Sudah dua bulan berlalu. Kini hubungan Nara dengan Daniel semakin hari semakin membaik. Tanpa adanya gangguan sedikit pun. Jesica? Entah, dia selama dua bulan belakangan ini tidak mengganggu hubungan Nara dan Daniel. Tapi, tentu saja itu suatu hal yang bagus bagi Nara dan juga Daniel.
Selama dua bulan itu juga. Papa dan mama Daniel sedang pergi bisnis ke Amerika dan dikabarkan akan pulang hari ini. Daniel merasa cukup tenang selama dua bulan itu. Karena menurut Daniel, lebih baik kedua orang tuanya itu tidak ada di rumah. Tidak ada yang terus mengekang diri nya terus menerus.
Sebenarnya juga. Daniel itu tau kapan waktu untuk belajar, dan untuk bermain dengan sahabat nya. Tapi, kedua orangtuanya itu selalu saja menyuruh Daniel untuk belajar di setiap waktunya. Karena, kegiatan belajar juga ada batasnya. Jika kegiatan perharinya Daniel hanya untuk belajar, penyakitnya itu pasti akan kambuh lagi. Karena terus berfikir terlalu keras.
Dan kembali pada Daniel yang saat ini sedang berjalan menuju kelas Nara untuk pulang bersama. Sesampainya di depan pintu kelas Nara, Daniel melongok terlebih dahulu. Apakah ada Nara atau tidak. Dan ia mengembangkan senyumnya ketika Nara masih berada di kelasnya, sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.
Tak perlu menunggu waktu yang lama. Daniel langsung menghampiri Nara yang sudah bersiap-siap membawa tasnya. Setelah sampai di hadapan Nara, Daniel pun menyapa Nara yang wajahnya sedikit kusut.
"Hai, baby." sapa Daniel sambil mengacak rambut Nara.
"Kenapa? Mukanya kusut gitu?" tanya Daniel sambil menaruh kedua tangannya di atas meja dengan tubuh yang sedikit membungkuk.
"Kesel, matematika tadi susah banget. Gak tau deh, pasrah aja gue sama nilainya nanti." jawab Nara yang ternyata habis ulangan matematika makanya wajahnya menjadi sedikit kusut.
"Harusnya tadi lo bilang Na. Biar gue kasih contekan." ucap Daniel yang diakhiri dengan tawa.
"Biarlah. Udah lewat ini, urusan nilai mah pasrah aja." balas Nara yang kini seperti nya tak mau ambil pusing, karena ulangan matematika nya juga sudah selesai.
"Makanya, belajar Nara." dan Daniel pun mencubit pipi Nara dengan sangat gemas.
Sedangkan sedari tadi, ada orang yang menyaksikan keuwuan tersebut. Dan orang itu adalah Nesie yang baru selesai membereskan barang-barang nya. Nesie pun memakai tas nya dan menatap Daniel dan Nara dengan tatapan sedikit sinis. "Bucin teros!" ucap Nesie dengan suara yang lumayan besar dan membuat para murid yang belum pulang menengok.
Dengan cepat, Nara memukul mulut Nesie dengan tidak terlalu keras. "Ih, suara lo kayak toa mesjid tau Nes. Berisik." protes Nara yang terganggu dengan suara Nesie yang begitu berisik.
"Lagian lo berdua kerjaannya bucin aja setiap hari. Udah bucinnya di depan mata gue terus. " balas Nesie dengan sangat jutek.
"Makanya, peka dikit Nes. Tuh si Alran kan suka sama lo." ucap Daniel yang mengarahkan pandangannya ke arah Nesie.
"Ih, lo gak tau apa Niel. Gue kan sama Alran musuh bebuyutan. Mana mungkin juga dia suka sama gue." ucap Nesie yang tak percaya dengan perkataan dari Daniel tersebut.
"Yah, gak percaya. Justru karena lo berdua keseringan ribut, makanya salah satu antara kalian bakal ada yang suka duluan." ucap Daniel yang berusaha meyakinkan Nesie jika sering bertengkar, pasti di antara mereka ada yang menaruh hati.
"Au ah. Gak usah berteori, males gue. Mending gue pulang. Dari pada dengerin teori lo yang gak jelas, dan liat lo bucin terus." kini Nesie mulai keluar dari area meja nya dan bersiap untuk pergi.
"Bye." dan Nesie pergi begitu saja meninggalkan Nara dan Daniel yang masih menatap kepergiannya sampai keluar pintu kelas.
Setelah itu, Nara menolehkan kepalanya lagi pada Daniel. "Lagi kambuh tuh dia." celetuk Nara setelah melihat Nesie seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH USAI [END]
Dla nastolatkówPerjalanan kisah dua sejoli remaja, yang memilih untuk bersama-sama dengan latar pribadi yang sama, yaitu sama-sama terluka. -------------- By:asyhbunga