ngerti Na, gue gak bakal nuntut lo lagi buat ceritain tentang hal apa pun." kini tangan Daniel berpindah mengelus rambut Nara.

Nara pun semakin pecah tangisannya di dalam pelukan Daniel. "Makasih Niel, lo manusia pertama yang bisa buat gue tenang. Walau gue tau lo juga punya masalah yang gak kalah berat dari gue, hikss." Nara pun membalas pelukan Daniel.

Dan setelah beberapa menit, Nara sudah tenang. Daniel melepaskan pelukannya pada Nara dan mengusap air mata yang membasahi pipi Nara.
"Gak usah nangis lagi, ya? Lo kan punya gue."

"Dan gue berharap lo bisa menerima hubungan kita yang sekarang dengan di ketahui banyak orang." ucap Daniel yang berharap Nara mau menerima situasi saat ini.

Nara pun menatap Daniel. "Iya Niel, gue sadar kalau gue egois sama lo. Lo sebenarnya mau hubungan kita itu di ketahui banyak orang kan."

"Tapi, gue cuma minder aja kalau orang lain tau idola mereka yang kaya raya. Pacaran sama cewek yang bisa aja, dan juga bukan orang sepadan sama lo." lanjut Nara.

Daniel langsung menutup mulut Nara menggunakan telunjuknya. "Shtt, lo gak boleh ngomong gitu. Gue Nerima lo bukan ngeliat dari kasta atau apa pun. Tapi, karena gue sayang banget sama lo, Na." ucap Daniel dengan suara lembutnya.

"Dan, lo juga beda dari cewek lainnya yang pernah gue temuin, lo itu cewek yang hebat dan unik menurut gue." lanjut Daniel.

"Jadi gak usah berfikir gitu lagi oke? Gue gak suka" tanya Daniel sambil menaikan alisnya sebelah.

Nara pun mengangguk kan kepalanya sambil menghapus sisa-sisa air mata yang ada di pipinya lalu beranjak dari duduknya. "Gue ke kelas dulu." pamit Nara.

Daniel langsung mencegah Nara dengan memegang lengan nya. "Gue antar."

" Gak usah, Niel." tolak Nara.

"Gue antar, nanti kalau ada yang ganggu lo lagi gimana?" Daniel.

"Gak—" ucapan Nara pun terpotong.

"Gue anter! Gak usah nolak." Daniel langsung menarik tangan Nara untuk keluar dari gudang tersebut.

Tiba-tiba saja Daniel berpapasan dengan dua orang temannya yang bernama Zaki dan juga Alran.
"Wah-wah, ada pasangan baru nih, mau kemana pake pegangan tangan segala. Udah kayak mau nyebrang aja." ledek Alran pada Daniel.

"Diem lo, gak usah kekanak-kanakan!" ucap Daniel yang kesal pada Alran lalu pergi meninggalkan keduanya untuk mengantar Nara ke kelas.

Sedangkan Alran dan Zaki hanya menahan senyumnya.
"Biasa lagi bucin si bapak ketua."
ucap Alran dengan nada yang meledek, lalu setelah itu keduanya langsung masuk ke dalam gudang tersebut dan mungkin mereka berdua mau bolos, lagi.

KISAH USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang